BAB 27

110 22 16
                                    

Sekitar pukul empat sore, Haifa sudah sibuk di dapur untuk memasak menu spesial bersama Umi Yamila. Mereka juga akan membuat dessert sederhana sebagai tambahan. Haifa begitu antusias menyiapkan semua itu untuk Afzal yang hari ini akan pulang. Ia sudah benar-benar tidak sabar menantikan kedatangan pria itu.

Kali ini mereka akan memasak orak-orik telur sayuran karena Afzal sendiri yang meminta untuk dimasakkan menu yang satu itu. Haifa sejak tadi hanya membantu memotong sayuran dan sesekali mencicipi masakan yang dibuat, sisanya Umi Yamila yang mengerjakan. Umi Yamila hanya memperbolehkan Haifa membantu yang ringan-ringan saja agar perempuan itu tidak terlalu capek.

"Kamu sering masak orak-arik telur sayuran kayak gini, Fa?" tanya Umi Yamila yang saat ini tengah menuangkan orak-arik sayuran itu ke dalam mangkuk.

Haifa menoleh, lalu mengangguk sekilas. "Iya, Umi. Soalnya Mas Afzal suka banget," sahut Haifa sambil melanjutkan kegiatan memarut keju untuk dessert nanti. "Oh, ya, Umi. Makanan kesukaan Mas Afzal itu apa, sih?"

"Lho, kamu enggak tau?" Umi Yamila langsung menoleh, lalu ikut duduk di samping Haifa sambil membawa orak-arik telur sayuran tadi.

"Haifa enggak tau, Umi. Waktu Haifa tanya sama Mas Afzal, dia selalu jawab gini, 'Makanan kesukaan saya itu adalah makanan yang kamu masak, Fa', gitu katanya, Umi," jelas Haifa dengan wajah polosnya.

Umi Yamila tentu langsung tertawa pelan setelah mendengar ucapan Haifa barusan. Ia tak menyangka ternyata Afzal begitu pandai menyenangkan hati istrinya itu. "Afzal emang enggak suka pilih-pilih makanan, tapi yang paling dia suka emang sayuran kayak gini, Fa."

"Oh, gitu, Umi." Haifa mengangguk sekilas, lalu menatap Umi Yamila dengan senyum simpul. "Makasih, ya, Umi," katanya yang begitu terdengar tulus.

Umi Yamila yang tadinya sedang menuangkan adonan dessert ke dalam cetakan tentu langsung menoleh pada Haifa setelah mendengar ucapan terima kasih dari perempuan itu tadi. "Terima kasih untuk apa, Fa? Kenapa tiba-tiba bilang begitu?"

"Terima kasih karena Umi udah ngizinin Haifa berada di antara kalian, orang-orang yang begitu hebat. Haifa bersyukur banget bisa jadi istri Mas Afzal, bisa menjadi menantu Umi dan Abi yang selalu begitu baik sama Haifa. Makasih karena kalian udah pilih Haifa."

Perempuan itu tersenyum manis, lalu memeluk Umi Yamila dari samping. Haifa tak henti-hentinya bersyukur pada Allah karena kebahagiaan yang ia rasakan selama ini. Sekali lagi, Haifa merasa menjadi perempuan yang paling beruntung karena dipertemukan dengan orang-orang hebat seperti Afzal dan keluarganya.

"Umi juga bersyukur punya menantu kayak kamu. Terima kasih juga karena kamu sudah menjadi istri yang hebat untuk Afzal dan enggak lama lagi kamu juga bakal jadi ibu yang paling hebat untuk bayi yang ada dalam kandungan kamu."

Umi Yamila balas memeluk Haifa, lalu mengelus lembut puncak kepala perempuan itu. Mungkin orang lain menganggap Haifa tidak ada apa-apanya, tidak ada yang bisa dibanggakan, tidak ada yang istimewa dari diri Haifa. Namun, bagi Afzal dan keluarganya, Haifa adalah perempuan yang begitu hebat.

"Udah, ah. Kita lanjutin dulu bikin dessert-nya, yuk, nanti keburu malem," ujar Umi Yamila sambil melepaskan pelukannya.

Haifa mengangguk setuju. "Iya, Umi."

🌹🌹🌹

Pukul tujuh lebih tiga puluh menit. Haifa sudah duduk santai di sofa ruang tamu untuk menyambut kepulangan Afzal meskipun ia tidak tahu Afzal akan sampai jam berapa. Pria itu memang mengambil perjalanan malam. Katanya, ia baru berangkat setelah sholat magrib tadi.

Udara malam ini yang cukup dingin membuat Haifa mengeratkan jaket yang ia kenakan. Saat ini, perempuan itu memang duduk sendirian di ruang tamu karena Umi Yamila dan Abi Arsyad masih berada di kamar. Untuk menghilangkan bosan, Haifa memilih mengambil ponsel dalam saku jaketnya dan ternyata ada beberapa notifikasi pesan dari Afzal.

Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang