BAB 30

206 24 27
                                    

Denting yang berbunyi dari dinding kamarku
Sedarkan diriku dari lamunan panjang
Tak terasa malam kini semakin larut
Ku masih terjaga

Sayang kau dimana aku ingin bersama
Aku butuh semua untuk tepiskan rindu
Mungkinkah kau disana merasa yang sama
Seperti dinginku di malam ini

Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini
Kita menari dalam rindu yang indah
Sepi ku rasa hatiku saat ini oh sayangku
Jika kau disini aku tenang

=Melly Goeslaw - Denting=

🌹🌹🌹

Pukul setengah delapan malam, Haifa duduk di atas sajadah bersama Al-Qur'an kecil dalam genggaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul setengah delapan malam, Haifa duduk di atas sajadah bersama Al-Qur'an kecil dalam genggaman. Dengan susah payah Haifa tetap membaca surat Al-Mulk seperti biasa meskipun tenggorokannya terasa tercekat bersamaan dengan isakan tangis yang mati-matian ia tahan. Semuanya benar-benar terasa berbeda. Kosong dan hampa.

Perempuan itu mendongak dengan tangis pilu yang kembali terdengar memenuhi setiap sudut ruangan yang kali ini begitu tampak kosong. Haifa tidak menemukan lagi Afzal ada di depannya seperti biasa, tersenyum hangat sambil mengelus lembut puncak kepala Haifa saat ia selesai dengan bacaan Al-Mulk-nya. Haifa tidak bisa menemukan lagi Afzal mencubit pelan hidung kecilnya ketika Haifa keliru. Semua telah hilang dan yang tersisa hanya bayang-bayang Afzal yang tak bisa lagi Haifa gapai.

Haifa belum sempat mengatakan kabar bahagia jika ia sudah berhasil menghafal dua juz Alquran. Belum sempat Afzal mendengarkan hafalannya sampai akhir dan masih banyak lagi hal yang belum sempat Afzal lakukan bersama perempuan itu. Setelah ini, siapa yang akan mendengar setoran halafan Haifa? Siapa yang akan menemani Haifa mengaji seusai sholat isha seperti biasa? Sosok itu sudah tidak akan ada lagi karena ia benar-benar telah pergi.

Mulai hari ini, Haifa harus belajar lebih keras untuk menahan rindu yang tidak akan bisa berakhir temu. Haifa harus belajar terbiasa tidur tanpa peluk Afzal seperti dulu. Ia harus terbiasa melakukan apa-apa sendiri tanpa ada lagi sosok Afzal yang menemani.

Tubuh Haifa mendadak bergetar hebat bersamaan dengan suara gemuruh hujan di luar yang semakin terdengar memekakkan telinga. Rasa sakit sebab kehilangan masih terus saja menyiksa, membuat dadanya terasa terhimpit batu besar hingga menimbulkan sesak yang luar biasa. Haifa ingin menjerit, menyerukan nama Afzal agar sosok itu kembali memeluknya, membisikkan kata-kata penenang seperti biasa. Namun, semua itu adalah hal yang tak mungkin lagi Haifa dapat. Maka dengan napas yang tercekat, Haifa akhirnya hanya mampu memeluk diri sendiri bersama tangis yang tak kunjung berhenti.

Allah, kenapa harus sesakit ini?

Bersamaan dengan mata yang terpejam, Haifa kembali menemukan sosok Afzal yang tersenyum hangat padanya. Pria itu membawa ingatan Haifa pada suatu malam ketika mereka tengah duduk di balkon kamar sambil menatap bintang yang bercahaya di atas sana, ditemani masing-masing satu gelas cokelat panas yang sengaja Afzal buat untuk mereka di malam itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang