Di suatu siang yang mendung,berisik deruman motor mulai menjauhi area sekolah. Reno, Naja, Rezvan, Haikal, Chan, dan Jidan yang jalan pulang mereka berlawanan arah, kini 6 pemuda itu mengendarai motor mereka dalam 1 arah. Lebih tepatnya arah menuju rumah Haikal.
Seperti biasa tanpa Lucky, dengan alasan dia mengantar pacarnya lagi-lagi, tapi nanti kalau masih ada waktu banyak, Lucky akan segera bergabung dengan mereka.
Mirza juga, sebab rumahnya yang kelewat jauh, makanya dia putuskan untuk langsung pulang saja. Takut mendung siang ini segera berganti dengan hujan.
"Kal ..." Naja merengek, saat bokong mereka lebih dari 10 menit menempel di lantai teras rumah Haikal.
"Ha?"
Cowok itu sudah mendapat balasan bukannya segera membalas malah cengar-cengir.
Haikal paham, katanya, "nyokap masak sambel terasi di goreng tadi, sama lauk ikan lele sayur Sop, lo mau makan apa?"
Naja cengengesan, "Sayur Sop sama sambel aja, deh, Kal ..."
Naja itu sudah terbiasa di rumah Haikal, sebab sedari duduk di bangku menengah pertama mereka satu kelas dan sering bersama. Keluarga mereka juga sudah saling kenal. Apalagi Haikal yang sering ke rumah Naja. Akrab banget sama Abah dan Emak Naja.
"Dasar lo, Ja!" Cibir Rezvan, membuat Naja cengar-cengir.
"Laper gue, Van, dari pagi belum makan," jawab Naja sembari mengelus-elus perutnya yang rata.
"Makmu gak masak a?" Tanya Reno sambil mencomot Snack yang dihidangkan Haikal beberapa menit yang lalu.
"Masak, tapi gue keburu berangkat. Gue bangunnya kesiangan tadi."
"Nggak tadi pagi doang, deh, keknya, tapi, ya, emang itu kebiasaan lo tiap hari." Benar sekali apa yang dikatakan Chan. Kebiasaan Naja setiap hari, bangun siang.
Naja meringis, "tau aja, deh. Gue tuh, ngantuk banget gitu. Tiap malem begadang berusaha buat tidur jam 9, gitu, lah, minimal, tetep nggak bisa kalo nggak jam 1, makanya gue suka heran sama Reno yang habis isya udah tidur."
"Kapan gue pernah bilang, ya?"
"Entahlah, gue juga lupa, kalo nggak gue ngarang." Cowok itu langsung mendapat pukulan di pahanya.
"Udah nggak ada yang di chat masa masih suka begadang?" Celetuk Jidan yang sedari tadi menyimak.
"Tolong jangan memancing emosi saya, ya!"
Jidan tertawa kecil. "Kenyataan, ya, anjrit!"
"Ya, udah, sih, kenyataan gue, 'kan, tolong ini saya mencoba untuk bersabar melupakan, ya, jangan mancing-mancing. Takut nanti malah saya kena ruqyah kalo kebablas."
"Nih," Haikal datang menyerahkan seporsi nasi lengkap dengan lauknya, seperti yang dikatakan Naja tadi.
Naja menerima piring itu sambil cengengesan, "makasih, Haikalllll," ucap Naja, menaruh piring nya dan perlahan mulai melahapnya.
"Lo pada nggak mau makan juga?" Tanya Haikal pada Reno, Rezvan, Chan, dan Jidan.
"Nggak, ah, malu," jawab Reno, bercanda.
"Anjir. Seriusan, gue ambilin..."
"Nggak, nggak, bunda gue masak di rumah, ya kali anaknya makan di rumah orang lain."
"Ya, nggak papa, sih... Kalian mau?" Tawar Haikal pada yang lain.
"Nggak, diet," jawab Chan.
"Kenyang, njir," sambung Jidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURDAY||Reno: Lee Jeno
De TodoTentang semua yang ada dalam diri seorang Ananda Reno: •Tentang kehidupan sehari-harinya. •Tentang bagaimana dia ketika sendiri. •Tentang apa yang sedang keluarganya alami. Bunda dan Ayah. •Tentang masa lalu yang sering menghantuinya. Cinta dan ling...