Ulangan Biologi menguras hati :]
Anak kelas sepuluh ipa satu sekarang sedang ketar-ketir karena Pak Rian melakukan ulangan biologi secara acak. Ia adalah wali kelas mereka tetapi tetap saja kalau sedang serius tampak aura adil dan bijaksananya terlihat. Yah terkadang makhluk sebelah Hanin adalah kesayangannya.
"Lea Michella," panggil Rian untuk melakukan ulangan biologi.
Iya benar sekali dia adalah anak kesayangan Rian. Apa karena dia pintar biologi hingga sangat di sayanginya. Entahlah yang jelas Hanin tidak perduli. Tidak mungkin ia menjelekan sahabatnya sendiri. Meskipun kadang kesal juga sih. Mentang-mentang anak kesayangan dia berlaku sombong kepada mereka. Kalau bukan sahabatnya pasti sudah Hanin tendang sampai ke benua Antartika.
Setelah semua mendapat giliran. Lea dan Alvin sudah menjawab pertanyaan dengan benar sekarang giliran Hanin di panggil Rian.
"Hanin Syahira."
Hanin yang merasa gugup langsung duduk di depan meja guru. Ia meremas pelan rok abunya. Harus sabar dan tenang. Apapun pertanyaan nanti ia harus bisa menjawabnya. Hanin harus berpikir cerdas.
"Hanin dengarkan pertanyaannya baik-baik."
Suara jantung Hanin berpacu dengan cepat. Ini bukan bertemu calon mertua mengapa segugup ini. Tenang ini hanya ujian lisan biasa.
"Laut dalam merupakan tempat yang gelap sehingga tidak memungkinkan terjadi fotosintesis. Organisme yang hidup di daerah tersebut memperoleh energi dari?"
Panjang sekali pertanyaannya. Hanin menghela napas pelan. Mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Rian. Fotosintesis hanya itu yang ia dengar. Bagaimana bisa dia menjawabnya kalau semalam saja ia tidak belajar. Hanin harus bisa!
"Endapan bahan organik di permukaan," jawab Hanin dalam sekali napas setelah lama ia mencerna pertanyaan Rian.
"Kenapa endapan bahan organik di permukaan?"
Hanin kira pertanyaannya hanya satu ternyata bercabang. Bukankah teman-teman lainnya hanya sekali bertanya selesai. Kenapa ia lebih?
"Karena...."
" Jawab ngasal aja deh."
"Karena apa Hanin?" Rian menunggu jawaban terucap dari mulut Hanin.
"Karena-"
"Kenapa pertanyaan Hanin banyak banget ya pak? Kasihan dia." Lea mencoba membela Hanin yang seperti kesusahan menjawab pertanyaan dari Rian.
"Lea, jaga sikap kamu. Yang guru itu saya jadi terserah saya mau ngasih berapa pertanyaan. Lagian Hanin orangnya cerdas nggak bodoh 'kan? Jadi pasti bisa dong jawab pertanyaannya."
Sepertinya Rian meremehkan kemampuan Hanin. Guru macam apa ini hanya bisa menyinggung perasaan anak muridnya.
"Wah drama macam apa ini." Hanin menampakkan smirknya.
"Kayaknya saya bodoh deh pak. Pasti nggak bisa jawabnya. Beda kayak Lea anak kesayangan bapak." Hanin menekankan kata 'kesayangan' biar Rian paham bahwa tidak diperlakukan adil olehnya.
"Kenapa bicaramu seperti itu?" tekan Rian.
"Karena bapak selalu pilih kasih."
Benar apa kata Hanin, sebenarnya mereka sedikit risih kepada Lea yang selalu menjadi kesayangan Rian. Diperlakukan berbeda. Ia tidak akan pernah menghukum Lea kalau salah. Dia akan selalu membela Lea walaupun salah. Tidak tahu apa alasannya. Yang jelas mereka tahu karena Lea pintar padahal aslinya biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Teen FictionIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...