{HaHa30}

24 5 0
                                    


{Gudang belakang sekolah}


✓✓✓✓

"Maksud lo apa gandengan sama Niko? Lo nantangin gue atau gimana?" sarkas Rafflesia sedikit mendorong bahu Hanin.

"Siapa yang nantangin!" jawab Hanin tak kalah nyolot.

"Lo berani sama gue! Gue kasih tau sama lo ya. Niko itu punya gue. Jangan jadi pelakor deh Nin."

Geng Kembang menatap Hanin sembari bersedekap dada. Kemuning dan Mawar mencengkeram kuat lengan Hanin sesuai arahan Rafflesia. Hanin ingin memberontak tetapi Rafflesia mendorong kuat Hanin hingga kepalanya sedikit terbentur di dinding.

"Seret dia ke gudang!" titah Rafflesia.

"Kalian semua sakit jiwa!" cibir Hanin, ia menahan rasa sakit di kepala.

Kemboja dan Kenanga melihat apakah situasi aman. Setelah tidak ada murid dan guru mereka pun melanjutkan menyeret Hanin hingga ke gudang belakang sekolah. Jika ada yang curiga, Rafflesia berpura-pura baik kepada Hanin layaknya berteman. Begitupun dengan Kemuning dan Mawar, banyak mengira mereka dekat. Padahal, cengkeraman tangan itu sangat sakit sekali.

Gudang itu berada di luar sekolah. Setahu Rafflesia, pemiliknya jarang sekali datang hingga terbengkalai. Banyak barang-barang antik disana. Namun, tak ada satu orang pun yang berani mengambilnya. Karena hampir seluruh murid SMA Prakarya anak orang kaya. Jadi menurut mereka tak begitu penting, yang penting belajar dan mendapat nilai terbaik.

"Lo cantik banget sih Nin!" Rafflesia memegang rambut panjang Hanin.

Hanin memberontak kala Rafflesia mengeluarkan gunting dari dalam tasnya. Kemuning dan Mawar langsung mendorong Hanin hingga ia terhempas di lantai. Lututnya terluka, begitupun tangan terdapat goresan luka akibat bergesekan dengan lantai semen.

"Sekali kalian mendekat. Aku akan teriak!" ancam Hanin, dibalas gelak tawa oleh mereka.

"Apa? Coba aja teriak. Tidak ada satu orang pun yang bisa nolongin lo disini." Rafflesia, mengarahkan gunting yang ia pegang tepat di rambut Hanin.

Hanin menepis gunting itu,"Gila! Lebih baik kalian semua berobat. Kalian berlima butuh Psikolog dan Psikiater."

"Atau perlu aku hubungi Rumah Sakit Jiwa untuk menampung kalian. Sampai kapan kalian mau nyakitin orang seperti ini. Apa kalian sadar, jika seandainya kalian berlima di posisi aku." Hanin mengambil alih gunting yang Rafflesia pegang, lalu posisi mereka sekarang berbalik.

"Rambut kamu juga cantik!" ucap Hanin seraya memegang Rambut Rafflesia. Ia tersenyum dengan licik.

"Apa boleh aku yang motongnya. Kayaknya aku tahu model rambut terbaru sekarang."

Rafflesia bergidik ngeri kala Hanin berubah menjadi beringas. Mereka mengira Hanin, cupu, lemah. Tetapi, nyatanya sekarang Hanin menatap tajam mereka satu-persatu.

Tak perlu lama Hanin langsung melempar jauh gunting itu dari jendela. Kalau pun Rafflesia ingin menguncinya di gudang, Hanin bisa lompat lewat jendela. Pintunya juga sudah usang sekali diterjang ambruk semua. Lantas apa yang membuat Rafflesia dan keempat temannya membawa dia ke sini.

"Mendingan kalian pada balik ke sekolah. Soalnya sebentar lagi atapnya rubuh." suruh Hanin seperti tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Rafflesia tak menghiraukan perkataan Hanin. Ia tetap saja menyuruh temannya untuk menyiksa Hanin dengan menarik rambut panjang itu. Hanin mengeluh kesakitan. Seperti akar rambutnya hendak tercabut.

"Apa yang kalian lakukan disini?" suara laki-laki ini mampu menghentikan ulah mereka.

"Kenapa lo bisa disini?" tanyanya melihat seragam Hanin acak-acakan, lutut terluka dan meringis kesakitan.

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang