•Membuka Luka Lama•

40 7 0
                                    

📝
Teman karib Reno pas SMP:
•Chan
•Ilyas
•Tian
•Fahmi
•Bram

☘️☘️☘️

Suatu hari kalau ada seseorang bertanya pada saya, 'siapa orang yang paling setia menemani kamu dan selalu ada di samping kamu ketika kamu membutuhkan bantuan?' Maka saya dengan lantang menjawabnya BUNDA dengan tangis yang berderai.

Bunda siap kapanpun ketika Reno membutuhkan bantuan. Bunda adalah penolong pertama ketika Reno terluka.

Sewaktu kenaikan kelas, tepatnya kelas 8 SMP, Reno pernah menjadi bahan omongan teman-teman karib sekelasnya. Pemuda itu disindir habis-habisan di laman Facebook, dengan user @/agustian68, dia adalah teman sebangku Reno ketika kelas 7 SMP. Reno mendapat berbagai cercaan dan hinaan sampai membawa nama hewan.

Reno yang lemah menangis dan menceritakan semuanya ke bunda. Ilyas, teman sebangku Reno di kelas 8, yang juga ikut terlibat dalam masalah itu, berkata, bahwa Reno sendiri lah yang menyebabkan teman-temannya tidak menyukai dirinya. Sebab ucapan Reno yang sering sekali membuat orang lain sakit hati. Demi apapun, kalau diingat-ingat lagi, ucapan Reno biasa saja. Reno apa adanya membantah, dia sama sekali tidak ada niatan untuk menyakiti perasaan teman-temannya. Dia berusaha untuk meminta maaf, dan mereka memaafkannya. Jika memang memaafkan, mengapa harus kembali Reno mendapatkan sindiran di sosmed dengan kata-kata lebih sarkas?

Penghianat!

Seseorang telah mengkhianati dirinya. Ilyas. Hh ... pemuda bergingsul itu dengan memasang muka lain berkata pada teman-temannya itu, bahwa, selama ini Reno telah menghasutnya? Menghasut. Hhh ... Reno tertawa jahat mengingat masa itu.

Reno tahu sebab, sewaktu kelas 7, mereka pernah bertukar kata sandi Facebook. Dan ketika mereka tidak saling tegur sapa, Reno yang masih menyimpan akun pemuda itu sengaja membajaknya. Benar saja, Ilyas berkata pada Chan, 'Dadi aku kenek hasutane Reno. Dek e ngerasani Tian. Terus dek e ngejek-ngejek aku sampah?'

Demi apapun lagi, Reno tertawa kencang sekarang, meskipun air matanya sudah banjir membasahi pipinya. Mengingat lelucon yang penghianat itu lakukan, membuat humor Reno mendadak seperti Mirza.

Sampah? "Iling gak seh, pas sakdurunge we ngedoh saka aku? Lambemu ngelek-ngelek Tian. Pas we nasib e koyok aku seng ora dikancani, we ngelek-ngelek kabeh uwong. Basan Fahmi nyelok we, lan ngabekne aku, we sak penak e moro-moro inbox Chan koyok ngunu. Gatel tanganku pengin ngerawuk cangkemmu."

Dikeluarkan di grup yang dia buat di messenger, Reno kala itu benar-benar hancur. Di sekolah selalu menundukkan kepala, berdiam diri di kelas, lalu ke kamar mandi juga sendiri. Kala itu masih belum terlalu akrab dengan Deril, Anjar, dan Dhanu, hanya Ilyas dan Febri saja. Febri juga dia enggak begitu akrab meskipun kelas 7 mereka 1 kelas.

Cupu. Pantas disematkan untuk gelar Reno.

"Awakmu baca inbox ku sama Chan?"

Reno dengan perasaan gondok kala itu hanya berdeham saja.

"Sekarang udah ku ganti sandinya, jangan bajak lagi. Aku kemarin juga habis bajak Facebookmu."

Malunya sampai di masa depan.

Habis bajak, ya? Orang akunnya aja Reno hapus atas perintah bunda. Supaya Reno tidak lagi di tag teman-temannya yang menyindir itu.

Maaf, bunda, tapi Reno bohong, sebenarnya akun Reno bukan hanya 1, melainkan ada akun lagi yang tidak satupun orang tahu akun tersebut miliknya tak terkecuali teman-temannya meskipun mereka saling berteman di akun tersebut.

Reno menggunakan akun tersebut untuk memantau akun teman-temannya yang menyindir Reno. Memang cari sakit si Reno ini.

Mengabaikan masa SMP nya yang begitu sakit bila diingat, Reno akan sedikit menceritakan tentang bunda yang selalu siap 24 jam dalam membantu Reno.

