3. PERINGATAN

12.5K 888 79
                                    

Jangan lupa tekan bintang dan kalau bisa komen di setiap paragrafnya ya, biar aku makin semangat nulis dan rajin update. Saling menguntungkan bukan?

So, here we go again!


3. PERINGATAN


Rania melangkah dengan semangat memasuki area sekolah yang tampak ramai. Gadis itu merasa sedikit gugup karena datang ke sekolah ini sebagai murid pindahan. Lalu menoleh ke kanan dan kiri, sekolah ini ternyata lumayan luas untuk ukuran sekolah yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta.

Di lapangan sekolah sudah ramai siswa dan siswi heboh tak keruan, berpelukan sana-sini, saling menyapa satu sama lain, mungkin mereka melepas rindu karena sudah lama tidak berjumpa.

Iya, Rania pindah sekolah bertepatan dengan awal masuknya semester dua.

Rania berjalan lurus dengan senyum mengembang, hatinya lega, karena sepertinya sekolah ini akan terasa menyenangkan. Apalagi setelah melihat interaksi antar siswa yang seru, membuatnya ingin segera mempunyai teman.

"Kece juga ni sekolah!" soraknya girang, lalu menutup mulutnya spontan karena mendapat tatapan aneh orang di sekitarnya. Ralat. Bukan tatapan aneh, tapi tatapan terpana melihat kecantikannya yang bertambah.

Ya iya dong, Rania gitu loh.

Untuk hari ini Rania harus bersikap kalem dan harus terlihat classy, jaga image dulu. Hebohnya nanti saja kalau sudah menemukan teman akrab, biar nggak terlalu malu-maluin.

Rania masih berjalan dengan langkah percaya dirinya. Semua orang menatapnya, mengingat dia mengenakan seragam berbeda dari mereka. Banyak juga cowok memandangnya terpesona begitu saja, kecuali empat cowok berjaket hitam yang sedang duduk di tangga tepat di depan pintu utama gedung sekolah. Ralat. Salah satu di antara keempat cowok itu juga ikut terpana melihatnya, bahkan hampir mengences. Apalagi karena gadis itu memiliki garis wajah lembut dan tak bosan dipandang.

Ketika Rania sampai di depan pintu utama gedung sekolah, gadis itu mengernyitkan dahinya, bingung mengapa keempat cowok itu tak beranjak dari sana, seperti tak memberikannya jalan untuk lewat.

Rania memandang ke sekitar, semua siswa seakan pura-pura sibuk dengan kegiatan mereka.

Rania menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, lalu berdeham, "ekhem, Kak, gue boleh numpang lewat?"

Salah satu di antara mereka berdiri, "Weesss gileee! Cantik bener nih cewek!" sahutnya, kemudian berjalan menghampiri Rania dan meneliti wajah Rania, sontak gadis itu menundukkan kepala merasa tidak nyaman karena dipandangi sampai seperti itu.

"Bening banget, anj-" ucapan cowok itu terpotong karena temannya menarik kerah seragamnya.

"Jangan gitu sama cewek, Yan." Terdengar nada tak suka dari cowok yang menarik kerah tadi.

"Rafaaa, lo tuh ... aish!" keluh cowok itu menunjuk wajah temannya dengan menghela napas kasar, kecewa karena rencana merayu Rania telah gagal.

Cowok dengan rahang tegas ikut maju ke depan Rania, menatap tepat dengan tajam pada gadis itu.

Gilaaa, cakep banget, jadi pen meninggoy, batin Rania sambil menundukkan kepala, menggigit bibir bawahnya menahan gemas sekuat tenaga.

"Lo anak pindahan?" tanya cowok itu dengan sinis, kedua tangannya berada di dalam saku celana sekolah, dagunya terangkat dengan angkuh, tatapannya menyalang, aura gelap menyelimuti cowok itu.

Ini Rania jadi berasa berada dalam film laga, padahal cowok itu hanya berdiri tanpa melalukan apapun di depan Rania, tapi kenapa damage-nya sampai menembus jantung gini ya. Rania kan nggak kuat.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang