Dag-dig-dug
Hanin menatap sendu Raya yang sedang terbaring sakit dikasur. Badan menggigil kedinginan tetapi suhu panasnya semakin tinggi. Ia mencoba mengompres kening Raya dengan air hangat. Semenjak tadi malam Raya tidak keluar kamar hingga membuat Hanin sangat khawatir.
"Masih kedinginan?"
Raya mengangguk, ia tak tahan kepalanya sangat pusing. Lidah kelu dan semua makanan yang Hanin suapkan terasa hambar. Untung saja selimutnya trbal jadi tak banyak diperlukan untuk menutupi tubuhnya.
"Kakak nggak sekolah?" lirih Raya.
"Kalau aku sekolah yang jagain kamu siapa?" kata Hanin meletakkan bubur di nakas meja lalu mengambil minuman yang sudah disiapkan.
"Minum dulu," suruh Hanin sembari menuntun Raya untuk meneguknya.
"Hanin," panggil Sisil kemudian melangkah menghampiri kedua putri cantiknya.
"Iya ma," sahut Hanin.
"Kamu nggak sekolah Nin?"
Hanin menggeleng,"Kalau Hanin sekolah yang jaga Raya siapa ma?" lirihnya pelan, ia kasihan dengan adiknya itu.
"Ada Mama yang yang jagain adik kamu," kata Sisil.
Hari ini Sisil memutuskan untuk bekerja dari rumah. Cukup sudah ia mengejar karirnya menjadi desainer dan meninggalkan tugas rumah. Biarkan saja butiknya dia serahkan kepada karyawannya yang sangat bertanggungjawab. Sesekali ia akan memeriksa keadaan usahanya.
"Terima kasih ya Ma. Hanin siap-siap ke sekolah dulu," ujar Hanin lalu pamit undur diri dari hadapan mereka.
Hanin tahu bagaimana perasaan Raya sekarang. Tidak mudah menerima kenyataan bahwa semua keluarga satu persatu meninggalkan. Hanin yakin sekali hati Raya sangat rapuh. Selama ini ia pura-pura kuat saja didepan mereka.
Untuk kali ini biar saja ia sekolah diantar pak Dadang. Kata Hanan sepedanya sudah diperbaiki. Berarti mereka mungkin beberapa hari kedepan tidak pergi bersama.
Setelah memasuki gerbang sekolah langkah Hanin terhenti ketika melihat seseorang didepannya yang mengerem mendadak.
"Kamjagiya," ucap Hanin kaget!
'Kamjagiya' adalah bahasa korea yang berartikan bikin kaget saja. Digunakan untuk reaksi terkejut. Baru-baru ini banyak bermunculan di beranda YouTube tentang negara Korea. Lumayan menarik pikirnya.
"Tumben nggak sama Hanan?" tanya lelaki itu.
"Lah, emangnya harus sama-sama terus?" tanyanya tak mau kalah.
"Ya gue 'kan cuma nanya doang," ujarnya kemudian melajukan motornya kembali menuju parkiran.
"Dasar kurang kerjaan," cibir Hanin kepada Renja.
Renja memang sedikit usil orangnya. Bisakan ditanya waktu dikelas. Kenapa harus ngerem mendadak didepannya. Kalau benar kata Hanan ia punya penyakit jantung pasti sudah kambuh sekarang. Untung saja tidak punya dan ia sehat, segar dan bugar.
"Oh ini cewek baru," kata seorang perempuan memakai sedikit make-up di wajahnya. Seperti mascara dan liptin agar terlihat lebih cantik.
"Iya kenapa kak?"
Hanin tidak mengerti dengan perempuan di depannya ini. Ia menilik Hanin dengan tajam dari ujung kaki sampai rambut. Dengan bersedekap dada bersama kedua temannya yang mengipasi dia.
"Ada apa ya kak?" tanya Hanin sekali lagi.
Perempuan itu berdehem lalu memerintahkan kedua temannya untuk berhenti mengipasi Rafflesia. Mereka pun menurut bak seorang dayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Ficção AdolescenteIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...