Aku sudah menceritakan ke Adit apa yang sudah aku bicarakan dengan Mami. Ini harusnya menjadi masalah internal hanya aku dan Mami. Tetapi Adit kan sudah tahu jalan ceritanya, jadi aku pikir aman jika berbagi ke Adit.
Adit mengantarku pulang dengan berjalan kaki. Ini jarang terjari, karena biasanya dia membiarkan saja aku pulang sendirian sehabis kami makan sate di warung Bang Eman. Aku lagi mogok makan di rumah. Makanya aku memaksa Adit untuk menemaniku makan.
"Nar, serius lo pengen ke Jogja? Jangan ngadu gitu lah Nar, ke Eyang lo."
"Dit kali aja, kalau gue cerita ke Eyang. Beliau bisa bantu cegah Mami yang pilih si brengski itu."
"Nar, jangan lo rusak nama baik Tante di depan Eyang lo," Adit mengatakannya sambil menarik-narik lengan sweaterku seperti anak kecil minta dibelikan ice cream.
"Selama ini kan, hubungan Nyokap lo baik-baik aja sama keluarga lo di Jogja."
"Lagian ya menurut gue, keluarga lo di Jogja bisa apa. Kalau Tante Agitha udah milih."
"Tapi kan, Nyokap gue gak pernah bantah kemauan Eyang Dit. Mami kan Menantu penurut Mertua," kataku sambil mensetak pelan tangan Adit yang masih berada di lenganku.
Eyang dan keluargaku di Jogja itu adalah keluarga besar Papi. Papiku asli orang Jogja. Kedua Eyangku syukurnya masih hidup. Papi punya satu Kakak perempuan yang juga tinggal di Jogja. Kepergian Papi tidak membuat hubungan Mami dan keluarga besar Papi merenggang. Eyang menggangap Mami seperti anaknya sendiri. Tetapi, memang kami jarang berkunjung kesana. Dua tahun sekali lah paling tidak kami berkunjung.
Sambil melanjutkan perjalanan Adit mengatakan "Nar, kemarin Tante juga cerita ke gue. Dia sedih banget lo ngomong malu jadi anaknya. Better lo minta maaf Nar. Segala ngomong benci lagi. Gue tahu lo marah banget. Tapi lo gak seharusnya ngomong gitu." ucap Adit pelan.
"Emang gue malu Dit kalau sampai Mami nikah sama berondong. Gak salah dong gue ngomong gitu."
"Tapi, pilihan Tante gak bikin kasih sayang yang udah di kasih ke lo jadi luntur kan Nar sampe lo malu jadi anaknya."
"Nar, jangan gara-gara ada noda setitik kain putih jadi jelek. Lo paham kan maksud gue?" tanya Adit.
"Dit, lo ngerti kan gimana perasaan gue? Apalagi laki-lakinya itu Zami, Dit. Apa kata orang kalau Mami nikah sama brondong gitu."
"Kalau laki-lakinya bukan Zami apa lo bakal setuju Nar?"
"Maksud lo?"
"Gue tahu lo kayak gini karena sakit hati kan sama Zami? Terus lo limpahin juga ke Tante."
"Dit, kok lo ngomong gitu ke gue?"
"Jangan begitu Dinar, apa salahnya kalau Tante mau punya pasangan lagi. Tante akan hidup sama orang yang dia cinta dan dia mau. Lo harus terima, jangan kayak bocah."
"Dit, lo tahu kan Zami sebrengsek apa?"
"Iya gue tahu. Tapi itu pilihan Nyokap lo. Lo udah berusaha bilangin, tapi Nyokap lo tetap sama pilihannya ya tugas lo sekarang tinggal support."
"Gak akan, gue gak akan support," ucapku tegas.
"Ini yang gue maksud. Nar lo harus terima kenyataan kalau Zami lebih pilih Tante."
"Dit lo kenapa sih? Lo ngebela Mami karena lo juga suka kan sama Mami? Kalau lo suka sama Mami seharusnya lo dukung gue dong. Saingan lo itu macem lintah."
"Lo nggak ngerti gimana perasaan gue. Gue bahkan pernah berharap kalau Zami itu jadi menantu Mami aja Dit, bukan sebagai calon bapak."
"Apa gue egois kalau mau Mami ketemu orang yang baik Dit ? Bukan orang kayak Zami. Dia deketin ibu dan anak Dit. Gak perlu ragu dia sebrengsek apa."
"Menurut lo Zami gak baik, tapi menurut Tante, Zami itu orangnya Nar. Lo begini karena ego lo terganggu kan?"
"Lo disuruh Mami, buat bilang ini semua? Bilang sama Mami gak akan ngaruh sama pendapat gue."
"Gue nggak disuruh. Gue cuma mau lo sadar kalau gak melulu semuanya mengikuti kehendak lo Dinar."
"Gak semua waktu harus jadiin lo center attention, ada kehidupan lain disekitar lo."
"Ok, gue paham. Lo mau bilang gue egois kan Dit?" tanyaku.
"Iya," jawab Aditm
"Dari kecil lo selalu dapet apa yang lo mau Nar. Tante selalu usaha buat penuhin semua apa keinginan lo. Sekarang apa susahnya gantian?"
"Coba lo sampingin fakta kalau lo pernah suka sama Zami. Coba lo lihat dari sisi kalau Nyokap lo bakal ketemu sama partnernya dan punya pasangan hidup lagi."
"Udahlah Dit. Gak usah diterusin. Lo bela Mami abis-abisan karena lo gak ngerti perasaan gue. Karena lo sama kayak yang lainnya. Mami selalu unggul. All always about Mami."
"Ck! Kalau lo malu jadi anak Tante Agitha. Gue juga malu Nar, punya teman kayak lo."
"Gue malu punya teman seegois lo, dan punya pemikiran sempit kayak lo. Lo selalu iri sama Nyokap lo sendiri. Bahkan buat urusan laki-laki. Hah!kasihan."
Aku terkejut mendengar kata-kata Adit. Rasanya lebih menyakitkan daripada mengetahui fakta tentang Zami kemarin. Tubuhku seperti ditikam begitu saja. Baru kali ini Adit sekasar itu denganku. Tetapi akku akan melawan siapa saja yang membela Mami untuk sekarang. Walaupun itu Adit orangnya.
"Kalau lo malu punya teman kayak gue, jangan pernah anggap gue teman lo lagi. Kita gak perlu ketemu lagi."
Aku meninggalkan Adit dengan hati yang remuk redam. Tidak bisakah dia datang menghiburku saja seperti biasanya. Tanpa membuat hatiku tambah sakit. Apa aku memang semalukan itu untuk jadi temannya?Adit memang selalu menjadi si orang pengeruh suasana. Biasanya setelah dia memperkeruh suasana akan ada candaan yang dikeluarkan. Lalu tawa kami yang terbahak. Bukan kata-kata setajam silet yang membuat hatiku sesak dan menangis dijalanan seperti ini. Semakin komplitlah rasa sakitku hari ini.
___***___
Ini lagi si Kunyuk satu, bener-bener pengeruh suasana ya dia.
Jadi, untuk kata-kata Adit diatas menurut kalian benar apa salah ngomong nih dia??
Aku bacain komen kalian loh wkwkwk
Karena yang baca ini gak banyak, jadi pasti komen kalian itu aku baca wkwkwk
Seneng deh kayak ada feedback gitu, karena aku jadi bisa tahu respon kalian setelah baca per partnya.
Part depan kita bakal ketemu lagi sama Dinar dan Mami.
Selalu, terima kasih ya yang udah sempetin baca ceritaku.
Stay healthy ya.
Horray, besok Jum'at!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom Is My Rival
ChickLitPunya ibu yang tak terlihat menua = tekanan batin. Mungkin itu rumus yang tepat untukku. Bayangkan saja di usianya yang sudah empat puluh lima tahun, Mami punya body goals perempuan milineal. Perut rata, tubuh proposional, kulit yang masih kencang d...