Dua tahun sudah aku tinggal di Sydney. Perlahan semua aktivitas ini membuatku nyaman. Rasanya lebih tenang walaupun kadang juga ada rasa sepi dihati.
Pilihanku untuk studi disini dan meninggalkan Mami ternyata benar-benar merubah hidupku. Keluar dari zona nyaman memang awalnya sangat sulit tetapi perlahan semuanya jadi terbiasa dan berjalan mudah.
Dulu aku tidak bisa memasak, mencuci dan apa itu kegitan bersih-bersih rumah? Sekarang aku bisa melakukan itu semua. Keadaan membuatku lebih sering menonton tutorial memasak ayam rica-rica, rica roa, dabu-dabu dan terakhir kemarin aku mencoba membuat tinutuan. Daripada marathon nonton netflix. Youtube sekarang lebih kugemari.
Jika dulu aku malas sekali berbelanja sekarang aku juga menyukainya. Memilih bahan makanan dan barang yang diskon sekarang adalah sesuatu yang kugemari.
Aku bisa menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk berbelanja di grocery dan menimbang yang mana yang lebih ekonomis antara barang yang satu dan yang lainnya. Satu lagi, aku selalu menerapkan konsep jika berbelanja di Sydney jangan di konversi dengan Rupiah karena yang ada aku bisa pulang dengan tas belanja yang kosong.
Jika dulu aku bosan menunggu Mami memilih ini-itu sekarang aku mengerti karena esensi dari berbelanja itu ya memang memilih. Pilih yang dibutuhkan, yang disukai dan ekonomis.
Oh iya, aku sudah punya adik kecil sekarang. Agak menggelikan memang, tapi it's happened in my life. Adikku seorang perempuan cantik, usianya satu tahun dan namanya Clover.
Semenjak punya anak kecil, aku dan Mami sibuk masing-masing. Kami hanya mengobrol saat weekend. Kadang Mami mengirimkan video-video lucu perkembangan Clover yang kadang aku balas hanya dengan emoticon. Jujurly, aku bingung mau merespon apa. Clover sudah punya tiga gigi yang membuatnya terlihat sangat menggemaskan dan sedang belajar berjalan.
Kadang disaat aku dan Mami sedang asik berbincang Clover menginterupsi dengan tangisannya. Lalu pendinglah obrolan kami sampai minggu depan. Mami bilang beliau juga takut menggangguku yang sibuk bekerja jika dihari weekdays. Jadilah hari-hariku diisi dengan satu dua pesan pertanyaan klasik disetiap harinya.
Dan selama dua tahun ini juga aku tidak pernah sama sekali berbincang atau berteguran dengan Zami. Aku, Mami dan keluarga besarku seakan mengerti keadaan ini. Bahkan Tante Diana membantu mengatur bagaimana caranya aku tidak perlu bersinggungan dengan Zami. Mami dan keluarga barunya sudah tidak tinggal di rumah peninggalan Papi. Mereka tinggal di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Selama dua tahun ini juga Mami tidak pernah bercerita apapun tentang Zami bahkan tidak pernah menyebut namanya ditelingaku.
Sekarang aku lebih mendoakan agar Mami bahagia dengan pilihan dan hidupnya. Aku tidak mau Mami sedih walaupun aku tidak tahu bagaimana kehidupannya disana, aku tetap ingin yang terbaik untuk Mami dan Clover.
Awal tahun depan aku berencana untuk kembali ke Jakarta. Aku, Setya dan Mikha berencana bekerja sama mendirikan studio di bidang design, ilustrasi dan animasi. Ya kecil-kecilan saja, kami sudah merencanakan ini semua apalagi terkait budgeting. Salary kami selama disini sangat membantu untuk merealisasikan rencana.
Di Sydney aku memang menjadi grapic designer disalah satu perusahaan. Tetapi aku juga ambil beberapa project freelance secara remote dimana klienku berada di Indonesia. Lumayan fee-nya dapat membantuku berbelanja kebutuhan selama disini dan salaryku sudah pasti bisa untuk ditabung. Kata Gya, aku bisa kaya pulang ke Jakarta kalau begitu cara mainnya.
Aku juga berjualan di marketplace dimana aku menjual beberapa barang yang sudah aku design dengan ilustrasi yang aku buat seperti notebook, totebag dan sticker dengan ilustrasi fashion yang lucu dan unik. Walaupun aku tidak menjual dengan jumlah yang banyak, tetapi ini juga sangat membantuku memperkenalkan karya. Hal yang paling terpenting dalam semua ini adalah aku mengerjakan sesuatu yang aku sukai.
Aku menemukan apa itu passion dan sangat nyaman menjalani ini semua. Melakukan hal yang disuka dan menghasilkan uang. Aku pernah berpikir kenapa tidak dari dulu aku melakukan ini semua pasti kalau ini sudah aku lakukan uang gajiku bisa ditabung dan aku tidak perlu pusing memikirkan biaya pesan makanan online.
Untuk hidup Gya dan Adit juga berubah dan bergerak. Gya akan menikah beberapa bulan lagi. Syukurnya Gya sudah menemukan her the one and only. Pernikahan Gya juga yang membuatku semakin membulatkan tekat untuk pulang karena ada ancaman jika aku tidak pulang, Gya akan menjatuhkan bom di rumah Papi. Anehkan si Gya.
Untuk kabar Adit yang aku dengar dari Gya dia baru saja selesai studi strata-2. Keinginan dan cita-citanya tercapai. Aku melihat unggahan cerita dari Mbak Kaula, Kakaknya Adit yang mengunggah foto keluarga mereka atas kelulusan Adit. Begitu juga dengan Kalila keponakan Adit yang masih ada di sekolah dasar, tetapi sudah punya akun media sosial. Kalila mengunggah moment yang sama tetapi bedanya di foto yang diunggah Kalila terlihat ada kehadiran Anneta ditengah keluarga mereka. Dasar buaya kali, ucapannya dua tahun lalu tidak bisa di pegang atau mungkin memang terlalu lama untuk aku mempercayai kata-kata Adit di voice recorder. People changes dan adit salah satunya.
Aku tidak boleh menuntut agar Adit tidak berubah. Hidupnya Adit ya miliknya. Bukan tempatku untuk mengaturnya. Lagipula, bagus juga kalau Adit sudah menemukan orang yang tepat. Sebagai teman harusnya aku senang.
Aku rindu Mami, Gya, Jakarta dan juga Adit. Apa masih bisa aku mengulang moment bahagia dengan mereka? Jika orang-orang sudah berubah, situasi juga sudah berubah, apakah hatiku juga sudah berubah?
___***___
Part depan baru ketemu Mami, Adit dan Gya ya.
Iyaaak malming nih, selamat ngedate biat yang punya temen ngedate😜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom Is My Rival
ChickLitPunya ibu yang tak terlihat menua = tekanan batin. Mungkin itu rumus yang tepat untukku. Bayangkan saja di usianya yang sudah empat puluh lima tahun, Mami punya body goals perempuan milineal. Perut rata, tubuh proposional, kulit yang masih kencang d...