[HaHa19]

47 17 1
                                    

Hallo, lagi suntuk banget nih.

Bingung mau nulis apa?

Ya udah. Aku nulis ini.

Semoga aja kalian suka...

Selamat membaca.
Jangan lupa Vote and coment


°
°

Hanin dan Bunga

✓✓✓

Hanin sedang tertidur di brankar uks setelah makan bubur pemberian Niko. Sisil selalu memberitahu Hanin tidak boleh tidur pagi karena nanti rejeki berkurang. Namun, namanya ngantuk tetap saja anak itu tertidur atau lebih tepatnya menidurkan diri.

"Hanin," panggil Niko memandangi gadis cantik itu. Ia menepuk lengan Hanin pelan.

"Euh," lenguh Hanin mengejapkan matanya. Dengan wajah tertekuk Hanin ingin bangkit tetapi malas.

"Bangun," ujar Niko seraya menarik kedua lengan Hanin untuk segera bangun.

"Lo kenapa sih? Kurang tidur?" geram Niko.

"Aku semalem tidur jam satu," ungkap Hanin sembari menutup mulutnya karena menguap.

"Ngapain?" Niko memicingkan mata.

"Baca novel," cicit Hanin gemas, ingin sekali Niko mencubit pipi gadis itu.

Niko mengertakkan gigi," Ya udah, jangan ulangin lagi kalau nggak mau kesiangan," ujar Niko menasehati.

"Kalau udah tahu masih sekolah jangan begadang. Buat apa baca novel sampai selarut itu!"

"Kalau lo sakit gimana? Kasian banyak pelajaran yang tertinggal. Ngerti nggak?"

Hanin mengangguk lantas turun dari brankar dibantu oleh Niko. Cowok ini cerewet sekali, baru saja bertemu, tetapi seakan sudah kenal lama. Hati Hanin sedikit menghangat karena perhatian kecil dari Niko sang pujaan hati. Setelah beberapa saat,  Ada seseorang yang membuka pintu uks spontan mereka menoleh. Manik mata mereka bertemu.

"Hanin kenapa? Sakit?" tanya Hanan berturut-turut.

"Telat," tukas Niko.

Hanan berdehem, ia mengambil tas Hanin lalu menjinjingnya dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menarik Hanin untuk keluar dari uks. Niko menahan lengan Hanin dengan tiba-tiba membuat sang empunya tersentak.

"Jangan lupa bayar hutang lo," ujar Niko mengingatkan.

Kenyataannya bayar hutang cuma alibinya agar bisa bertemu Hanin kembali.

"Iya," balas Hanin kesal. Ia kira Niko menahannya karena cemburu.

Seperti di film-film menahan orang yang mereka suka dan melarangnya untuk pergi dengan orang lain. Tidak boleh satu orang pun yang bisa menyentuh miliknya. Tetapi, fakta mengatakan bahwa ia hanya halusinasi semata.

Sebuah fatamorgana di pagi hari.

"Tahu nggak, Hanin kesel banget hari ini!" gerutu Hanin menghentakkan kakinya.

"Kesel kenapa?"

"Rambut acak-acakan, tugas fisika belum dikerjakan. Mampus!"

Hanan meledakkan tawa, ia tak menyangka Hanin bisa seceroboh ini. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor kelas. Ada raut bahagia terpancarkan dari wajah mereka. Canda dan tawa selalu saja mengiringi setiap pejakan kaki. Seperti sudah mengenal satu sama lain lebih lama. Namun, nyatanya mereka baru bertemu beberapa bulan yang lalu.

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang