Grow
***" Eh! mbak Liana udah datang, wiss seger banget mbak? Habis disiram ya?"
Entah kenapa kalimat sapaan yang diucapkan Adit membuatnya ingin tertawa.
" Apaan kamu! pagi-pagi udah ngomongin siram menyiram "
" Habis senyum mulu sih mbak? kan bahagia liatnya. "
" Bahagia? Kamu? "
" Iya, jadi berkurang beban kerja saya "
" Ha' "
" Berkurang mbak? atmosfirnya beda, dari kelam ke cerah "
" udah-udah "
" Gitu ya mbak? kok saya jadi iri ya? "
" Ini mau ngomongin apa lagi sih dit?"
" Efek punya pasangan itu sebadass ini"
" Badas? "
" Jamak superdahsyat mbak"
" Kamu ada-ada aja"
" Ini bukan ada-ada aja mbak, emang segaja diadain sama mas Devan"
" Loh kok malah bahas suami saya?"
" Nah kan, beda?"
" Apa sih dit, kamu kok ngak jelas pagi-pagi "
" Mbak nyadar ngak sih, seminggu kemarin mbak itu kayak mak lampir tau? gelap kelam mencekam, bawaannya kayak mau makan orang, Eh! baru juga disamperin suami belum sehari, langsung jadi dewi mbak, Cerah, bersahaja Bawaannya pingin meluk kan mbak"
" Ha' "
" Meluk suami"
Liana hanya dapat menggelengkan kepalanya mendengar ocehan asistennya itu, entahlah, mungkin benar kata Adit, beban dihatinya sedikit berkurang, bahkan niatnya untuk menarik ulur sang suami semalam sirna begitu saja.
Liana berlahan mendekati sosok yang kini duduk diatas kasur tempat tidurnya itu, sosok yang seminggu belakangan ini ia abaikan. Bukan niat ingin jadi istri durhaka, ia hanya tak ingin merusak moodnya dan malah menganggu pekerjaan masing-masing apa bila dirinya meneruskan pembicaraan mereka dulu.
Wajah datar Devandra, cekungan hitam dibawah matanya, Ahhh Liana benar-benar tak menyangka karna ke egoisannya, sosok lelaki gagah dan tampan ini menjadi seusang ini. Beginikah? Efek yang diberikan seorang istri kepada suami ketika mereka menggabaikannya.
Tak ada ucapan yang keluar dari sosok itu." Kamu kok bi---"
Kalimat yang baru saja ingin ia lontarkan pupus sudah, ketika dengan cepatnya Devandra meraih pinggang nya dan memeluknya memendam segala perasaannya ketika Devandra semakin erat memeluknya, membenamkan kepalanya dalam di ceruk lehernya, dan berlahan turun memeluk erat pinggangnya dan membenamkan wajahnya pada perut datarnya.
Berlahan kedua tangannya mengusap rambut kepala Devandra, Semanja inikah sang suami?
" Capek?"
Satu anggukan ia rasakan diperutnya. Bahkan Devandra membenamkan kepalanya untuk menghirup bau sang istri, Ia rindu teramat rindu.
" Udah makan?"
Tak ada respon sama sekali.
" Dev?"
Baru saja Liana ingin melepaskan tangan sang suami yang mendekapnya,
Satu tangan Devandra sudah lebih dulu meraih jemarinya dan meletakannya di rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Of Me(End')
RomanceKembali ke kota kelahirannya, bukanlah hal yang mudah bagi wanita 27 tahun seperti dirinya. Eliana Sukma Hansent Liana paham resiko apa yang akan dia dapatkan saat dirinya memutuskan untuk kembali ke Indonesia, negara sekaligus tanah kelahirannya. ...