18. MINGGAT [2/2]
"Akhirnya selesai juga."
Rages menegakkan badan dan meletakkan handphone di atas meja makan setelah mendengar ucapan Rania. Cukup terkejut sebenarnya, gadis itu memasak dalam waktu yang singkat.
"Cepat amat, baru juga lima belas menit."
Saat ini Rania tengah sibuk menghias makanan yang dibuatnya dengan brokoli dan tomat. "Gue kan chef bintang lima, jadi wajar aja kalau gue bisa menyelesaikannya dalam waktu singkat."
Rages berjalan menghampiri Rania, kemudian menatap masakan Rania dengan tatapan yang sulit diartikan, bahkan mulutnya ternganga kecil. "Lah, lo dari tadi cuma masak ini?" Rages menunjuk masakan Rania dengan heran.
Pantas saja bisa selesai dalam lima belas menit. Makanan yang Rania buat hanyalah nasi goreng biasa dengan hiasan sayur di atasnya, tetapi menurut Rania itu bukan hanya sekadar nasi goreng biasa, melainkan spesial. Rania membuatnya dengan perasaan. Bukan perasaan untuk Rages, tetapi perasaan bahagia karena akhirnya dia bisa memasak lagi.
"Memangnya kenapa? Gue kan nggak ada bilang mau bikin spagetti dan kawan-kawannya," jawab Rania sambil meletakkan dua piring berisi nasi goreng ke atas meja makan. Lalu, Rania mengambil air mineral dari dalam kulkas, dan memasak kembali air itu.
Sedang Rages malah mengikuti langkah gadis itu, masih menatap Rania dengan tatapan tak percaya. Rania rela menyibukkan diri hanya karena tidak suka minuman dingin. Padahal kebanyakan perempuan itu lebih suka minuman dingin, menurut Rages.
Rania membalikkan badan menatap Rages yang kini juga tengah memandangnya dengan intens. "Lo ngapain ngikutin gue? Duduk aja di sana, kan nasi gorengnya udah gue hidangkan, lo tinggal makan aja."
Anehnya Rages tak membantah. Cowok itu kembali berbalik dan duduk di kursinya, mulai mencicipi masakan Rania. Anjir, ternyata makanan sesederhana ini bisa enak juga.
"Gimana?" tanya Rania menduduki kursi sambil meletakkan dua gelas air mineral, satu gelas diberikannya pada Rages.
"Lumayan," jawab Rages masih menyantap makanannya.
"Lumayan? Tapi kok, makannya kayak orang kelaparan," kata Rania sambil tersenyum miring.
Ucapan Rania sontak membuat Rages tersedak, dengan cepat cowok itu menyambar air di depannya dan minum dengan tergesa-gesa. "Gue memang lapar, bukan karena masakan lo enak," elak Rages tanpa menatap ke arah Rania.
"Ya ya ya, terserah apa kata lo deh," kata Rania mulai menyantap nasi goreng, tak memedulikan Rages di depannya.
Ketika Rages sudah menyelesaikan acara makannya, cowok itu kembali memandang Rania yang tengah fokus menghabiskan makanan. Sepertinya Rania memang sedang kelaparan.
"Nia," panggil Rages.
Rania mendongak sambil mendelik sebal. Kenapa Rages selalu memanggilnya dengan nama itu. Mau sampai kapan cowok itu memanggilnya seperti itu. "Udah berapa kali, sih, gue bilang," kata Rania dengan nada kesal.
Rages mengangkat bahunya acuh. "Setelah ini lo harus bantu gue pindahan."
Rania mengerutkan dahi, heran. "Lo mau pindah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
RAGES
Teen Fiction𝙍𝙀𝙁𝙊𝙐𝙍 : "SIAPA YANG BERANI GANGGU, MAKA AKAN SELALU KITA INCAR!" *** "REFOUR itu geng yang paling ditakuti di wilayah sini, apalagi Rages Yogaswara si ketua yang nggak pernah ngebedain mau cewek atau cowok, semuanya disikat habis sama dia." R...