Tahlilan
Malam ini sudah banyak orang berdatangan ke rumah Galih untuk tahlilan. Makanan sudah siap di meja bagian pojok kanan. Nasi dengan segala macam lauk dan pauknya. Tak lupa kerupuk dan buah-buahan sebagai pelengkap.
Terkenal sebagai pengusaha sukses dan sangat dermawan. Galih ingin memberikan terbaik untuk mereka yang sudah bersedia datang membacakan Yasin untuk ibundanya.
"Assalamualaikum," salam Luna setelah memasuki rumah Galih diikuti oleh Hanan dan Darma.
"Waalaikumsalam, Luna." Sisil dan Luna berpelukan hangat.
"Sabar ya Mbak," ujar Luna sembari melerai pelukan.
"Iya makasih ya Lun. Silahkan duduk," kata Sisil mengarahkan dimana Luna dan dia akan duduk.
"Mari duduk," ajak Galih kepada Darma sahabatnya.
Setelah mereka duduk dan mengobrol untuk menghilangkan rasa bosan menunggu acara dimulai. Sedangkan Hanan diajak dimas untuk bergabung dengannya. Ada juga Raya dan Hanin memakai baju berserta kerudung sama, berwarna putih.
"Yang sama Bang Dimas itu siapa?" Bisik Raya.
"Hanan tetangga sebelah," balas Hanin sedikit keras terdengar oleh Dimas dan Hanan.
"Dia masih sekolah?"
"Iya, SMA Prakarya."
Raya cemberut kalau Hanan bukan SMA Himalaya,"Berarti kita nggak satu sekolah sama Hanan dong," ujarnya sedih.
"Kita?" tanya Hanin memastikan lagi.
"Iya, Raya sama Kak Hanin 'kan SMA Himalaya."
Hanin lupa kalau Raya belum tahu ia sudak pindah sekolah hari ini. Karena masalah ia dengan Rian dan Lea. Sampai sekarang belum terucap kalimat permintaan maaf yang tulus dari mulut mereka. Sudahlah tidak penting sekali.
"Aku sudah pindah sekolah ke SMA Prakarya hari ini," ungkap Hanin.
Raya melongo tak percaya rasa bahagia satu sekolah dengan Hanin sirna begitu saja. Meskipun ia bisa meminta kepada Galih untuk pindah. Tetapi Raya tak mau merepotkan Galih lagi. Ia sudah sngat bersyukur bisa tinggal di rumahnya sekarang.
Pukul setengah delapan acara sudah dimulai oleh Ustadz Husain. Di usianya yang masih muda dua puluh dua tahun dan masih lajang. Membuat para perempuan berlomba-lomba untuk mencari perhatiannya. Ia tampan, cerdas dan memiliki senyum yang manis sekali.
Suaranya memimpin surah Yasin sangat merdu sekali. Setelah acara selesai Galih mempersilahkan para undangan tahlilan untuk mencicipi makanan yang telah disajikan.
Oh Tuhan, kenapa Ustadz Husain harus tersenyum kepada Hanin. Tidak baik untuk kesehatan jantung dan menyebabkan diabetes akut karena terlalu manis. Jangan terlalu percaya diri, mungkin Husain kagum kepada Raya.
"Itu namanya siapa?" tanya Husain di sela makannya.
"Yang mana Ustadz?" kebetulan disebelah ada Dimas.
Husain hanya mengarahkan padangan kepada Hanin dan Raya. Dimas langsung mengerti pasti ia ingin tahu nama sepupunya. Soalnya hari ini ia cantik sekali. Bagaimana dengan Hanin. Jujur saja Dimas belum rela kalau perhatian Hanin teralihkan kepada orang lain selain dia-kakaknya.
"Raya Savira," jawab Dimas.
Husain mengangguk lalu tersenyum. Inikah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Meskipun jarak umur mereka terpaut jauh. Tetapi tidak masalah kalau sudah suka tidak mandang usia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Teen FictionIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...