[HaHa11]

64 26 17
                                    

Hanya tetangga

"What's wrong with you?"

Satu pertanyaan dari Galih membuat Dimas bungkam. Dia saja tidak tahu kenapa seperti ini. Ditambah teras rumah sekarang terkena pancaran sinar matahari pagi. Uh, panas sekali.

"I don't now," jawab Dimas.

"Kamu bentak Hanin cuma gara-gara Lidya itu. Oh My God, Dimas!"

Emosi Galih menggebu-gebu seakan ingin menelan Dimas hidup-hidup. Tetapi itu tidak mungkin karena Galih bukan kanibal. Dan dia masih memiliki kewarasan.

"Bahkan kamu lupa kalau rumah ini ada cctv-nya," tekan Galih supaya Dimas ingat kalau setiap sudut ruangan rumah ini ada cctv. Terkecuali kamar dan toilet. Sangat tidak ramah bintang lima kalau dipasang. Berbahaya sekali.

"Dan Papa sudah lihat bagaimana kejadiannya." Benar apa kata Galih dia sudah melihat di cctv bersama dengan Sisil.

Dimas menggeleng sembari mengecek handphone nya yang sudah dihubungkan dengan cctv.

"Papa harap kamu semakin bijak dalam menghadapi situasi. Bagaimana bisa Papa percayakan perusahaan kepada kamu yang sangat gegabah seperti ini."

"Sudahlah, Kakek kamu sudah memecat Lidya 'kan. Setidaknya Papa tenang," ujar Galih membenarkan dasi hitam dilanjutkan membenarkan jas kantornya.

Galih beranjak meninggalkan Dimas yang masih bergeming seraya menatap punggung Galih yang menghilang masuk kedalam mobil.

"What should i do?" Gumam Dimas kemudian mengambil motornya dari garasi.

***
Sekolah SMA Prakarya geger karena kedatangan Hanan yang menggendong Hanin sampai ke kelas. Hanan yang terkenal karena tampan dan cerdas membuat para siswi iri dengan Hanin. Sedangkan Hanin tertidur pulas.

"Hanin kenapa?" tanya Vena khawatir melihat Hanin tertidur dia kira pingsan.

"Ketiduran," jawab Hanan kemudian mendudukkan Hanin perlahan di kursinya.

Untung saja gerbang belum di tutup jadi mereka tidak akan dihukum oleh guru bk.

"Tapi kok bisa lo sama Hanin?" tanya Renja yang mewakili seluruh isi hati teman sekelasnya.

"Tetangga."

Singkat, padat dan jelas.

Hanin mengerjapkan mata terkejut karena ada notifikasi dari WhatsApp. Ia pun melirik ketiga temannya. Ternyata dia sudah di kelas. Berarti selama perjalanan Hanin tertidur. Kasihan Hanan pasti sangat capek sekali.

"Hanin tertidur ya?" lirih Hanin.

Hanan mengangguk.

Hanin meraih lengan Hanan membuat sang empunya terkejut. Dadanya berdegup, keringat dingin. Kenapa perasaan Hanan seperti ini. Padahal banyak perempuan yang mendekatinya. Namun, kepada Hanin sangat berbeda.

"Hanin minta maaf," lirihnya minta maaf lagi.

"Iya."

Hanin menarik tangannya kembali meraih handphone untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata dari Dimas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang