[HaHa18]

49 16 5
                                    

Maaf kakak semuanya...
Bisa minta tolong, Pembaca sama Vote nya di imbangi ya. Jangan lupa Coment juga.

TERIMA KASIH 🌻

√√√√√

Musibah menjadi berkah


Mama!" teriak Hanin dari kamarnya. Ia tercengang menatap jam dinding kamar menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia segera beringsut dari kasur menuju kamar mandi.

Sisil mendengar teriakan Hanin langsung berlari ke lantai atas dimana kamar putrinya berada.

"Kenapa?" tanya Sisil ketika masuk kamar mendapati Hanin keluar dari kamar mandinya.

"Kenapa Mama nggak bangunin Hanin?"

"Lah terus?" tanya Sisil menaikkan alisnya.

"Hanin jadi telat sekolah 'kan. Semua gara-gara Mama nggak bangunin Hanin," ujar Hanin memasang wajah cemberut sambil memasukkan beberapa buku didalam tasnya.

"Kamunya aja yang males. Kenapa nyalahin Mama!" cibir Sisil.

Hanin tak memperdulikan Sisil, yang ia pikirkan sekarang gimana caranya agar cepat membereskan buku-bukunya. Ia meraih seragam sekolah dari gantungan. Memakai secara asal, setelah itu memakai kaos kaki dan sepatu.

"Hanin pergi sekolah dulu," pamit Hanin mencium punggung tangan kanan Sisil. Kemudian berlari secepat kilat tak menghiraukan panggilan Sisil yang menyuruhnya sarapan terlebih dahulu.

"Bi Yeyen, tolong kasih makan ikan cupang sama Elang Hanin ya. Hanin pergi sekolah dulu. Jangan sampai lupa!" Hanin berteriak ketika melihat Yeyen sedang menyirami tanaman.

"Baik Non," jawab Yeyen nurut. Meskipun Hanin sering berteriak dirumah tetap saja Yeyen menyayangi Hanin seperti anak kandungnya. Karena ia sangat ingin memiliki seorang putri. Ia berharap semoga menantunya kelak seperti Hanin yang cantik, baik dan cerdas.

Dengan rambut acak-acakan, seragam berantakan, belum sarapan tidak ada yang mengantar. Hanin membuka gerbang rumahnya dengan sekuat tenaga. Ia melihat ada seorang pengendara motor disana.

"Bang, tukang ojek ya?" tanya Hanin.

"Iya Neng," jawab tukang ojek itu.

Huh. Akhirnya gadis itu bisa bernapas dengan lega. Ia meminta kepada tukang ojek untuk mengantarkannya sampai ke sekolah. Setelah menaiki motor, mereka melaju dengan kecepatan tinggi sesuai permintaan Hanin.

"Bang, lebih cepetan ya," suruh Hanin berteriak.

"Ini udah cepat Neng," jawabnya tak kalah kencang.

Sial! Karena ia maraton membaca buku novel semalam. Hari ini ia telat sekolah, yang dibaca bukannya happy ending malah sad ending. Tokoh fiksi kesukaannya meninggal dunia karena kecelakaan demi menjemput kekasihnya dari bandara. Sudahlah, Hanin masih terbawa suasana haru saat ini.

"Sudah sampai Neng," kata tukang ojeknya.

Hanin tersadar. Ia turun dari motor dan membayar ongkosnya. Namun, apa yang ia cari tidak kunjung ketemu. Hanin merogoh lagi saku seragam sembari meliriknya tetap saja tidak ada.

"Sebentar Bang," ujar Hanin panik seraya membuka resleting tas. Semoga saja uangnya ada disana.

Mampus! Tidak ada satu pun uang didalam sana. Gerbang sekolah mulai ditutup oleh satpam. Perasaan Hanin tak karuan sekarang. Ia takut nanti bakal dihukum karena telat. Namun, uang untuk membayar ojek tidak ada.

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang