Jangan lupa vote and coment ya
Happy Reading 🤗
°°°
Mochi✓✓✓✓
Hanin melihat gerbang rumahnya tertutup rapat. Ia menggoyangkan pagar agar Pak Supri mendengarnya. Ia meletakkan sepeda dengan sembarangan. Hanan yang masih menatap Hanin dari kejauhan pun hanya bisa menggelengkan kepala. Tak mengerti dengan sikap gadis itu yang selalu asal-asalan."Pak Supriyanti!" teriak Hanin dengan kuat menggoyangkan pagarnya.
"Pak, kalau bapak nggak buka. Hanin bakal bilang sama Papa buat motong gaji Pak Yanti." Hanin kesal karena Supri tertidur dengan pulas di pos satpam.
"Woy pak!"
Lagi-lagi teriakan Hanin tidak bisa membangunkan Supri. Dengan tingkah liciknya, Hanin menelepon Pak Supri dengan berulangkali. Merasa terganggu, Supri pun terbangun dan mengecek siapa yang meneleponnya sepagi ini.
"Halo, kenapa telepon pagi-pagi buta sih Non!"
"Woy Pak sadar! Ini sudah sore. Makanya kalau habis ashar itu jangan tidur jadi oleng 'kan. Cepatan bukain gerbang. Kalau tidak dibuka dalam hitungan ke satu. Jangan harap dapat bonus dari Hanin!"
Supri tersentak, ia menoleh ke arah gerbang. Ternyata benar ada Hanin yang sedang menatapnya tajam dan mengarahkan tangan ke leher seperti layaknya pisau. Ia ketar-ketir langsung berlari menghampiri Hanin.
"Kenapa lama banget sih Pak Yanti," kesal Hanin lalu masuk ke pekarangan rumah.
"Maaf Non," ucap Supri merasa bersalah karena selama ini Hanin selalu memberi bonus kepada Supri meskipun tidak banyak hanya satu juta. Namun, itu bisa membuat Supri bahagia.
"Oh iya Pak Supriyanti, tolong sepedaku dibawa masuk. Terima kasih," pinta Hanin lalu melenggang pergi.
"Nama saya Supriyanto Non, bukan Supriyanti!" sanggah Supri tak habis pikir kenapa Hanin suka sekali mengganti namanya dengan sebutan aneh-aneh.
Supri memiliki badan gemuk, masih lajang dan berumur 27 tahun, membuat Hanin selalu saja ingin meledeknya.
"Pak Yanti, gaji bapak saya potong ya," ledek Hanin lalu berlari masuk ke dalam rumah.
"Eh Non jangan!"
Meskipun Supri tahu kalau Hanin tidak akan setega itu sama dia. Namun, ia tetap takut Hanin itu memiliki sifat yang tidak mudah ditebak. Bisa jadi memang ia meminta Galih untuk memotong gaji Supri atau ia tidak memberikan bonus untuk bulan ini.
"Assalamualaikum Mama," sapa Hanin, tetapi Sisil tidak ada di kamar.
Hanin mengecek ke dapur untuk mencari keberadaan Sisil. Namun, hanya ada Bi Yeyen yang sedang memasak rendang sapi dan soto ayam.
"Bi, sotonya sudah boleh dimakan belum?" tanya Hanin yang sekarang sedang mengaduk soto dalam panci yang berada di atas kompor yang masih menyala sedang.
"Udah non. Tolong matiin kompornya ya Non," pinta Yeyen, dengan senang hati Hanin mengambil tupperware lalu dengan telaten memasukkan soto itu ke dalamnya.
"Bi, tolong satu tupperware itu isi nasi ya. Bibi masak nasi banyak 'kan?"
Yeyen mengernyitkan dahinya. Kenapa Hanin begitu bersemangat dan nasi ini untuk siapa? Tidak seperti biasanya.
"Rendang juga ya Bi siapin. Aku mau ganti baju dulu." Hanin menepuk-nepuk tangannya dan meraih tissue di meja makan untuk mengelap tangan lalu membuang tissue itu kedalam keranjang sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Ficção AdolescenteIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...