17. MINGGAT [1/2]

6.7K 521 23
                                    

17. MINGGAT [1/2]









"Lo ngapain ngajak gue?" tanya Rania cukup keras, membuat Rages geram ingin menjewer telinga Rania.

"Sssttt! Lo bisa diam gak?" gerutu Rages dengan suara yang tertahan.

"Kenapa harus sembunyi-sembunyi gini, sih?" bisik Rania tepat di telinga kanan Rages.

Rages agak mendorong tubuh Rania agar menjauhinya. Namun kemudian Rages menarik tangan Rania dan menggenggamnya. Lalu menuntun Rania memasuki rumahnya.

Rages dan Rania mengendap memasuki rumah cowok itu dengan melangkahkan kaki perlahan tidak ingin sampai menimbulkan suara. Suasana rumah masih dalam keadaan gelap, karena memang biasanya lampu dimatikan pada malam hari, dan mungkin sampai sekarang belum ada yang menyalakannya.

Apa mungkin dia masih di kantor? Ah bodoamat. gumam Rages dalam hati.

"Kok gelap, Ges? Lo mau apa-apain gue ya?" Selidik Rania sambil menarik tangannya dari genggaman Rages.

Rages menghela napas. "Rumah gue biasanya emang gini kalau gak ada penghuninya," jawab Rages masih dengan suara yang pelan.

Akhirnya Rages memilih untuk menyalakan lampu, daripada Rania kembali berpikir yang tidak-tidak.

Ketika lampu sudah menyala, pemandangan di depannya langsung membuatnya naik pitam. Lain halnya dengan Rania yang langsung menutup mulut dengan telapak tangan sambil melotot.

Seorang wanita yang terlihat berumur 20-an sedang tertidur pulas di sofa ruang tamu dengan pakaian yang sudah berantakan. Apa dia wanita yang kemarin?

Wanita seperti itu yang akan menjadi Mama barunya? Murahan seperti itu? Ck. Rages harus mengusirnya dari rumah ini, juga dari kehidupannya.

Rages benci pada Papanya yang suka membawa wanita murahan ke dalam rumah, dan dia juga benci dengan wanita-wanita di luar sana masih banyak yang mau menjual diri. Ya, Rages yakin pasti wanita itu sudah menjual diri pada Papanya.

Rages menghampiri wanita itu, menatapnya dengan jijik. Lalu dia mengangkat sofa sekuat tenaga hingga wanita itu terkejut dan terjatuh dengan keras. Spontan wanita itu menegakkan badannya sambil menatap Rages heran.

Rania pun terlonjak kaget dengan kelakuan Rages, benar-benar di luar dugaan. Ingin menahan Rages, namun tidak berani mendekat karena melihat Rages yang sepertinya sebentar lagi akan marah.

"Keluar dari rumah gue, Jalang!" bentak Rages membuat wanita itu tersentak kaget. Namun bukannya takut, wanita itu malah mendekati Rages dengan tatapan genitnya.

Seketika Rages dan Rania ingin muntah melihatnya.

"Kamu anaknya Yogas? Ganteng juga." Wanita itu semakin mendekati Rages dan mencolek dagu cowok itu. Sontak Rages menepis tangan itu dengan keras.

Rania tersenyum senang melihat Rages menolak wanita itu dengan garang.

"Bitch!" umpat Rages.

"Dasar tante girang," imbuh Rania karena ikut merasa kesal. Membuat Rages menahan diri untuk tidak tersenyum melihat keberanian Rania.

Wanita itu berjalan mendekati Rania dengan amarah yang sudah memuncak, sedang Rania membalas tatapan wanita itu seakan menantang.

Rages menggelengkan kepala melihat tingkah Rania. Lalu Rages menarik tangan wanita itu dan menyeretnya dengan paksa, hingga akhirnya dia bisa menghapus keberadaan wanita murahan itu dari rumahnya.

Tetapi Rania malah mematung sambil mengatupkan bibirnya. Dia kalau narik gue apa keliatan kaya gitu juga? Hihhh, sadis amat.

Rania menoleh ketika mendapati Rages yang baru saja menghela napas keras, karena mau tidak mau Rages harus membereskan rumah yang tampak sangat berantakan.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang