Rumah Duka
Tampak bendera kuning terpasang di tiang rumah. Banyak orang berdatangan untuk mensalatkan jenazah. Suasana begitu haru dan sangat menyedihkan. Raya yang sedari tadi tak kunjung berhenti menangis. Faisal mengusap punggung cucunya.
"Nenek," teriak Hanin terisak.
Semua menatap kearah pintu melihat sosok Hanin dengan mata sembab. Galih yang berusaha tegar, Sisil menggandeng tangan Hanin.
"Kenapa Nenek ninggalin Hanin. Katanya kalau pergi pamit dulu sama Hanin. Kenapa Nenek nggak pamit."
"Nenek ayo bangun, Hanin udah lama nggak denger Nenek cerita tentang Nabi Muhammad dan sahabatnya."
"Ayo bangun Nek. Katanya mau ngajarin Hanin salawat Munjiyat, salawat badar, salawat jibril."
"Hanin sudah cukup," ujar Sisil meraih tangan Hanin yang menggoyangkan badan Rahma. Perlahan tangan Hanin menutupi kembali wajah Rahma dengan kain.
Setelah beberapa saat Rahma sudah dimandikan dan disalatkan. Sekarang waktunya ia untuk dikuburkan di pemakaman umum.
Sesak rasanya, Dimas belum sempat melihat Rahma untuk terakhir kalinya. Ia masih di perjalanan karena macet.
"Jangan dulu dikuburkan," pinta Hanin.
Mereka yang ingin mengangkat keranda pun terkejut.
"Bang Dimas belum datang. "
Benar apa kata Hanin setidaknya Dimas ikut mengangkat keranda sang Nenek. Semua gelisah kenapa Dimas belum datang sampai sekarang. Sudah lima belas menit mereka menunggu tetapi tidak ada tanda-tandanya.
"Assalamualaikum," ucap Dimas
"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak merasa lega.
Dimas buru-buru mengangkat keranda bersama dengan Galih beserta dua orang yang ikut membantu. Hanin menggenggam erat tangan Raya. Kesedihan Hanin tidak seberapa dibandingkan dengan Raya. Ia sudah banyak kehilangan orang yang sangat ia cintai.
Tangis Raya begitu kencang ketika mereka hendak membawa mayat Rahma ke liang lahat. Perpisahan itu sangat menyakitkan bagi orang yang ditinggalkan atau meninggalkan. Ada yang bilang kalau obat rindu seseorang adalah pertemuan bagaimana dengan mereka yang sudah meninggal dunia. Entahlah, hanya doa yang bisa dipanjatkan. Semoga segala amal ibadah almarhumah diterima Allah SWT.
Tumpukan tanah terakhir baru saja menutupi tubuh Rahma yang terbalut dengan kain kafan. Kita tidak tahu nama siapa lagi yang akan tertulis di batu nisan. Semua kuasa Allah dan tertulis di lauh Mahfudz.
Setelah membaca talqin dilanjutkan dengan doa mereka bubar satu persatu. Disisakan Hanin, Raya, Galih, Sisil, Dimas dan Faisal.
"Mama sama Papa nggak kesepian lagi. Sekarang udah ada Nenek disini," ujar Raya menaburkan bunga ke makam Aldo dan Reni yang berdekatan dengan Rahma.
"Selamat tidur sayang. Tunggu aku disana dengan senyuman cerahmu." Faisal mengusap batu nisan Rahma.
"Aku akan selalu jaga cucu kita. Dimas, Raya dan Hanin. Mereka selalu menjadi bintang paling bersinar dihati kita." Faisal mengusap air matanya.
"Nek, Hanin minta maaf ya belum bisa jadi cucu yang baik. Tapi Hanin janji bakal hapalin semua salawat yang mau Nenek ajarkan sama Hanin. Terima kasih ya Nek."
Galih berjongkok disebelah Hanin,"Mama jangan khawatir ya. Raya sama Papa bakal Galih jagain. Galih juga minta maaf pernah menyakiti hati Mama. Semoga Allah mengampuni semua dosa Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Teen FictionIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...