{HaHa27}

27 6 0
                                    


Pacar Hanin


✓✓✓✓


Setelah kejadian tadi pagi membuat Hanin kesal karena masalah bahasa korea. Sekarang ia kesal gara-gara Hanan tidak masuk sekolah. Ia duduk sendirian mendengar Bu Melati menjelaskan pelajaran Kimia.

Tertulis di surat izin ternyata Hanan sakit. Sakit apa dia,"Ven," panggil Hanin dengan suara sekecil mungkin tetapi masih terdengar ditelinga Vena dan Renja.

"Kenapa?" tanya Vena tetapi masih menatap lurus ke papan tulis dimana Melati sedang menjelaskan materi..

"Nanti kita jenguk Hanan ya," kata Hanin khawatir.

Vena pun mengangguk.

Tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka hingga bel istirahat berbunyi. Setelah beberapa saat Bu Melati keluar. Anak murid ipa satu bersorak gembira melangkah menuju kantin. Sedangkan Hanin malah menelengkupkan kedua tangan diatas meja. Tidak ada Hanan membuat ia uring-uringan sekali.

"Nin, kita ke kantin yuk. Aku udah laper nih," ajak Vena berusaha membujuk Hanin.

"Ayo Nan kita ke kantin," kata Hanin seraya ingin menggenggam tangan Hanan. Namun gadis itu tersadar kalau yang ia pegang hanya ilusi. Tak ada Hanan disini!

"Kamu ngapain?" tanya Vena heran, dalam hatinya Hanin merutuki diri sendiri.

Hanin menghela napas sebentar saat bangku yang biasanya diduduki Hanan terlihat kosong. Lalu siapa yang ia jaili hari ini. Pensil siapa yang selalu Hanin patahin, jaket siapa yang akan membuat ia nyaman ketika ketiduran di kelas.

"Kenapa Hanan nggak masuk sekolah sih!" Hanin begitu kesal.

"Ayo Nin ke kantin. Urusan Hanan sekolah apa nggak nanti aja. Besok dia pasti sekolah kok." Vena sudah tak sabar ingin mengisi perutnya dengan semangkuk mie ayam.

Hanin pun menurut dengan Vena, ia berjalan dengan lunglai. Bagaimana bisa ia bersemangat sedangkan sahabatnya sakit. Meskipun Hanin sedikit menyebalkan membuat Hanan kesal. Namun, rasa sayang Hanin lebih besar dari itu.

Vena dan Hanan duduk di kursi kantin bergabung dengan Renja dan teman mereka yang lain. Seperti biasa Circle yang susah ditembus. Namun, hari ini Hanan tidak ada.

"Hello guys," sapa Vena setelah bergabung dan memesan makanan.

Hanin hanya diam. Ia tidak terlalu kenal dengan teman lelakinya. Kalau saja ada Hanan pasti Hanin sangat bersemangat. Niko memang orang yang ia cintai trtapi posisi Hanan tidak akan tergantikan sebagai sahabat.

"Lo nggak pesan makanan?" tanya Fatur melihat Hanin hanya duduk diam memerhatikan mereka makan.

Hanin menggeleng," Nggak laper," jawabnya pelan.

"Lo kenapa sakit?" tanya Fatur membuat Niko refleks menoleh menatap Hanin yang menunjukkan raut sedih.

Hanin menggeleng lagi.

"Gue mau nanya sama lo, boleh nggak?" Hanin mengangguk memperbolehkan Fatur untuk bertanya.

"Kalau gue suka sama lo, diterima nggak?"

Pertanyaan yang membuat mereka disana spontan menatap Fatur dan Hanin bergantian. Perempuan yang baru saja ditembak Fatur mematung ditempat. Ia melirik Niko sebentar, manik mata mereka bertemu. Sedetik kemudian mereka mengalihkan pandangan.

"Kak Fatur serius?" tanya Hanin.

"Gue serius!"

Seperti disambar petir siang bolong. Jantung Hanin berpacu dengan cepat. Bagaimana bisa ia menerima cinta Fatur kalau hatinya saja sudah terpikat dengan sosok Niko.

Hanan & Hanin {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang