BAB 14

14.2K 742 1
                                    


Beginning
***

Arka benar-benar tidak pernah menyangka bahwa telfon yang dipikirnya hanya gurauan semata dari teman, sahabat sekaligus rivalnya itu menjadi kenyataan.

3 Jam yang lalu

" Halo Ka? "

" Ada apa Ndra? kamu tau bagaimana hubungan kita sekarang, udah beda "

" Sorry, tapi sepertinya saya memang tidak bisa melepaskan Liana "

" Maksut Lo? "

" Hahah gitu dong, pakek Lo- gue kayak biasanya "

" Andra gue serius! "

" Gue lebih serius Ka, gue mau Liana jadi
Istri gue, gimanapun caranya, gue minta restu sama lo ".

" Gila lo, lo tau apa yang ter-- "

" Ka, itu udah lama banget, gue salah waktu itu, dan lo tau gimana keadaan gue waktu itu "

" Oke, terus? "

" Gue bakal dapatin maaf dari Liana, itu yang  pertama "

" Selanjutnya? "

" Kalau keluarga lo ijinin, gue nikah sama Liana secepatnya "

Obrolan singkatnya dengan Devandra  tergiang jelas ditelinga Arka, dan sekarang hanya dalam waktu 3 jam, seorang Devandra bisa mengumpulkan semua genk yang dimiliki sang adik Gladis, Heh dasar Andra sialan.

" Dia udah minta ijin ke Abang "

Jawaban sepontan yang keluar dari bibir Arka tak pelak membuat berpasang-pasang mata menatapnya tajam tak terkecuali sang istri Dina.

" Wah gila lo "

" Ngak bisa begitu dong "

" Serius nih "

" Gercep banget tu orang "

Jawaban sahut menyahut, balik dari Raka, Revan, Dito dan Tony membuat para wanita diruangan itu meledak.

" Berengsek! "

Teriakan Gladis yang mengeprak meja menjadi jawaban sepontan dari para wanita yang sedari tadi menatap pasangan mereka dengan lekat.

" Ini urusan antara Anna dan Devandra, mereka sudah dewasa, beri mereka waktu untuk menyelesaikannya "

Arka paham apa yang dirasakan oleh Gladis, tapi itu hanya kebencian sepihak, memang Anna pergi dan tak pernah mau pulang selama 8 tahun terakhir salah satunya karna Devandra, tapi itu hanya bentuk salah paham, biarkan mereka yang menyelesaikan, mungkin kali ini kesempatan terakhir untuk Devandra.

" Oke, kita lihat bagaimana nnti, tapi kalau sampek shabat Abang itu buat Anna kita nangis lagi--- "

" Abang yang bakal buat dia nyesel udah ngelakuin itu Dis "

Sudah hampir 1 minggu sejak kejadian sosor menyosor yang dilakukan Devandra pada Eliana, dan sekarang rutinitasnya telah kembali, walaupun terkadang raut wajah pria tanpa ekspresi itu berseliweran tak kenal waktu di dalam otaknya.

" Anna! "

" Ya kak "

" Jemput Rose dan Alka ya? "

" Kan biasa Bianca yang jemput "

" Udah, kamu jemput sesekali kan ngak masalah, kakak perhatiin dari pagi kamu ngak begitu banyak nerima klien, ngak papa lah direpotin bentar "

" Tapi kak in---"

" Udah ngak ada tapi-tapian, Sana! "

" Ini kunci mobil Aku "

Lah sejak kapan si Bianca ada di cafe, tumben? dan apa ini? mereka janjian makan bersama, kakaknya Gladis bahkan tidak pernah se-akur ini dengan Bianca kecuali kalau ngak masalah ngerepotin satu sama lain.

" Aku ada mobil Bi "

" Pakek mobil aku aja "

" Aku ada mobil "

" Nanti Tony ambil mobil aku "

" Terus kita pulangnya? "

" Kamu sama anak-anak ada yang jemput kok "

" Siapa? Bang Dito? "

" Iya udah sana jalan, bawel banget sih "

Tanpa menunggu penjelasan yang pastinya akan memakan waktu lama, Eliana langsung mengemudikan mobil milik Bianca, tidak ada sedikitpun fikiran aneh tentang hal ini. Sampai dia tiba di sekolah keponakannya.

" Eh,  kamu udah datang"

Tonny bahkan sudah ada diplantaran parkir sekolah, tapi kenapa Bianca menyuruhnya?  No, lebih tepatnya sang kakak Adis.

" Anak-anak mana? "

" Tuh! "

Eliana sedikit mengerutkan keningnya dan mengikuti arah telunjuk yang di maksud Tonny dan seperti mendapat durian jatuh, Eliana sulit menelan air liurnya sendiri, bahkan untuk meneriakkan begitu banyak makian di dalam otaknya, apa- apaan ini? sejak kapan si--

Si biang kerok sialan itu akrab dengan keponakannya?  Sialan ngak bisa dibiarin! apa gurunya ngak ngajarin tentang bahaya bercengkrama dengan orang asing, terlebih lagi kalau orang itu pria yang tinggi, prefeksionis, tam-- Eeehhh apa yang dipikirkannya sekarang.

" Kok lo diam aja si Ton, tau kan itu orang siapa? "

" Iya "

" Terus kok lo biarin sih bareng anak-anak, kalau diculik gimana? "

" Dia ngak bakal nyulik anak-anak Anna, palingan lo yang bakal diculik "

" Apa? sejak kapan lo jadi belain dia sih "

" Rose, Alka! "

Tanpa menjawab perkataan Eliana, Tonny dengan santainya memanggil kedua keponakannya, dan deg

" Ayok kita pulang "

Ajak Tonny pada kedua bocah yang entah kenapa malah terlihat bahagia.

" Ayok, ehh aunty Anna udah datang, uncle udah nunggu loh "

" Iya aun-- Apa? Uncle dari mana? "

" Iya uncle Dev, kan pacarnya aunty "

Astaga siapa yanvg meracuni pikiran anak-anak ini, bahkan mereka memanggil si biang kerok ini uncle, ngak ini ngak bisa dibiarin.

" Ton, lo kok ngajarin mereka manggil orang ngak dikenal uncle sih, bahaya tau"

" Los sama Alka yang manggil uncle Dev uncle aunty, ngak di ajalin kok sama uncle Tonny"

Nah kan racun, ini benar- benar racun, Eliana terlalu sibuk dengan keberadaan Rose dan Alka, serta dari keterkejutannya dengan sebutan yang diberikan Rose dan Alka pada Devandra.

" Ya udah gue pamit bareng anak-anak ya, have fun Dev, gue titip aunty nya anak-anak sama lo "

" Eh apaan? gue ikut ba-- "

" Kamu ikut saya! "

Ucapan yang seakan menjadi perintah itu dengan jelas didengarnya, dan apa ini? Sejak kapan dirinya digandeng oleh biang kerok ini?

" Dah aunty, happi-happi ya pacalannya "

" Dah uncle Dev "

Ucapan dan sapaan Rose dan Alka bergatian dari jendela mobil yang berangsur pergi meninggalkan dirinya yang masih syok.

What? Apa tadi, Pacaran? Dia? Dengan--

*****

AranNara🐣

Cerita ini udah "End" jadi Aran usahain flash up sebelum puasa udh full chapter!
Yokk di vote and comment😌🙌

Cayooo👋👋👋

14/41 chapter:"

Remember Of Me(End')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang