35. HARI YANG SIAL
"Kalau luka di hati gue bisa gak?" tanya Rages menatap lekat Rania.
Rania menelan ludah susah payah. "Hati gue aja gak bisa gue obatin," canda Rania tertawa kikuk. Hati gue juga sakit Rages, ngeliat lo kaya gini.
"Ketawa lo," ucap Rages kesal sendiri mendengarnya.
"Cepet banget sih ngambeknya," ledek Rania tak kuasa menahan senyumnya tiap kali melihat majikannya itu cemberut. "Sini gue obatin luka lo," lanjut Rania sambil membuka kotak P3K, dan mulai telaten mengobati luka di sekitaran wajah Rages.
"Sshh, pelan-pelan bego!"
Rania terlonjak kaget mendengar Rages yang tiba-tiba berteriak kepadanya. "Astaga, ini gue udah ngobatin lo kaya pake perasaan, masa gak tahan sih?!" omel Rania, kali ini dengan sengaja menekan agak keras obat merah itu ke luka Rages.
"Anj, sakit bego!" Rages memasang wajah masamnya dan menahan tangan kanan Rania untuk segera menghentikan kegiatan yang menurutnya menyiksa itu. "Lo kalau berulah lagi, gue cium," tambah Rages mengancam.
Rania langsung terdiam, kali ini kembali mengobati Rages dengan penuh perasaan. "Maafkan saya, Tuan," ucap Rania meniru perkataan pelayan pada novel yang pernah dibacanya.
Rages tersentak mendengar ucapan Rania yang tiba-tiba baku. "Lo random banget ternyata," kata cowok itu menatap aneh pada Rania.
"Lah, gue emang begini orangnya."
"Jadi yang kemarin-kemarin sok polos itu ke mana?"
"Polos dari mananya sih? Kan kemarin gue masih jadi murid baru, masih mengenal lingkungan sekolah, gak mungkin dong langsung ngereog depan orang-orang."
"Nia."
"Hm?"
"Udah selesai belom ngobatinnya?" tanya Rages karena merasa gadis di depannya ini sangat lambat mengobati lukanya.
Padahal lambat juga karena cowok itu yang meminta untuk mengobatinya dengan perlahan.
"Belum, dikit lagi. Lo kenapa sih suka banget berantem?" tanya Rania heran pada tingkah Rages. "Hampir tiap hari lo berantem sama orang, emangnya gak sakit?" tanyanya lagi.
"Luka gini doang sakitnya gak seberapa," jawab Rages seadanya.
"Yes! Selesai juga akhirnya," kata Rania ketika sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik. "Masa sih sakitnya gak seberapa? Muka lo sampai lebam-lebam gitu," lanjut gadis itu masih penasaran.
"Bagi gue b aja."
"Dih sok jagoan lo!"
"Lo kenapa kalau bicara sama gue kek orang darah tinggi? Giliran sama yang lain aja sopan banget."
"Itu karena lo-nya yang bikin gue esmosi terus," dengus Rania sembari menata kotak P3K di tangannya. "Gue pamit dulu," izinnya sambil berdiri ingin beranjak dari sana.
Rages menahan pergelangan tangan Rania, membuat gadis itu bertanya-tanya. "Sejak kapan lo jadi anggota PD?" tanya Rages.
"Sejak kemarin," jawab Rania santai. "Untuk hal ini gue gak perlu minta persetujuan lo segala kan?" tanya gadis itu sambil tersenyum.
"Oke, terserah lo."
"Tapi ada satu hal yang mau gue tanyain ke lo, kenapa dari sekian banyak ekskul lo malah masuk Penegak Disiplin?" lanjut Rages bertanya pada Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGES
Teen Fiction𝙍𝙀𝙁𝙊𝙐𝙍 : "SIAPA YANG BERANI GANGGU, MAKA AKAN SELALU KITA INCAR!" *** "REFOUR itu geng yang paling ditakuti di wilayah sini, apalagi Rages Yogaswara si ketua yang nggak pernah ngebedain mau cewek atau cowok, semuanya disikat habis sama dia." R...