Dari TK, Reno banyak lupa masa itu, namun, bunda pernah bercerita, nakalnya Reno saat itu yang membuat krayon teman sebangkunya dipatahkan dengan sengaja dan bunda yang menggantinya. Reno juga tidak mau kalah dalam hal baris berbaris. Dia harus yang paling depan, meskipun datangnya terlambat. Di bangku taman kanak-kanak, Reno adalah siswa tertinggi di antara siswa-siswi lainnya.

Lalu di jenjang berikutnya, sikap manja Reno semakin kentara, mulai dari piket kelas yang selalu bunda kerjakan, lalu pr menulis yang selalu bunda tuliskan, dan ... Saat bunda pernah mendatangi teman sekelas Reno atas aduannya, masih banyak lagi yang tidak bisa Reno ceritakan satu-satu.

Masa SMP, sudah sering diceritakan sebenarnya, namun, masa ini adalah masa yang paling tidak bisa Reno lupakan. Kalian tahu itu? Ya, sangat tidak bisa. Kebaikan bunda, banyak sekali.

Reno baru bisa mengendarai motor ketika kelas 8 semester 1 akhir. Banyak tugas yang mewajibkan Reno untuk keluar rumah dengan mengendarai motor. Kelas 7 SMP, Reno harus pergi ke rumah temannya di kota, jarak rumahnya 20km. Reno meminta bantuan bunda yang kala itu sedang hamil tua. Tinggal menghitung minggu saja. Seharusnya bunda banyak istirahat, namun bunda dengan tulus ikhlas mengantar Reno ke rumah temannya itu menggunakan motor masukan andalan bunda. Menunggu Reno berjam-jam, sampai bunda ketiduran di kursi tanpa sepengetahuan orang lain.

Ah, mengingatnya menambah banjir air matanya. Sudah, ya? Reno enggak kuat. Intinya terlalu banyak pengorbanan bunda buat anak-anaknya yang nggak akan pernah bisa dilupain.

•🍃 Saturday 🍃•

Cucian hari minggu ini benar-benar di luar dugaan. 3 bak besar yang langsung membuat punggung Reno encok, pegal, linu. Reno meregangkan otot-otot tangannya.

"Bunda ..., bantuin jemur, ya? Ya Allah ... ini banyak banget, Bun ...." keluh Reno membanting tubuhnya di atas kursi bambu yang ada di dapur.

"Iya, kalo capek taruh aja, nanti bunda jemur sendiri." Jawab bunda, sambil menyuapi Alice.

"Oh, tidak ... nanti Reno bantuin, bunda 2 bak Reno satunya. Xixi," Reno cengengesan di sela keluhannya.

"Iya, udah. Bisa nggak bantu angkatin semua ke luar. Nanti bunda bantu," Suruh bunda yang langsung membuat semangat Reno kembali berkobar.

"Siap, Bun!"

Reno mengangkat satu persatu bak yang sudah dipenuhi dengan pakaian satu keluarganya itu yang sudah dipisah-pisah. Lalu bak terakhir, ini lumayan enteng, karena isinya pakaian-pakaian kecil milik Alice dan Hafiz.

"Ini hanger nya di mana, Bun?" Tanya Reno, berkacak pinggang sambil badannya ia arahkan ke belakang, pegal.

"Ambil di Utara rumah. Itu nanti kamu taruh ndek pohon jambu aja, Ren." Titah Bunda yang langsung dikerjakan Reno.

Kembali dari mengambil hanger, ia letakkan di bagian yang di maksud bunda tadi. Batang pohon jambu yang biasa dipakai untuk tempat hanger.

"Woy!" pemuda itu refleks berseru, sebab kakinya terpeleset saat akan memulai kembali kegiatannya.

"Hati-hati ...," Reno yang mulai tenang, membelalakkan matanya.

'Hati-hati'

Ayahnya yang cuek, barusan ngomong 'hati-hati'?

Kali pertama untuk sekian lamanya, pria itu memberi kata-kata yang membuat anaknya gembira. Reno tersenyum singkat. Hatinya tak jadi gundah lagi untuk ayahnya. Justru pemuda itu sekarang malah alih untuk menjemur semua pakaian, jatah bunda sekalipun.

Kata perhatian singkat dari seorang yang seringkali menyakiti batin keluarganya, mampu membuat batin anaknya kembali membaik.

Ayah seorang yang keras, mampu kembali meluluhkan hati Reno hanya dengan kata yang menurut Reno sangat bermakna itu. Pantas bunda gampang banget maafin orang. Jadi begini rasanya.

Untuk saat ini memang masih hangat-hangatnya. Sifat plinplannya mungkin akan kembali untuk gundah pada ayahnya itu.

•To Be Continued✓

SATURDAY||Reno: Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang