BAB 5

149 32 28
                                    

Pagi ini, Haifa tak langsung masuk setelah mengantarkan Afzal berangkat kerja. Haifa memilih untuk menata kembali letak-letak beberapa pot bunga yang berada di halaman. Ia membiarkan gerbang rumah tetap terbuka hingga menampakan beberapa kendaraan bermotor yang lewat dan orang-orang yang sudah mulai beraktivitas di pagi hari.

Kegiatan Haifa sendiri hari ini tidak terlalu padat, bahkan bisa dibilang lebih banyak waktu luangnya. Haifa hanya tinggal mencuci dan membersihkan rumah saja karena ia sudah memasak tadi sebelum Afzal berangkat. Sesuai ucapan Haifa kemarin, perempuan itu benar-benar memasak untuk bekal Afzal bekerja meskipun dengan menu yang sederhana, ayam kecap dan tumis kangkung.

"Neng, orang baru, ya, di sini?"

Haifa langsung menoleh, lalu tersenyum menatap seorang ibu-ibu dengan jilbab cokelat yang kini berdiri di depan gerbang sambil menenteng kantung belanjaan. Sepertinya, ia adalah tetangga Haifa yang kebetulan lewat.

"Iya, Bu," sahut Haifa, lalu berjalan mendekat pada ibu itu.

"Di sini sama siapa aja, Neng?" tanyanya sambil sesekali melirik ke arah pintu rumah.

"Sama suami saya, Bu." Haifa masih mencoba tersenyum ramah meskipun sebenarnya ia merasa canggung.

"Suami?" Ibu itu nampak berpikir sejenak. "Oh, yang Pak Guru ganteng itu?" tanyanya sambil menatap Haifa dengan sorot mata tak percaya.

Haifa hanya balas mengangguk dengan senyum canggung. Ia merasa agak aneh melihat ekspresi ibu itu yang seolah tak percaya kalau dirinya adalah istri Afzal.

"Kirain teh kamu adeknya. Soalnya lebih keliatan kayak adek dari pada istri," ucap ibu itu disertai tawa kecil. Entah apa maksudnya.

Haifa pun memilih diam saja sambil mempertahankan senyumnya. Ia masih berusaha bersikap ramah meskipun suasana hati perempuan itu agak memburuk setelah mendengar ucapan ibu itu tadi.

"Kalau gitu saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa bisa minta tolong ke saya. Rumah saya ada di depan sana, nomor 15." Ibu itu menunjuk sebuah rumah yang memang tak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Baik, Bu. Terima kasih banyak," ucap Haifa sambil mengangguk sopan dengan senyum tipisnya.

Setelah kepergian ibu itu, Haifa langsung bercermin di kaca spion mobil yang terparkir di halaman rumah karena Afzal tadi memilih berangkat menggunakan motor. Haifa memperhatikan pantulan wajahnya dengan teliti sambil sesekali menampakkan ekspresi-ekspresi aneh di depan kaca spion tersebut.

"Emang Haifa enggak keliatan dewasa, ya? Kok, ibu tadi bilang Haifa lebih keliatan kayak adek daripada istri Mas Afzal?" gumam Haifa masih sambil meneliti pantulan wajahnya di kaca spion. Haifa benar-benar masih kepikiran ucapan ibu tadi. "Apa Haifa emang enggak cocok jadi istri Mas Afzal, ya?" Lagi, Haifa mulai berpikir yang tidak-tidak.

Daripada terus memikirkan hal yang seperti tak ada ujungnya itu, Haifa pun memutuskan untuk segera menutup gerbang dan kembali masuk ke rumah, lalu melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Haifa mencoba untuk tidak terlalu memperdulikan ucapan ibu tadi.

🌹🌹🌹

Mas Afzal

Assalamu'alaikum

Mas lagi sibuk?

Wa'alaikumussalam

Enggak. Ada apa?

Aku minta izin

Mau jalan-jalan di sekitar rumah, boleh?

Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang