2. RAGES YOGASWARA

13.1K 896 147
                                    

2. RAGES YOGASWARA





Cowok dengan rahang tegas itu memakai jaket hitam dengan tulisan REFOUR di balik punggung jaketnya, dia mengambil kunci motor dan memainkannya di jari telunjuk sambil melangkah ke depan pintu rumah. Cowok itu tak menghiraukan tatapan menusuk pria paruh baya yang sedang menatapnya dari kursi tamu.

"Mau ke mana kamu?" tanya pria itu tepat dengan nada sindirnya.

"Bukan urusan lo," jawab anak cowok itu tak memedulikan dan tetap melangkah maju.

"Stop!" interupsi pria itu tak mau dibantah. Lalu berjalan menghampiri cowok itu dengan kening yang berkerut seperti sedang menahan emosinya.

Cowok itu menatapnya malas, ia menaikkan alis seolah bertanya kenapa lagi? Dengan beraninya ia membalas tatapan pria itu tak kalah tajamnya sambil mengepalkan tangan menahan amarah.

"Balapan liar atau pergi ke club lagi?" Pertanyaan itu tepat membuat cowok itu bungkam, dadanya semakin kembang kempis, keningnya semakin berkerut, sudah tidak bisa menahan emosinya.

"Emang apa urusannya sama lo?!" bentak cowok itu dengan napas tak beraturan, wajahnya terlihat sangat merah, bahkan buku-buku jarinya sudah memutih.

"RAGES YOGASWARA!!!"

Plak!

Pria itu menamparnya dengan sangat keras, hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Tamparan itu belum seberapa dibanding dengan apa yang telah cowok itu alami selama ini, hatinya lebih sakit. Kalau bisa, dia tidak ingin tinggal di rumah yang seperti di neraka ini.

Dia menatap pria itu dengan sengit, "Papa memang nggak pernah peduli." Lalu melangkah dengan cepat meninggalkan pria itu--Papanya sendiri.

"Kamu salah Rages, papa marah karena peduli!" teriak Papa Rages ketika Rages sudah duduk di atas motor gedenya.

"Lo yang salah!" balas Rages lalu memacu kendaraannya dengan cepat.

Rages membawa motornya dengan ugal-ugalan, untung jalanan sedang sepi. Tempat tujuannya sekarang adalah Black Club, dia ingin menenangkan pikiran. Sebelum ke sana, tadi dia sudah memberi kabar pada teman-temannya untuk berkumpul di club.

Kepala Rages saat ini dipenuhi oleh segala macam hujatan untuk Papanya.

Gue benci sama lo!

Gue benci sama lo!

Gue benci sama lo!

Rages memarkirkan motornya di depan bangunan bercat hitam, dari luar terlihat sangat gelap dan kelam. Namun ketika masuk, di dalamnya penuh dengan lampu kelap-kelip dan musik yang berdentum keras mengiringi semua orang yang sedang menari bebas.

Rages melangkah masuk, seperti biasa dia langsung duduk di salah satu sofa pojok kanan ruangan menghampiri ketiga temannya, lalu bertos ria ala remaja cowok zaman sekarang.

Ketiga temannya itu juga mengenakan jaket hitam seperti yang Rages kenakan. Namun, mereka berempat memiliki aura yang berbeda. Rages dengan wajah garang dan tegasnya, Rian dengan wajah jenaka dan tingkah absurdnya, Rafa memiliki garis wajah lembut dan terlihat lebih rapi di antara ketiganya, dan terakhir Revi yang mempunyai aura dingin. Tapi tetap saja mereka berempat adalah jajaran cowok ganteng di sekolahnya.

"WEEHHH ADA MASALAH APA NIH, GES?!" tanya Rian dengan berteriak, karena musik yang amat keras, bahkan membuat jantung serasa ingin copot, tapi untuk yang sudah terbiasa akan merasa biasa saja atau mungkin malah terasa mengasyikkan.

Rages hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu langsung menenggak minuman yang memabukkan itu tanpa ampun, lagi dan lagi sampai dia merasa puas.

Ketiga temannya hanya maklum melihat Rages minum ketika sedang dalam masalah, mereka mengerti apa yang membuat cowok itu sampai seperti ini. Namun sedetik kemudian mereka membelalak melihat Rages yang masih terus minum tanpa henti, bahkan minumannya sampai tumpah mengenai jaket.

Ketiga cowok itu berusaha menahan Rages agar tidak melanjutkan kegiatan minumnya.

"WOI! GES, UDAH WOI!" teriak Rafa sambil mengambil paksa botol minuman dari tangan Rages.

"Jangan lagi!" Revi yang duduk di sisi kanan Rages menepuk bahu cowok itu dengan keras.

"GES, SADAR ANJIR." Rian malah menonjok wajah Rages hingga pingsan, tak sadarkan diri.

"Kenapa?" tanya Revi mendengus kesal karena Rian malah meninju wajah Rages dengan keras.

"Kalau nggak gitu dia nggak bakalan berhenti minum!"

Hening beberapa saat, mereka bertiga diam sambil menunggu Rages sadar. Rian dan Revi kembali minum karena tadi sempat terhenti, kecuali Rafa yang tidak pernah ikut minum karena nggak dibolehin sama bunda.

Rafa melihat ke sekeliling kemudian menyeletuk, "ASTAGFIRULLAH, MENYESAL GUE IKUT KE SINI!" katanya menutup wajah dengan kedua tangan.

"Ini anak kenapaaaaa lagi?" tanya Rian mengusap wajahnya kasar, gemas sendiri.

"ITU KENAPA BANYAK CEWEK PAKAI BAJU KURANG BAHAN?! MANA JOGET JOGET NGGAK JELAS LAGI!" Rafa menunjuk ke sekumpulan wanita dan pria yang sedang berjoget ria, lebih tepatnya seperti sedang kesetanan.

Revi hanya menatap dingin Rafa karena ikut gemas pada cowok itu, masih diam tanpa komentar.

"Makanya lo tuh kalau belum pernah ke club, ngapain pake ikut-ikutan segala, nanti Bunda lo marah."

Mereka bertiga menoleh ke sumber suara, ternyata Rages sudah sadar. Kemudian mereka menelan ludah susah payah karena melihat tatapan selidik Rages.

"Siapa yang nabok gue?" Tatapan Rages semakin menajam, seolah ingin menguliti orang yang ditatapnya.

Revi mendorong Rian untuk menghadap Rages, "Ini!"

Rian langsung menjauhi Rages, lalu menatap lalang Revi, "Revi tadi juga mukul lo, Ges!"

Rages mengulum senyum, kemudian tanpa aba-aba memiting kepala kedua temannya tanpa ampun.

"Ampun, Bos!" rintih Revi mengusap kepalanya sambil memasang wajah melas.

"Enggak lagi deh. Kita nggak bakalan ngulangin lagi, janji deh!" Rian menunjuk kedua jarinya sebagai tanda peace dengan semangat empatlima, takut kalau sampai dibantai sama Rages.

Sedangkan Rafa terbahak melihat kedua temannya tersiksa. Bahkan Rages pun ikut tertawa, ketawa jahat. Sungguh teganya dirimu.

Rages melepaskan mereka dan menepuk bahu kedua temannya, kemudian menarik sudut bibirnya. "Yang kalian lakukan itu udah bener. Kita harus selalu mengingatkan kalau ada yang melakukan kesalahan. Kalau dengan peringatan juga nggak bisa, yaaa dengan cara kalian tadi."

"Tapi beda halnya lagi dengan rutinitas kita di sekolah, kalian harus selalu ingat dengan prinsip REFOUR," lanjut Rages tersenyum penuh arti, diikuti ketiga temannya.

"Siapa yang berani ganggu kita, akan selalu kita incar!" sahut Rian dan Rafa mengucapkan prinsip mereka, kecuali Revi karena malas berbicara.








**
a/n:

hiyahiyaaa itu diaaa.

udah tahu kan Rages itu orangnya gimana.

apa pendapatmu tentang Rages?

udah jatuh cinta belum sama mereka? wkwk.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang