BAB 7

109 30 29
                                    

Haifa berjalan tergesa memasuki rumah dengan suasana hati yang sudah memburuk. Hari ini, Haifa kembali mendengar obrolan-obrolan tak enak dari kumpulan ibu-ibu di perumahan ini. Ibu-ibu itu membandingkan Haifa dengan anak-anak mereka yang katanya lebih baik dan lebih cocok untuk jadi istri Afzal.

Kata mereka, Haifa sama sekali tak ada cocok-cocoknya menjadi istri dari sosok pria seperti Afzal. Haifa itu kekanakan, enggak dewasa, manja, enggak berpendidikan tinggi, dan hal-hal tidak mengenakkan lain yang mereka lontarkan dengan jelas. Ibu-ibu itu seolah sudah sangat mengenal sosok Haifa, padahal Haifa sendiri belum lama berada di lingkungan ini.

Saat ini, Haifa sudah duduk di sofa dengan ponsel di genggamannya. Haifa berniat untuk mengirim pesan pada Afzal. Ia ingin bercerita soal ini pada pria itu. Bukan maksud mengadu, Haifa hanya ingin mengeluh pada Afzal ketika sedang merasa tidak baik seperti sekarang.

Mas Afzal

Assalamu'alaikum

Mas lagi ngajar?


Wa'alaikumussalam

Enggak, Fa. Ada apa?


Enggak ada apa-apa. Mau ngobrol aja boleh?


Boleh, mau telfon?


Enggak, Mas. Chat aja


Ya udah, mau ngobrol apa?

Haifa menghela napas sejenak. Semua perkataan ibu-ibu tadi masih berputar-putar di pikirannya dan membuat Haifa semakin merasa buruk. Apa ia benar-benar tidak pantas untuk Afzal?

Haifa tadi enggak sengaja denger ibu-ibu tetangga yang lagi pada ngobrol

Katanya, kalau aja Mas belum nikah, ibu-ibu itu mau ngenalin Mas sama anak-anaknya


Saya udah punya kamu

Tapi Mas, katanya anak-anak mereka itu keren, lho

Ada yang guru, perawat, dan ada yang lagi kuliah jurusan kedokteran.

Kalau dibandingin, Haifa mah gak ada apa-apanya, Mas :(


Saya enggak peduli, Haifa

Mau mereka sekeren apa pun, saya tetep sukanya kamu


Masssss :((

Apa, Sayang?


:(

Saya hari ini pulang cepet


Lho, kok?


Mau nemenin kamu yang lagi insecure


Eh, kok, gitu, Mas


Udah, tunggu aja saya pulang

Haifa tidak bisa untuk tidak mengembangkan senyumnya kali ini. Ia buru-buru menyimpan ponsel di atas meja dan tidak berniat untuk membalas pesan Afzal lagi. Jika diteruskan, bisa-bisa jantung Haifa semakin berpacu tidak normal. Afzal selalu saja berhasil membuat Haifa salah tingkah seperti ini meskipun hanya lewat ketikan seperti tadi. Pria itu selalu punya cara untuk memperbaiki suasana hati Haifa yang tadi sudah benar-benar buruk.

Masih dengan perasaan berbunga-bunga karena Afzal tadi, Haifa beringsut dan berjalan ke arah teras ketika mendengar suara gerbang terbuka. Tampak seorang lelaki berseragam putih-abu kini tengah menutup gerbang, lalu berjalan menghampiri Haifa yang berdiri di depan pintu.

Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang