32. BOLOS SEKOLAH

1.5K 124 18
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalaninya, mohon maaf lahir dan batin☺🙏

Maafkan author yang ngaret update ini hiks :')

***


32. BOLOS SEKOLAH



Rania mengucek matanya ketika mendengar bel apartemen yang berbunyi, membuka mata perlahan. Gadis itu tadi ketiduran karena bosan menunggu Rages pulang, Rania melirik jam dinding sekarang sudah hampir tengah malam, dan cowok itu baru pulang.

"Iya bentar!" seru Rania sambil berjalan dengan ke depan membukakan pintu untuk Rages, padahal cowok itu kan seharusnya bisa membuka pintu sendiri.

Bel apartemen semakin terdengar tergesa-gesa membuat Rania berdecak sebal. "Sabar napa sih."

Ketika pintu terbuka lebar, mata Rania membelalak kaget ketika kepala Rages malah bersandar dipundaknya dengan mata tertutup. Kening cowok itu agak berkeringat. Kini tangan Rages melingkar di bahu Rania dan menyangga kepalanya pada kepala Rania yang hanya sebahunya itu, membuat Rania makin gelagapan karena bingung. 

"Kenapa Ges?" tanya Rania refleks dengan suara yang pelan, agak berbisik.

Terdengar helaan napas dari Rages. "Biarin gini lima menit," jawab Rages dengan tak bersemangat.

"Tapi kan--"

"Jangan bantah," potong Rages, walau dengan suara pelan tapi tetap terdengar penuh penekanan.

Rania meneguk ludahnya susah payah, kemudian berdeham mengiyakan saja. Entah apa yang membuat Rages tampak tak bersemangat saat ini. Rania berusaha menguasai diri ketika Rages semakin mengeratkan pelukannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa cowok itu tadi berkelahi lagi sama orang lain? Tapi sepertinya itu tidak mungkin karena Rania tak melihat bekas luka baru pada Rages.

"Udah lima menit Ges," kata Rania mengingatkan.

"Tau dari mana?" tanya Rages dengan nada sebal, sebenarnya dia masih sebal setengah mati sama Revi, karena ucapan temannya tadi di basecamp.

Dia mau ambil Rania dari gue? Mana bisa!

Bukannya melepaskan, Rages malah mengeratkan pelukan dan mencium pucuk kepala Rania, merasakan aroma shampoo stroberi, manis sekali. Rania mematung di tempatnya, cowok di depannya ini sangat aneh! Membuat jantung Rania berdetak cepat, dan perutnya terasa mual.

"Lo sakit?" tanya Rania balik.

Akhirnya Rages melepaskan pelukannya, Rania langsung menghela napas lega. yang tadi itu sangat tidak baik bagi kesehatan jantung Rania.

"Muka lo merah," ucap Rages menangkup pipi Rania dengan kedua tangannya.

Mata Rania melotot, dengan cepat melepaskan tangan Rages dari wajahnya. "Lo kenapa sih, Ges?" tanya Rania.

Rages tak menanggapi, cowok itu melangkahkan kaki menuju dapur mengambil mineral botol dari dalam kulkas, kemudian berjalan menaiki anak tangga  menuju kamarnya, mengabaikan Rania yang sudah ternganga di tempat--merasa terabaikan. Dengan kesal Rania melangkah mengikuti Rages, enak saja dia sudah lama menunggu malah diabaikan.

Namun sebenarnya bukan karena itu, tapi karena sepertinya Rages menyembunyikan sesuatu, dan cowok itu juga terlihat seperti menahan sakit.

Rages yang baru saja membuka pintu kamarnya langsung menoleh ke belakang menatap Rania. "Kenapa ngikut?" tanyanya tak suka.

"Rages, lo itu lagi gak baik-baik aja," ucap Rania mengulurkan tangannya memeriksa dahi Rages yang sejak tadi berkerut itu, dan yang benar saja kening cowok itu terasa panas. "Tuh kan, lo demam?" tanya Rania, walau sebenarnya gadis itu cukup kaget ternyata cowok seperti Rages juga bisa demam

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang