Pura-pura
✓✓✓✓
Dua lelaki dengan paras tampan itu saling menatap mengintimidasi di tengah lapangan sekolah,"Lo kira mudah buat dapetin Hanin!" desisnya, Hanan menggeram sambil tersenyum miring mendengar itu.
"Gue nggak bakal biarin Hanin suka sama lo!" Niko mencengkeram kerah seragam Hanan.
"Tapi faktanya Hanin lebih memilih gue!" geram Hanan melepas cengkraman tangan Niko.
Satu pukulan mendarat di pipi kiri Niko. Hanan membalas, terjadilah perseteruan antara mereka disaksikan oleh Hanin dan Rafflesia.
"Sudah!" teriak Rafflesia menghentikan Niko untuk memukul Hanan.
Rafflesia berjalan menghampiri tetapi Hanin tetap diam membawa infus gantungnya," Kalian lupa kalau ini area rumah sakit!"
"Lo ngapain disini?" tanya Niko menusuk.
"Suka-suka gue Nik, itu bukan urusan lo!" Rafflesia sudah muak. Bahkan karena Niko, ia rela menyakiti adik sepupunya.
"Lo nggak berniat menyakiti Hanin kan?" tanya Hanan memastikan.
"Yang ngebuat Hanin sakit itu kalian berdua. Terutama lo Niko, gue tahu lo pura-pura suka kan sama Hanin cuma karena dia mirip Bunga yang udah meninggal itu!" suara Rafflesia naik satu oktaf.
"Jangan sebut Bunga di depan gue!" bentak Niko.
"Kenapa? Oh iya, Bunga kan belum meninggal tapi gila!" ucap Rafflesia terus terang.
"Gila karena banyak dituntut oleh keluarga buat sempurna." Rafflesia berdecih.
"Bunga sudah meninggal!" Niko bersikeras.
"Rumah sakit Jiwa Graha Indah, Bunga dirawat disana," ucap Rafflesia.
Rafflesia, menahan rasa tangisnya. Ia sebenarnya sangat mencintai Niko dari lubuk hati yang paling dalam. Hanya ada Niko satu-satunya orang yang bisa membuat dia jatuh cinta lagi dan lagi. Rasa kesalnya pada Hanin juga hadir pada dirinya. Bahkan, ia tidak berniat untuk menyakiti Hanin. Itu semua karena rencana yang sudah mereka susun untuk memecahkan permasalahan Rafflesia.
"Gue cinta sama lo, kenapa nggak pernah lo balas perasaan gue. Sampai gue rela menolak sekolah di London demi Lo. Tapi apa yang gue dapat, lo fitnah gue jadi penyebab meninggalnya Bunga. Padahal Bunga itu sakit jiwa!"
Dengan teganya Niko menampar Rafflesia, sahabatnya sendiri. Seseorang yang selalu menemani ia selama ini. Dan semua itu berubah semenjak kehadiran Bunga.
"Maaf!" ucap Niko lirih melihat Rafflesia menangis dan tangan Niko membekas di pipinya.
Hanin berjalan menghampiri mereka dengan perlahan karena perutnya terasa sakit. Hanan melihat Hanin langsung menggenggam tangannya. Memberi isyarat kalau Rafflesia baik-baik saja.
"Gue nggak pernah menyakiti Bunga. Gue nggak pernah Niko. Malah Bunga yang menyakiti gue karena rasa cemburu dia. Gue juga merasa bersalah sama Hanin karena nyakitin dia padahal adik sepupu gue sendiri. Walaupun itu semua rencana kita tetapi tetap saja gue merasa bersalah. Dia sekarang sakit. Dan semua itu gara-gara gue!" Rafflesia menangis histeris ia berjongkok sembari menepuk-nepuk dadanya yang sesak.
"Gue mohon sekali ini percaya sama gue!" ucap Rafflesia lirih, Niko menarik Rafflesia untuk berdiri dan langsung ia bawa kedalam dekapannya.
"Maafin gue!" ucap Rafflesia tersedu di dada bidang Niko, ia mengeratkan pelukannya.
"Gue udah tahu kalau Bunga itu masuk rumah sakit jiwa," kata Niko membuat Rafflesia dan Hanin terkejut, sedangkan Hanan hanya diam.
"Kok bisa?" tanya Rafflesia mendongak menatap Niko.
"Ya bisalah," jawab Niko memberikan acungan jempol kepada Hanan.
"Kamu ngerencanain apa sama Niko?" tanya Hanin mengintrogasi.
"Ya nggak ada," jawab Hanan singkat.
"Kalian ngerencanain apa sih?" kata Rafflesia melepaskan pelukannya dari Niko.
"Jangan-jangan kalian berdua sudah tahu rencana kita berdua?" tebak Rafflesia.
Niko mengangguk.
Sebelumnya, Niko pernah melihat Hanin dan Rafflesia berbicara sepulang sekolah. Awal-awal Hanin menjadi murid baru. Mereka berdua merencanakan sesuatu untuk membongkar rahasia Bunga yang pura-pura meninggal tetapi bukti mereka belum kuat. Terlebih lagi Hanin dulu juga berteman dekat dengan Lea Michella yang ternyata adik kandung Bunga. Niko juga ingin mengetes kemampuan Rafflesia meluluhkan hatinya. Ia juga meminta bantuan kepada Hanan untuk mengawasi dua perempuan cantik mereka.
"Terus lo sekarang suka nggak sama gue?" tanya Rafflesia tiba-tiba.
Niko berdehem, menghela napas sebentar," belum," jawabnya, lalu tersenyum sembari mengusap sisa airmata gadis itu. Sedetik kemudian ia kembali menangis, tangannya bergetar dan napas memburu.
"Kenapa nangis, hei. Aku cuma bilang belum bukan berarti tidak. Jadi, mungkin satu menit lagi atau sekarang sudah suka. Kita itu dari kecil sama-sama Raff. Kalau dari awal kamu bilang suka sama aku mungkin dulu aku nggak perlu memaksakan diri buat suka sama Bunga."
"Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau suka." Rafflesia sesegukan.
"Karena aku nggak tau itu rasa suka itu benar cinta untuk laki-laki kepada wanitanya atau cuma untuk sahabat. Tapi semenjak ada Hanin kamu terang-terangan bilang kalau suka sama aku."
"Duh, serasa nonton drama," ejek Hanin.
"Nggak boleh ngejek, kamu juga waktu itu kayak gitu di lihat banyak orang lagi." Hanan malah mengejek Hanin," Aku nggak suka sama Niko aku sama Hanan. Sampai nangis sesenggukan. Kamu itu kayak lagi ngeliat diri sendiri tahu nggak."
"Apasih!" Hanin mencubit lengan Hanan karena salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Ficção AdolescenteIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...