Ada apa dengan Lea?
"Apa-apaan ini Hanin?" Galih tak habis pikir dengan putrinya.
"Surat panggilan orangtua?" Dimas menaikkan kedua alisnya menatap sang adik tertunduk di hadapan mereka.
"Kamu buat masalah apa, Nak?" sangat jelas Hanin memberikan surat panggilan orangtua. Tetapi mengapa suara Sisil begitu lembut. Hanin sangat merasa bersalah kepada Mamanya.
"Nggak ada Ma. Cuma pak Rian aja yang nggak waras," jawab Hanin merasa kesal kalau mengingat kejadian disekolah tadi pagi.
"Coba jelasin sama Papa." Galih berusaha lembut terhadap Hanin.
"Pak Rian selama ini selalu nukerin nilai Hanin sama Lea. Seharusnya semester lalu yang juara satu umum itu Hanin Pa. Tapi kenapa Pak Rian jahat banget sama Hanin. Sebenarnya Hanin nggak masalahin kemarin. Tapi, semakin Hanin biarin mereka ngelunjak. Bahkan jelas-jelas semua nilai Lea itu punya Hanin."
Pundak Hanin bergetar. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa marah, kesal dan sedihnya. Bagaimanapun ia tidak ikhlas selama ini. Meskipun berusaha untuk melupakannya.
"Kamu tahu darimana nilai kamu di tukerin?"
"Hanin ada bukti videonya Pa. Dari kak Bagas." Hanin mengambil handphone-nya. Membuka galeri dan menunjukkan video Rian dan papanya Lea.
Di sebuah kafe yang begitu ramai. Terdapat dua orang yang sedang duduk bercakap-cakap. Terlihat serius.
"Saya harap kamu bisa menukarkan nilai anak saya dengan anak paling cerdas di kelasnya."
"Tapi pak saya tidak bisa," ujar Rian berusaha menolak.
"Saya ingin anak saya bahagia bisa mendapatkan juara."
"Tapi pak-"
"Saya tahu kamu butuh uang dan saya bisa membayar berapa pun yang kamu mau. Sebagai imbalan kalau kamu bisa menukarkan nilai anak saya."
"Saya akan menukarkan nilai Lea dengan Hanin. Karena Hanin yang akan mendapat juara satu umum semester ini."
Galih geram melihat video yang diberikan Hanin. Mengapa Hanin diam saja tidak mau bicara.
"Kenapa kamu selama ini tidak mau cerita?"
Hanin menatap wajah Galih yang menahan rasa marahnya. Kesal, tentu saja. Orangtua mana yang rela melihat anaknya diperlakukan tidak adil seperti ini. Ternyata ada politik di dalamnya. Seperti Galih tahu dan kenal wajah lelaki di video itu.
"Karena Hanin takut Pa. Kalau papa tahu pasti bakal marah sama Lea."
Galih buru-buru mengambil handphone-nya di saku celana. Terlihat sangat serius sekali.
"Halo, saya harap sekarang juga tarik investasi dari perusahaan ZNH Grup. Jangan lupa batalkan kerja sama dengan mereka. Secepatnya!"
Galih menelpon anak buahnya di kantor untuk tidak lagi berinvestasi di perusahaan itu. Sisil mengerti itu langsung melirik Galih dan Hanin bergantian.
"Papa sudah mencabut investasi di perusahaan orangtuanya Lea," kata Galih yakin. Hanin mendengar itu terkejut bukan main. Ternyata selama ini papanya bekerja sama dengan keluarga Lea.
"Terus papa besok mau ke sekolah Hanin?" tanya Dimas memastikan.
"Iya sepertinya."
"Terserah papa mau ngapain. Pokoknya Hanin mau ke kamar. Capek!"
Hanin tidak tahu harus berbuat apa. Dis serahkan semuanya kepada Dimas dan kedua orangtuanya. Mau Galih tidak berinvestasi Hanin tidak perduli lagi dengan Lea. Yang ia perdulikan sekarang adalah tidur karena sudah mengantuk sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Teen FictionIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...