[Mbak Marta binti Pak Chandra]
[Foto semasa bunda Sadiya sebelum hamil mbak Marta]
•☘️•
Mbak Marta, Reno, Bunda. Tiga orang itu kini sedang berada di kamar bunda. Kalau tanya 3 orang sisanya ke mana, jawabannya, nggak tau, karena tadi ayah mengajak Hafiz dan Alice naik motor keluar.
Reno dan Mbak Marta rebahan sambil main ponsel mereka masing-masing. Sedangkan bunda lipat baju satu keluarga yang jumlahnya satu Indonesia Raya -kata bunda yang selalu ditirukan Reno.
Nggak sopan, orang tua bekerja, anak-anaknya malah sibuk bermain ponsel.
Bunda itu orangnya sabar banget, jadi bunda nggak akan marah bagaimana pun tingkah anaknya selagi hal itu masih dalam lingkup yang positif.
"Pergi sana kak, jan berisik, lah!" Protes Reno, mendorong bokong Mbak Marta dengan kekuatan kedua kakinya, sebab mbak Marta dari tadi nyanyi dengan suara sumbangnya.
"Apasih? Ini dulu kamarku, ya! Yang duluan lahir aku!" Setelah menjawab usiran Reno, Mbak Marta kembali bernyanyi yang membuat Reno semakin sumpek terutama pada gendang telinganya.
"Yaudah, yang depan gue embat!"
"Ganteng banget lo!"
Reno mendecak, semakin kesal. "Sana, lah, kak! Bun... Kakak ini, lhooo..." Reno mengadu pada bunda Sadiya.
"Udah to, ah, kalian ini selalu berantem. Kamar bunda kamar kalian juga."
Reno menjulurkan lidahnya mengejek mbak Marta.
"Lagian lo tuh udah tua, kerja, kek, bukannya malah enakan rebahan begini."
"Kakak kerja, ya, saking masih belum nemu yang cocok."
"Makanya kalo udah nemu pertahanin jangan di sia-siain, kesempatan nggak selalu datang dua kali."
"Reno..." Panggilan bunda terdengar seperti menegur cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURDAY||Reno: Lee Jeno
De TodoTentang semua yang ada dalam diri seorang Ananda Reno: •Tentang kehidupan sehari-harinya. •Tentang bagaimana dia ketika sendiri. •Tentang apa yang sedang keluarganya alami. Bunda dan Ayah. •Tentang masa lalu yang sering menghantuinya. Cinta dan ling...