Percayalah ternyata tinggal di luar negeri tidak semudah kelihatannya. Mungkin karena aku yang belum terbiasa dengan hidup mandiri seperti ini. Aku mengalami culture shock. Tidak adalagi yang namanya menunda-nunda bangun tidur. Disini hidupku harus tepat waktu. Mereka tidak mengenal jam karet. Lalu tidak adalagi Mami yang akan mengetuk pintu, mengguncang tubuhku lalu mematikan pendingin ruangan agar aku segera bangun tidur. Semuanya harus aku lakukan sendiri dan berinisiatif sendiri.
Tiga bulan yang lalu kabar yang aku dapatkan Mami sudah menikah dengan Zami. Pernikahan mereka digelar sederhana. Aku melihat foto pernikahan mereka dari beberapa postingan keluarga yang diunggah. Seperti biasa Mami selalu terlihat menawan. Adit dan Gya juga hadir di acara Mami. Aku tahu karena sebelum hadir Gya meminta izin padaku. Mami benar-benar melakukan apa yang beliau mau. Sekarang aku hanya bisa mendoakan agar Mami selalu diberi kesehatan dan kebahagian. Semoga Zami memang lelaki yang tepat untuk Mami. Sudah tidak ada rasa marah untuk Mami seperti diawal dulu.
Dan sudah lima bulan ini aku belum pernah berbicara dengan Mami sama sekali. Tidak terasa satu semester pun sudah lewat. Aku hanya berkomunikasi dengan Mami melalui pesan dan itu pun sangat jarang. Kalau biasanya sehari saja Mami bisa banyak mengirimkanku pesan bertanya ini dan itu. Sekarang, paling hanya tiga hari sekali dengan pertanyaan klasik yang cenderung seadanya.
Dibanding Mami, Tante Diana lebih sering menghubungiku dan begitupun sebaliknya. Hampir setiap hari Tante Diana melakukan panggilan video dengan formasi Tasya, Danu dan Aku. Kami bertiga ada di Australia dengan Tasya yang berada di Canberra dengan suaminya Vino. Tasya dan Vino sudah menikah dan menjadi pengantin baru. Kami bertiga seperti punya jadwal laporan aktivitas ke Tante Diana dengan meceritakan kegiatan apa saja yang kami lakukan hari ini. Bagaimana cuaca disini dan apakah keuangan kami aman disini seperti itu.
Aku menyadari kalau aku juga salah. Memang selalu Mami yang terlebih dulu menghubungiku. Aku tidak pernah menghubungi Mami terlebih dahulu. Kegiatanku disini benar-benar memberikan healing tersendiri. Selain studi, aku juga bekerja part time di sebuah coffee shop yang berada di dekat dengan apartement dengan mengambil waktu kerja part time dua sampai tiga jam sehari.
Australia memperbolehkan mahasiswa untuk bekerja part time dengan upah yang sesuai. Aku sengaja memanfaatkan kondisi ini. Pertama untuk cari pengalaman, lalu biar bisa banyak mengenal orang sekitar, mengisi waktu dan lumayan upahnya. Setidaknya aku bisa menutup biaya makan dan grocery. Bahkan kalau lebih giat lagi aku bisa membayar rent apartemen dari penghasilan part time. Tetapi kan prioritasku datang kesini untuk belajar, bukan untuk cari uang. Kalau aku terlalu giat ambil part time yang ada studiku bisa terganggu.
Waktuku sangat produktif disini. Studi dan bekerja. Kalau harinya untuk beristirahat aku pasti explore kesana-sini. Kulineran, jalan-jalan ke suburb bersama teman-teman disini. Belakangan aku banyak mengenal orang Indonesia. Sekitar ada enam orang yang aku kenal yang berasal dari berbagai kota-kota di Indonesia. Belum lagi teman-teman Asian. Perkenalan kami juga sangat membantu kehidupanku.
Dan untuk Adit, sampai sekarang aku juga belum menghubunginya. Biarlah dia menganggapku egois. Aku sudah memaafkan Adit tetapi memang belum ingin saja berkomunikasi. Semua kontak Adit masih terblokir sampai sekarang. Kalaupun ada yang ingin aku katakan Gya lah yang menjadi penghubung.
Telepon masuk dari Tante Diana.
"Halo Dinar, kamu lagi dimana? Lagi ngapain?"
"Halo Tante, aku baru sampe di Apart. Baru pulang dari coffee shop. Lagi istirahat aja. Rebahan, you know?" Aku memang suka bercanda seperti ini dengan Tante.
"Sehat kan kamu disana? Gak ada yang sakit kan hari ini?"
"Iya, aku baik-baik aja Tante. Kemarin juga kan sehat. Keluarga disana sehat kan? Tumben deh telepon personal gini. Video call aja Tante kayak biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom Is My Rival
ChickLitPunya ibu yang tak terlihat menua = tekanan batin. Mungkin itu rumus yang tepat untukku. Bayangkan saja di usianya yang sudah empat puluh lima tahun, Mami punya body goals perempuan milineal. Perut rata, tubuh proposional, kulit yang masih kencang d...