22. LAH, KOK APARTEMEN?

6.4K 452 26
                                        

Gimana? Udah siap belom baca bagian ini?

Kita udah mulai memasuki era baru dari cerita ini.

Here we go again!

***

22. LAH, KOK APARTEMEN?




Kini segerombolan anggota Refour tengah berkumpul di basecamp seperti biasanya. Anggota Refour pun setiap hari makin bertambah, hal itu membuat Rages, Revi, Rian, dan Rafa agak merasa bahagia karena ternyata banyak juga yang antusias terhadap geng ini.

Saat ini Refour bisa dibilang masih sebagai geng tempat berkumpulnya anak-anak nakal yang memiliki permasalahan pribadi masing-masing, Rages belum mempunyai niat untuk mengembangkannya menjadi geng motor, mungkin nanti kalau anggota geng ini sudah mencapai angka 100-an. Kalau sekarang jika dihitung mungkin anggota mereka baru 80-an, berarti sebentar lagi.

Tapi Rages tak yakin bisa mengemban banyak anggota, apalagi kalau geng ini harus dikembangkan.

Mengurus mereka tak semudah yang dibayangkan.

Untung Rages selalu memilih anggota yang nakalnya tidak berlebihan, cowok itu masih tahu anggota bagaimana yang harus lolos masuk ke geng Refour, tidak bisa sembarangan orang.

Rages harus mempunyai teman-teman yang bisa mengingatkannya, bukan malah menyesatkannya.

Itulah sebabnya Refour ada, karena bagi Rages mereka itu sudah seperti keluarganya.

Bagi anggota Refour yang lain pun juga begitu.

Refour adalah rumah bagi mereka.

"Napa bengong lu, Ges?" tanya Rian menepuk pelan paha Rages, ikut duduk di sebelah Rages yang tengah menonton televisi walau pikirannya sudah ke mana-mana.

"Kagak ada," jawab Rages singkat.

"Tipi nyala tapi tatapan lo kosong banget anjir, gak kerasukan kan lo?" tanya Rian memundurkan tubuh dengan raut wajah takut-takut, justru membuat Rages semakin ingin menabok wajah temannya itu.

"Mau gue matiin?" tanya Rages dengan enteng.

"Anjir, serem amat lo, Ges," ucap Rian kemudian beranjak dari sana menyusul teman-temannya yang sedang sibuk bermain monopoli di teras depan basecamp.

Rages kembali diam di tempatnya, kemudian mulai membuka handphone, mengecek isi chat terakhirnya dengan Rania. Dia baru ingat kalau cewek itu sekarang sudah menjadi babunya, kalau Rages menginap di basecamp pasti akan susah untuk menyuruh Rania ini itu.

Apalagi di basecamp ini banyak sekali para cowok buaya.

Eh.

"Apa gue pindah aja dari sini?"

"Ke mana?"

Rages langsung menoleh pada Revi yang kini berdiri di sampingnya dengan kedua tangan berada dalam saku celana.

"Gue mau beli apart," jawab Rages kembali menghadap lurus ke depan televisi.

Revi mengernyitkan dahinya, lalu mendaratkan bokongnya di sofa ruang itu. "Kenapa?"

"Cuma mau pindah aja."

"Di apart gue."

"Yakin lo, Rev? Gue bisa beli apart sendiri."

"Pake uang bokap lo?"

"Iya sih."

"Di apart gue aja, daripada kosong."

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang