[HaHa5]

75 31 3
                                    

Pindah Sekolah!

Didalam ruang guru Hanin menatap lekat Rian yang seperti tidak punya dosa. Galih sampai sekarang belum datang. Kemungkinan lagi macet di jalan. Hanin merasa bosan ingin izin sebentar ke toilet.

"Selamat pagi," suara Galih memasuki ruang guru.

"Silahkan duduk pak," ucap Rian sopan.

"Jadi begini pak saya sebagai wali kelas Hanin. Merasa bahwa Hanin ini terlalu kasar terhadap saya dan teman-temannya." Rian memulai pembicaraan.

"Bicara kasar seperti apa itu pak?" tanya Galih pura-pura.

"Dia memfitnah saya pilih kasih terhadap anak murid dan selalu tidak adil. Padahal itu tidak benar."

"Apakah benar bapak tidak pilih kasih terhadap anak murid?" Kenapa malah Rian merasa diintrogasi.

"Benar pak," jawab Rian mantap.

"Lalu kenapa bapak menukarkan nilai anak saya Hanin dengan Lea?"

Perasaan Rian tidak karuan. Kenapa sangat tiba-tiba sekali. Bagaimana Galih tahu kalau dia menukarkan nilai Hanin.

"Saya tidak pernah menukarkan nilai anak bapak," elak Rian.

"Tapi saya punya buktinya," kata Galih lagi-lagi membuat Rian terdiam.

"Mana kepala sekolah?" tanya Galih pada guru lainnya yang berada disana.

"Ada di ruangannya pak," jawab Bu Sera.

"Tolong panggilkan," suruh Galih, Sera mengangguk.

"Bapak sebagai wali kelas harusnya bisa bertanggung jawab terhadap anak muridnya. Bukannya malah menukarkan nilai siswa."

"Bahkan uang yang diberikan Pak Dodi itu tidak seberapa dibandingkan ikan-ikan cupang anak saya di rumah."

Hanin merasa gelisah melihat Galih dengan raut yang begitu tenang tetapi mematikan. Bagaimana tidak, Galih adalah pemilik perusahaan TNC Group, sebagai donatur utama di sekolah Himalaya.

"Ada apa ini?" tanya Ahmad melihat keributan yang terjadi.

"Selamat pagi Pak Ahmad," ucap Galih menjabat tangan Ahmad.

"Apa yang membuat bapak datang kemari?" tanya Ahmad bingung.

"Dia orangtua dari Hanin yang mendapat surat panggilan orangtua dari saya pak," ungkap Rian.

Ahmad mengangguk melihat Hanin yang tertunduk sembari memegang jas Galih.

"Saya harap bapak bisa mempertimbangkan Pak Rian dipecat atau bertahan. Setelah melihat video ini."

Ahmad membuka video yang berisikan negosiasi antara Rian dan Dodi. Ia yang merasa malu sebagai kepala sekolah kepada Galih sebagai donatur utama. Kalau bukan karena uang dari Galih mungkin sekolah Himalaya tidak akan sebagus dan terkenal seperti ini.

"Saya minta maaf pak atas kelalaian pak Rian sebagai tenaga pengajar sekolah ini. Saya akan mempertimbangkannya." Ahmad memberikan kembali ponsel Galih.

"Saya harap bapak tidak memecat saya. Karena saya tidak berniat untuk menukarkan nilai mereka. Saya butuh uang lebih pak," ungkap Rian gemetar.

"Bapak pecat Pak Rian atau saya berhenti menjadi donatur di sekolah ini," kata Galih membuat semua disana terkejut terlebih lagi Rian dan guru lainnya. Mereka tidak tahu kalau Galih adalah pemilik perusahaan TNC Grup. Karena yang tahu hanya Ahmad saja.

"Baiklah saya harap pak Rian tidak lagi mengajar di sekolah ini," tegas Ahmad.

Begitu pun dengan teman sekelas Hanin terkejut mendengarnya. Dari awal Hanin masuk ke ruang guru dia diikuti teman-temannya. Mereka ingin tahu seperti apa wajah orangtua Hanin. Terlebih lagi mereka tahu kalau Hanin itu miskin. Karena dipikiran mereka orangtua Hanin memakai baju yang tak layak untuk dipakai. Tapi buktinya dia paling kaya diantara mereka.

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang