{HaHa31}

26 7 0
                                    

Perundungan

✓✓✓✓


Setelah Niko meminta izin kepada wali kelas sebelas ipa satu. Dan Melati pun mengizinkan Hanin untuk pulang. Hanan sebagai sahabat dan tetangga yang baik bersedia mengatarnya.

"Gue aja, lo kan ada ulangan," kata Niko kepada Hanan.

"Mudah urusan ulangan, sekali lihat benar semua!" balas Hanan dengan percaya diri.

"Sok banget lo!" cibir Niko, meskipun Niko tahu Hanan memang cerdas.

"Hanin juga minta gue yang nganterin bukan lo." Niko bungkam, kalau begitu ia tidak bisa membantah.

"Lo 'kan bisa bikin alasan biar nggak ngaterin dia! Gue aja yang nganterin dia, gue 'kan pacarnya!"

"Beneran lo suka sama Hanin? Bukan lo jadikan sebagai pelampiasan untuk melupakan Bunga?" selidik Hanan.

"Ya nggak mungkinlah. Sedangkan Hanin dan Bunga itu jelas-jelas berbeda!"

"Gue nggak percaya! Kalian berdua berada dalam pengawasan gue. Kalau sampai gue lihat Hanin sakit hati gara-gara lo. Siap-siap saja, Hanin jadi milik gue!"

Hanan melangkah pergi, laki-laki yang lebih tinggi dari Niko itu tersenyum miring. Ia ke kelas untuk mengambil tas Hanin. Setelah itu kembali lagi ke UKS, aura positif yang berada di tubuh Hanan membuat para perempuan tersenyum disaat ia lewat. Sekelompok perempuan bersorak seketika ingin meminta foto bersama Hanan. Namun, ia menolak karena buru-buru ingin mengantar Hanin orang kedua terpenting dalam hidupnya setelah kedua orangtua.

"Bisa jalan sendiri?" tanya Hanan sesampai di UKS ia memandangi Hanin yang masih meringis kesakitan. Gadis itu mengangguk, tetapi matanya tidak bisa berbohong kalau ia belum kuat berjalan.

Hanan memakai tas Hanin dari depan. Ia membungkuk badan depan Hanin," Kamu ngapain?" tanya Hanin terkejut.

"Gue tahu kaki lo masih sakit. Jadi, gue nawarin bantuan buat gendong lo!" Hanan masih sedikit membungkuk.

"Hem, lo nggak takut dimarahin Niko?" tanya Vena menatap Hanan khawatir kalau kedua temannya ini berkelahi.

"Nggak usah deh Nan. Aku nggak enak sama yang lain. Nanti aku jalan aja!" Hanin menolak karena hubungannya dengan Niko sudah tersebar. Takut nanti ada yang menjelekkan dirinya karena digendong Hanan.

Sebenarnya Hanin tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Ada sedikit keraguan dihatinya menerima Niko sebagai pacar dengan semudah itu. Perhatian kecil dari Hanan membuat ia ragu atas cintanya kepada Niko. Apa mungkin orang yang Hanin suka adalah Hanan. Oh tidak mungkin dia mencintai dua orang sekaligus dalam satu hati dan waktu.

"Sini aku bantu!" Vena menuntun Hanin untuk turun dari brankar.

"Kalian pulangnya naik angkot?" tanya Renja, khawatir ada apa-apa dijalan.

Hanin mengangguk.

"Nggak papa, gue yang nganterin dia. Dijamin aman!" Hanan meyakinkan Vena dan Renja yang tampak khawatir sekali.

***

Sisil merasakan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Ia sedikit gemetar, Yeyen memberikan segelas air untuk menenangkan Sisil.

"Bi, kenapa saya merasa ada sesuatu yang akan terjadi," kata Sisil hampir saja gelas yang ia pegang terjatuh, untung saja Yeyen dengan sigap mengambilnya.

"Mungkin perasaan Ibu saja. Semoga kita selalu dilindungi Allah."

"Saya mau ke kamar dulu!" pamit Sisil.

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang