Sepeda baru
Jam dinding menunjukkan hampir pukul setengah empat sore. Murid SMA Prakarya mulai membereskan buku dan alat tulisnya. Berhubung kelas Hanin sekarang kosong mereka sudah duluan keluar kelas sebelum bel berbunyi. Ya maklumlah tidak sabaran ingin pulang.
"Nin, kita pulang naik angkot atau ojek aja ya," kata Hanan.
"Kenapa?" tanya Hanin bingung.
"Lo lupa kalau sepeda gue rantainya putus?"
"Lah iya, aku lupa kalau ke sekolah tadi naik sepeda sama kamu," ujar Hanin menepuk dahinya.
"Apanya yang naik sepeda! Lo itu kesini digendong Hanan. Dasar tukang molor," timpal Renja menoleh ke Hanin.
"Mana diliat seantero Prakarya," tambah Raya.
Hanin tertawa sembari menepuk bahu Hanan," Besok kalau aku capek gendong lagi ya," gurau Hanin.
"Nyengir lo digendong Hanan," cibir Renja.
"Sakit oy!" Kesal Hanan.
Hanin menghentikan aksinya menepuk bahu kekar Hanan. Ia mengambil ponselnya dari kantong baju mencoba memberi tahu Galih untuk menjemputnya. Meskipun yang datang pasti Pak Dadang.
"Kita pulang dijemput pak Dadang," kata Hanin dibalas anggukan dari Hanan."Aku sama Renja pulang duluan ya," pamit Vena.
Siswa dan siswi berjalan menuju parkiran dimana tempat motor dan sepeda mereka terparkir. Ada juga yang menggunakan ojek online, taksi online dan naik angkot. Sedangkan Hanan dan Hanin masih setia menunggu Pak Dadang untuk menjemput mereka.
Dibalik helm hitam itu menampakkan mata yang indah sekali. Pandangannya menusuk ke relung hati. Perasaan apa ini? Jantung Hanin berdesir seperti ada dentuman keras menghantam tubuhnya. Seketika ia lemah, loyo, lunglai tak bertenaga.
"Lo kenapa?" tanya Hanan khawatir melihat Hanin hampir terhuyung kebelakang.
"Jantungku," ucap Hanin memegang dadanya yang berdegup kencang.
"Lo punya penyakit jantung?"
"Hatiku," kata Hanin tanpa menjawab pertanyaan Hanan.
"Punya penyakit hati juga?"
Hanan kalau bicara memang benar-benar sadis. Bagaimana bisa dia mengklaim Hanin punya penyakit jantung dan hati. Yang ada dia sekarat sekarang karena kakak kelas tampannya itu.
Lagi-lagi Niko membius Hanin dengan tatapan matanya. Cukup! Hanin tidak kuat lagi ingin rasanya menenggelamkan wajahnya saat ini juga.
"Lo kenapa sih Nin? Kesambet penunggu sekolah?"
"Enak aja bilang aku kesambet," gerutu Hanin melepas rangkulan Hanan.
"Lah terus?" Hanan semakin penasaran dengan sosok perempuan disampingnya ini. Ia sangat berbeda dengan yang lain. Memiliki karakter yang sangat unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan & Hanin {End}
Ficção AdolescenteIkan cupang berbagai macam jenis selalu menjadi prioritas utama Hanin. Siswi SMA Himalaya yang selalu diremehkan guru karena mendapat peringkat terbawah. Jarak tempuh ke sekolah pun sangat jauh. Kalau bukan karena Papanya ia tidak mau masuk ke SMA t...