30

2.2K 172 8
                                    

Happy Reading!!

"Gimana, dong?!"

Anin berseru heboh menarik-narik seragam Sisca. Sisca berdecak, "Gue lagi minum, Anin sayang. Nih sedotan dari tadi masuk lubang hidung."

"Ya elah, tuh tugas, kan udah dikasih seminggu yang lalu."Gracia menyahut sambil menutup kasar buku Bahasa Indonesia.

"Gue lupa ngapalin, gimana dong?"Anin memelototi Gracia, "Lo juga, hari ini pelajaran bahasa Inggris kok Lo baca buku bahasa Indonesia!?"

Gracia memutar matanya, "Nilai bahasa Inggris gue itu lebih tinggi dari bahasa Indonesia! Makannya gue lebih rajin belajar."

Cindy menepuk pundak Anin, "Izin ke UKS aja sana."

"Gak ada ya kayak gitu. Anin cepet hapalin! Lagipula gurunya baik kok."Gracia kembali menyahut.

"Sis, Lo udah hapal?"Tanya Cindy pada Sisca.

"Gue udah hapal, dengerin coba."Sisca berdehem kemudian dengan lancar mulutnya berbicara sesuai isi-isi paragraf yang ia bikin.

Gracia dan Cindy bertepuk tangan, "Aksen Lo." Ucap Gracia.

Sisca mengangguk, "Aksen Thailand gue masih kebawa kan?"Ketika Sisca mengatakan itu sontak membuat Anin yang sedang menghapal tiba-tiba fokusnya teralihkan pada Sisca, ia pun langsung menampol mulut sahabat nya itu.

Sisca meringis lalu menatap Anin, "Kenapa sih Nin, sakit tau."

"Lo yang kenapa, jelas-jelas itu bahasa Inggris kenapa pake segala bawa-bawa Thailand. Ngaco banget!"Ucap Anin pada Sisca.

"Kan gue becanda Nin, lagipula gak ada masalah juga kan kalo gue ngomong soal Thailand kan disana ada jodoh gue."

"Serah Lo deh Sis, serah."Anin kembali memfokuskan diri pada kegiatannya yang sempat tertunda.

Tanpa menghiraukan perkataan sahabatnya, Gracia segera keluar dari kelas meninggalkan tanda tanya bagi sahabatnya.

Anin mengernyitkan keningnya kemudian mengambil sebuah surat yang tergelatak di meja Gracia.

Hai sayang,
Kemarin tidak sengaja aku melihatmu tersenyum lebar pada saat Shani memberikan mu bunga mawar putih. Aku marah tentunya, apa yang bisa Shani lakukan hingga kamu terlihat bahagia seperti itu. Hari ini pun aku persembahkan sebuket bunga kesukaan mu. Aku ingin bunga ini menjadi saksi betapa manisnya senyummu itu.

Untuk Gracia, Milikku.

Anin segera meremas surat itu sebelum diketahui oleh Sisca dan Cindy. Ia menatap pintu keluar dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sepertinya ada yang tidak beres, pikir Anin.

Disisi lain, Gracia berjalan dengan cepat menuju toilet. Tanpa lama ia segera membuka salah satu bilik dan segera memuntahkan isi perutnya. Tangannya bergetar dengan keringat yang terus mengalir.

...

Setelah menyelesaikan pekerjaan nya Shani berinisiatif untuk mengajak makan siang kekasihnya. Ia pun segera bergegas pergi menuju sekolah Gracia.

Ketika sampai dihalaman sekolah Shani segera berjalan menuju kelas Gracia. Sesampainya di kelas Gracia, ia tidak mendapati gadis tersebut dikursinya.

"Mana Gracia?" Cindy menatap Shani, "Gini Kak, kita gak tau kemana Gracia."

Shani mengernyitkan dahinya bingung. Kemana Gracia? Anin yang melihat keadaan yang seketika hening segera menarik tangan Shani untuk keluar dari kelas meninggalkan sahabat dan yang lainnya dengan tanda tanya.

"Saya tanya, kemana Gracia?"

Anin tidak menjawab ia segera mengambil sesuatu dari saku bajunya dan menyerahkan selembar surat tadi kepada Shani.

Jika Aku DipelukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang