Hari ini, Maida tiba-tiba mengajak Haifa untuk menemani perempuan itu pergi ke Mall, padahal Haifa baru saja kemarin pergi ke sini bersama Afzal. Entah mau apa, Maida tidak memberitahukan tujuannya. Maida hanya meminta Haifa untuk menemani saja dengan iming-iming traktiran makanan enak.
Saat ini, keduanya sudah berjalan memasuki tempat makan di Mall tersebut. Waktu yang masih lumayan pagi membuat tempat ini tampak sepi, hanya ada satu pengunjung yang duduk di bangku pojok bersama laptopnya.
"Mai, kita mau ngapain, sih?" tanya Haifa setelah mereka duduk di salah satu bangku.
"Aku mau ketemu Afnan, Fa," sahut Maida sambil mengeluarkan laptop dalam tasnya.
Haifa sontak mengernyit. "Kok, enggak bilang mau ketemu Afnan? Aku enggak izin kayak gitu, lho, sama Mas Afzal."
"Santai aja, Fa. Suami kamu enggak bakal mikir yang macem-macem, kok. Kalau enggak, kamu bilang aja sekarang sama Mas Afzal kalau mau nemenin aku ketemu Afnan," jawab Maida sambil menatap Haifa santai.
"Lagian ngapain juga ngajak aku? Kan, sendiri juga bisa?" tanya Haifa sambil balas menatap Maida dengan kening berkerut.
Perempuan di depan Haifa itu tampak menghela napas pelan. "Kan, enggak boleh, Fa, berdua-duaan sama yang bukan mahram. Jadi, aku ngajak kamu buat nemenin aku."
Haifa akhirnya manggut-manggut paham. Yang dibilang Maida memang benar juga. Ia pun tak banyak bicara lagi dan memilih memperhatikan Maida saja yang kini sudah sibuk dengan laptopnya. Namun, beberapa saat kemudian, fokus Haifa teralihkan saat melihat seorang perempuan tiba-tiba berdiri di samping meja yang Haifa dan Maida tempati.
"Hai, kita ketemu lagi." Perempuan itu menyapa sambil melambai dengan senyum lebar.
Maida dan Haifa langsung memfokuskan perhatian pada perempuan itu. Haifa balas tersenyum, sedangkan Maida masih menampakkan raut bingung. Perempuan yang kini mengenakan setelah kulot dan kemeja dengan perpaduan jilbab pasmina itu adalah perempuan yang kemarin menghampiri Haifa.
"Kenalin nama aku Ayla. Ayla Fadila." Ia mengulurkan tangannya ke depan Haifa dengan senyum yang belum pudar.
Dengan ragu, Haifa membalas uluran tangan perempuan itu. "Aku Haifa. Haifa Aniyah Altair."
Sementara itu, Maida masih tidak mengerti tentang siapa perempuan di depannya itu sekarang. "Fa, dia siapa, sih?" tanya Maida pada Haifa dengan suara pelan.
Haifa hanya balas mengedikkan bahu, pertanda ia juga tak tahu harus menjawab seperti apa.
"Tau enggak, ternyata pria yang kemarin itu bukan cuma mirip, tapi emang bener calon suami aku." Perempuan yang bernama Ayla itu tersenyum bahagia dan sukses membuat Haifa terkejut dan memunculkan banyak pertanyaan dalam benaknya.
"Maaf, maksudnya apa, ya?"
Entah kenapa, saat ini Ayla begitu senang sekali tersenyum dan tentu senyum itu benar-benar tampak menyebalkan di mata Haifa.
"Yang kemarin itu namanya Afzal, kan? Dia itu calon suami aku," tuturnya dengan santai, bahkan teramat santai.
Maida yang sejak tadi diam saja kini mulai terpancing. "Eh, maksudnya apa, nih? Jangan ngaku-ngaku, deh."
"Aku enggak ngaku-ngaku. Emang bener, kok, kenyatannya gitu," sahut Ayla sambil menoleh pada Maida. "Kamu kemarin bilang kalau Afzal suami kamu? Tapi saya enggak percaya. Enggak mungkin banget Afzal nikah sama perempuan kayak kamu." Ayla kini kembali beralih menatap Haifa.
Kening Haifa mengerut. Ia sama sekali belum paham dengan maksud Ayla. Lagi pula siapa perempuan itu? Kenapa dia tiba-tiba datang dan mengaku-ngaku calon istri Afzal, sedangkan Afzal sudah jelas adalah suami Haifa. Ditambah sekarang Ayla seperti sedang merendahkannya, kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan
RomanceMenikah dengan sahabat sendiri? Siapa sangka? Setelah hampir dua tahun tidak bertemu dan bertukar kabar, Haifa tiba-tiba kembali melihat wajah Afzal tepat ketika pria itu datang ke rumah bersama kedua orang tuanya untuk mengutarakan niat mengkhitbah...