{HaHa25}

35 14 19
                                    

Happy Reading Bestie

🌻🌻

°°°°°
Cintanya Niko

✓✓✓✓

Kali ini Hanin menyendiri di kamar, ia malas sekali untuk turun walaupun itu hanya untuk makan. Raya yang menunggunya di meja makan pun merasa heran. Kenapa Hanin tidak mau makan. Padahal, Hanin yang sangat gercep kalau soal makanan.

"Hanin mana?" tanya Dimas kemudian duduk untuk menikmati masakan Bi Yeyen.

"Aku nggak tahu," jawab Raya masih mengaduk susu rasa cokelat kesukaannya.

"Kayaknya butuh digedor nih anak!" Dimas beranjak dari tempat duduknya.

Dimas berjalan hingga tiba ditangga ia naik dan menuju kamar Hanin. Kalau tidak digedor mungkin sampai siang pun Hanin masih didalam kamar. Apakah mungkin dia selalu dimanjakan oleh mereka dan jadi malas seperti ini.

"Hanin!" panggil Dimas seraya mengedor pintu kamar Hanin.

Hanin yang bergulat dengan selimut pun merasa kesal karena ia diganggu. Gadis itu masih ingin tidur sedangkan orang yang berada di depan pintunya mengedor tidak jelas.

"Kenapa sih!" Hanin duduk sembari mengacak rambut panjangnya. Ia melangkah untuk membukakan pintu.

"Astaghfirullah, rambut kamu kenapa? Kayak singa!" ledek Dimas ikut mengacak rambut Hanin.

Hanin menepis tangan Dimas,"Nanti kusut!" sebal Hanin.

"Cepetan mandi terus makan!" suruh Dimas dibalas gelengan kepala oleh Hanin.

"Jangan malas!"peringat Dimas.

Hanin tanpa aba-aba langsung menutup pintu hingga Dimas terlonjak kaget. Sulit menghadapi adik perempuan seperti Hanin. Meskipun secara otak dia cerdas tetapi malasnya luar biasa kalau sudah di rumah.

"Cepetan mandi! Kalau nggak mandi jangan harap Papa ngasih uang saku buat kamu. Lumayanlah kalau uang jatah untuk kamu buat Abang sama Raya. Enak banget kalau uangnya bisa bikin bisnis warung sembako." Dimas mencoba untuk menggoda adiknya agar cepat mandi. Mungkin dengan cara ini bisa berhasil.

Hanin membuka pintu kamarnya,"Jangan macem-macem kalau nggak mau lehermu kugorok," ancam Hanin membuat Dimas bergidik ngeri.

"Duh, ngeri banget Nin." Dimas memicingkan mata menatap Hanin sedangkan yang ditatap hanya diam seraya memegang guting dengan tangan kanan.

Hanin mengarahkan gunting itu kepada Dimas. Lelaki itu langsung tersentak kemudian berjalan mundur. Hanin meraih tangan kanan Dimas dengan tangan kiri membuat kakaknya gemetaran. Hanin menampakkan smirk dengan pandangan tajam menatap Dimas.

"Kamu ngapain sih!" Dimas ketar-ketir, ia takut Hanin tidak bermain-main dengan ucapannya. Rambut Hanin terurai bergelombang seperti hantu saja.

"Aku?" tanya Hanin balik seraya menggerakkan gunting itu kearah tangan kanan Dimas.

"Kamu gila ya. Sadar dong dek, kamu ini kesambet apaan?" Dimas tak tahu lagi mau harus apa. Ia hanya bisa berdoa semoga diselamatkan.

"Aaa—" teriak Dimas.

Hanin terkejut mendengar Dimas berteriak kencang,"Bang, ngapain teriak?" Dimas membuka matanya, ia melihat gunting sekarang berada ditangannya. Namun, pikirannya salah. Ia kira akan terjadi sesuatu terhadap dirinya karena Hanin.

"Minta tolong potongin dulu ujung rambut Hanin. Soalnya udah bercabang," kata Hanin membuat Dimas lega.

"Bukannya tadi kamu mau—"

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang