13. KEMARAHAN MAMA

7.7K 540 22
                                    

Nunggu notif kok dari wp, nunggu notif tuh dari doi.

Kasian jomlo, sama kek author :')

Nih, aku double up buat kalian yang menghabiskan malming di rumah sambil rebahan. Awokawok.


***

13. KEMARAHAN MAMA



"NGAPAIN LO BAWA JALANG ITU KE RUMAH?" tanya Rages dengan berteriak kasar.

Sedangkan Rania menelan ludahnya susah payah, tidak mengerti dengan situasi di depan matanya.

"Jaga ucapan kamu, Rages!" bentak Yogas--Papa Rages--ketika sudah berada di depan putranya, di sebelahnya masih ada wanita muda yang merangkul tangan kirinya.

Rania tersentak kaget mendengar bentakan Papa Rages yang garang. Cewek itu menatap Rages di sebelahnya yang sudah memasang muka masam, bahkan tangan cowok itu terkepal dengan sangat kuat hingga terlihat urat-urat tangannya. Rahang cowok itu mengeras, napasnya menderu.

Ingin rasanya Rania mengusap tangan Rages agar cowok itu bisa meredamkan amarahnya, namun Rania tidak mempunyai keberanian, karena saat ini Rages seperti tak tersentuh.

"Lo yang harusnya jaga sikap!" balas Rages tak kalah garangnya, membuat Rania bingung bagaimana caranya menenangkan cowok itu.

PLAK!!!

Bunyi tamparan keras menggema di ruangan itu, membuat suasana semakin mencekam. Papa Rages baru saja menampar anaknya dengan tidak berperasaan. Papanya menamparnya begitu keras, hingga pipi Rages menjadi kemerahan.

Rania yang melihat itu semakin mematung di tempat, bingung harus bagaimana, karena dia sadar tidak mempunyai hak untuk ikut campur. Kenapa gue selalu apes gini sih?!

Ketika Rages ingin membalas Papanya, dengan segera Rania menahan tangan cowok itu. Rania menggenggam tangan Rages dengan erat, membuat cowok itu menatap ke arahnya dengan tatapan marah karena gadis itu menahannya. Rania menggelengkan kepala, memberikan kode pada cowok itu agar tidak membalas perlakuan Papa Rages.

Rages bisa melihat dengan jelas senyum miring yang tercetak di wajah wanita itu. Rania pun juga bisa melihatnya, membuat Rania menatap tajam wanita itu. Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, menatap remeh pada Rania.

"Dasar tante girang," gumam Rania yang masih bisa didengar oleh semua orang yang ada di rumah itu.

Ucapan Rania sukses membuat wanita itu menahan emosinya. Begitu juga dengan Papa Rages yang sudah mendelik pada Rania, membuat Rania menutup mulut dengan telapak tangannya dan menciut kecil merapat ke belakang punggung Rages.

Beda halnya dengan Rages yang sudah mengulum senyum melihat tingkah Rania yang selalu ceplas-ceplos.

"Mas, dia jelekin aku," adu wanita itu pada Papa Rages.

Papa Rages mengeraskan rahangnya, pria paruh baya itu menatap Rania dengan tatapan menusuk. Rania semakin bersembunyi dibalik lengan Rages.

Rages tersenyum miring. "Bukannya lo emang tante girang?" Rages tertawa meledek, ciri khasnya.

"Yang sopan sama calon mama kamu, Rages!"

Rages membelalak mendengar ucapan Papanya. Rages benar-benar tak pernah menduga akan hal itu. Papanya ingin menikah lagi? Tapi kenapa tidak pernah memberitahukannya? Rages sungguh benci pada Papanya karena tidak pernah peduli dengan keberadaannya. Buktinya saja Papanya ingin menikah lagi, tapi tidak meminta izin dulu padanya.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang