•💽TKJ🖥️•

42 4 0
                                    

Hari selasa.

Ruangan keramat.

Lab komputer.

Pengkabelan. Pelajaran yang paling dibenci Reno.

Tremor bawaannya kalau mengingat saat pembekalan tahun lalu sebelum dia pergi PKL. Gagal, mana gurunya nggak kasih respons lagi, cuman Reno disuruh langsung mengemas barang-barangnya, sebab teman-temannya sudah selesai lebih dulu dan waktunya telah habis.

Nggak mau bikin orang lain menunggu lama, akhirnya Reno pasrah. Paginya dia susah masuk ketika simulasi instalasi Windows, dan siangnya dia membuat murid lain menunggu, karena salah mengurutkan warna kabel.

Kayaknya memang kesialan Reno itu di praktek seperti ini.

Jujur, Reno menyesal, mengambil jurusan TKJ ini. Dulu dia masuk SMK karena menuruti permintaan ayahnya, yang menyuruhnya untuk sekolah kejuruan dengan tujuan supaya Reno tidak susah mencari pekerjaan nantinya, sebab Reno tidak akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Yaitu dunia perkuliahan.

Dan mengambil jurusan TKJ, sebab kakaknya, Marta, mengambil jurusan itu dulu. Dan banyak teman-temannya juga mengambil jurusan tersebut, jadi bukan atas dasar keinginannya sendiri, melainkan menurut dan mengikuti keinginan orang lain. Selain itu juga Reno tahu, TKJ kelas unggulan, yang murid-muridnya isinya anak-anak pintar dengan Nem nilai di atas 25.

Kalau bisa pindah jurusan tanpa mengulang kelas, Reno akan pindah ke jurusan yang menurutnya sangat mudah tanpa harus praktek bongkar pasang.

Seketika Reno tambah tremor ketika wali kelas, yang sekaligus guru yang mengulang mapel ini masuk ke dalam labkom.

Jantung Reno berdebar gelisah. Keringat membasahi telapak tangannya, padahal ruangan ini terpasang AC berjumlah enam di setiap sisinya.

"Oke, saya, mulai. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucapan salam yang dibalas kompak oleh seluruh siswa di ruangan tersebut.

"Seperti apa yang saya katakan minggu lalu, kalau praktek hari ini tentang pengkabelan. Dan, materi sudah saya terangkan minggu lalu, serta sedikit video yang saya tunjukkan minggu lalu sudah jelas, 'kan?" Bu Arini namanya. Guru perempuan yang usianya terpaut 10 tahun lebih tua dari murid-muridnya. Guru yang menerapkan sistem pelajaran santai namun serius.

"In sya Allah, Bu," beberapa murid menjawab demikian. Juga ada yang menjawab, "paham!" Namun berbeda dengan Reno yang hanya mengangguk samar.

Dia duduk di kursi barisan ketiga. Di sebelahnya ada Haikal dan Chan, di belakang Naja, lalu di depannya Wahyu.

"Nanti kalo ada yang belum paham bisa ditanyakan. Dari pada mengulur waktu, biar bisa cepet pulang juga, mending langsung di mulai aja, ya? Nanti saling bantu temennya yang nggak bisa." Tutur Bu Arini.

"Siap, Bu!" Kompak mereka.

"Masing-masing ambil kabel UTP 1, konektornya 2, tang krimping 1, sama test signalnya 2 orang 1. Nggak cukup soalnya."

"Sama gue, Ren?" Naja menawari yang dibalas anggukan oleh Reno.

"Lah, gue sama siapa?" Tanya Chan, yang setiap saat setiap waktu, apapun pekerjaan sekolah selalu bersama Reno.

"Haikal, deh, sana." Jawab Naja.

"Nggak! Gue biasanya sama Reno!" Chan menolak.

"Ck! Ribet lo! Yaudah gue sama Haikal, deh."

"Gue sama Jidan..."

Naja mewek, "terus gue sama siapa, anjiir? Dosa apa, sih, semuanya pada nggak mau sama gue?"

SATURDAY||Reno: Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang