6. TIDAK TAHU TERIMA KASIH

9.2K 721 40
                                    

Jangan lupa ditekan bintangnya dan komen ya readers-readersku tersayang<3

6. TIDAK TAHU TERIMA KASIH





"Kamu dari--loh siapa dia, Ra?!" tanya Mama Rania panik ketika melihat anaknya membantu seorang cowok jangkung berjalan dengan luka memar di wajahnya.

Mama Rania awalnya ingin mengomeli Rania, tapi diurungkan karena melihat anaknya tengah membawa teman sebaya yang sedang babak belur.

Rania membantu Rages untuk duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Rages tak banyak bicara, dia hanya bersender sambil memejamkan matanya karena merasa badannya sudah remuk.

"Dia Rages, teman satu sekolah aku, Ma," jawab Rania lalu berlari menuju kamarnya untuk mengambil kotak P3K.

Sedang Mama Rania mengambil air bersih dan handuk kecil di kamar mandi. Rages membuka matanya perlahan, melihat betapa kompaknya ibu dan anak itu.

Ketika Rania dan Mamanya tiba, Rages kembali memejamkan matanya. Mama Rania memberikan wadah berisi air itu pada Rania, gadis itu mengangguk dan duduk di sebelah Rages. Sedang Mamanya mengambil kantong belanjaan Rania dan kembali menuju dapur membuatkan makanan untuk Rages, kali aja dia belum makan.

Rania membasahi handuk kecil itu, lalu membersihkan luka yang ada di tangan Rages.

"Argh!" ringis Rages merasa perih.

Rages membuka matanya, dan menjauhkan tangannya dari Rania. Rania menarik paksa tangan cowok itu dan kembali membersihkan lukanya. Rages meringis kecil, lalu menatap lekat wajah serius Rania.

Rania mengambil obat merah di kotak P3Knya dan mengusapkan obat itu ke tangan Rages dengan kapas.

"Anjing, pelan-pelan woi!" umpat Rages melampiaskan rasa sakitnya.

"Sakit kan? Udah tau sakit, masih aja berantem," omel Rania masih serius mengoleskan cairan merah itu ke tangan Rages.

Rages menarik tangannya dari Rania dan berdiri seperti ingin melarikan diri, Rania langsung menahan tangan Rages dan menatap cowok itu tajam. Rages membalas tatapan itu.

"Duduk nggak?!" ancam Rania ikut berdiri menatap lekat cowok di depannya.

"Lo siapa? Kenal gue juga nggak," jawab Rages tersenyum miring.

Ni anak keras kepala banget deh! Teriak Rania dalam hatinya.

"Mau kenal atau nggak, itu nggak penting. Lo itu lagi luka, Ges."

"Terus apa urusannya sama lo?" tanya Rages sengit.

"Karena walaupun gue cuma tahu nama lo, tapi lo satu sekolah sama gue!" jawab Rania tak kalah sengitnya.

Rania dan Rages bertatapan satu sama lain, bukan tatapan meneduhkan, melainkan tatapan tak mau kalah, tajam dan menusuk.

"Kenapa? Lo kasihan sama gue?" tanya Rages dingin.

"Gue peduli sama lo!"

Rages mematung merasa terenyuh, baru kali ini ada yang peduli padanya selain ketiga temannya. Namun, Rages tetap tidak percaya dengan yang dikatakan oleh Rania, karena dia yakin cewek itu pasti hanya merasa kasihan padanya.

Rania menggenggam tangan Rages dan menuntunnya untuk duduk kembali. Anehnya Rages tidak melawan, entah mengapa cowok itu tidak bisa mengikuti pikirannya.

Rania kembali mengobati luka-luka yang ada di wajah Rages. Berhadapan sedekat ini membuat Rages hampir lupa bernapas, gadis di depannya sangat serius mengobati lukanya. Mata gadis itu sangat jernih, Rages seperti bisa melihat dirinya di dalam mata Rania. Pipi tembem gadis itu membuatnya gemas bukan main, bahkan bibirnya terlihat sangat menggemaskan.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang