7. TAWURAN

9.6K 650 54
                                    

7. TAWURAN






Pagi ini Rania berangkat sekolah bersama Arisha. Arisha menjemput Rania karena ingin memberitahukan beberapa hal pada Rania. Sepanjang jalan menuju sekolah pun dipenuhi curhatan Arisha, sedangkan Rania beberapa kali tertawa kecil mendengarnya.

"Tau nggak, Ra? Gue kesel banget sama Kakak gue," ucap Arisha sesekali menatap Rania yang duduk di sebelahnya.

Rania menoleh ke arah Arisha yang sedang fokus menyetir mobil. "Kenapa, Sha?"

"Masa nih ya, gue lagi enak-enaknya makan martabak. Eh piring isi martabak itu malah dia bawa ke kamarnya, padahal gue baru makan sepotong doang." Arisha menggerutu kesal, alisnya sampai bertautan, bahkan juga mendengus sebal.

Rania tertawa pingkal sambil memegang perutnya yang terasa keram. "Hahaha, serius lo? Sumpah ngakak banget, Sha." Rania kembali tertawa.

"Tau ah, kesel banget gue."

"Ohya, Kakak lo yang mana ya, Sha? Kan gue belum kenal," tanya Rania dengan kening berkerut.

"Ada deh, tapi kemarin dia balik lagi ke luar negeri ngelanjutin kuliahnya," jawab Arisha dengan wajah kaku.

Rania mengangkat sebelah alisnya sambil bergumam 'oh', tak ingin membahas lebih ketika melihat wajah Arisha yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Namun sedetik kemudian ekspresi wajah Arisha berubah 180 derajat, cewek itu menatap Rania dengan amat serius.

"Lo masih ingat sama ucapan gue kemarin kan, Ra?" tanya Arisha, sesekali menatap ke arah Rania lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.

Rania menoleh ke arah Arisha, dia tahu maksud perkataan Arisha, pasti ini tentang peringatan itu. "Hmm, gue pasti akan selalu ingat kata-kata lo."

Arisha tersenyum mendengar jawaban dari Rania. "Gue harap lo nggak berurusan sama mereka."

Rania hanya mengangguk, lalu termenung sambil fokus menatap jalanan dari balik kaca jendela mobil di sampingnya, memikirkan kejadian kemarin. Apakah Rania harus memberitahukan hal itu pada Arisha? Kemudian gadis itu menggelengkan kepala, sebaiknya tidak usah daripada nanti teman satunya itu malah mengomel di sepanjang jalan.

Ketika mobil Arisha sampai di depan gerbang sekolah, entah mengapa sangat ramai dan rusuh, seperti orang-orang ingin demo, padahal ini masih pagi.

Eh, tunggu dulu! Tapi itu mereka semua mengenakan seragam sekolah lain. Sontak keributan itu membuat Rania diam mematung, badannya sedikit bergetar, teringat akan masa lalunya di sekolah yang dulu. Sedangkan Arisha tampak biasa saja.

Arisha tersentak melihat Rania yang sudah ketakutan. "Rania?" panggil Arisha, namun Rania diam, gadis itu malah menutup kedua telinganya dengan tangan dan menundukkan kepalanya.

"Ra? Lo kenapa?" Arisha panik melihat Rania yang masih tak berkutik.

"Rania!" Arisha mengguncang bahu Rania, hingga dia tersadar dan menatap Arisha dengan tatapan yang sulit diartikan. Lantas Arisha memeluk temannya itu berusaha menenangkan.

Arisha melepaskan rangkulannya ketika merasa Rania sudah lebih tenang. "Lo tenang aja, ini hal yang biasa terjadi di sini. Sekarang lo harus tutup telinga."

"Kenapa, Sha?"

"Kita bisa ke dalam sekolah dalam sekejap," ucap Arisha sambil tersenyum miring.

Rania mengerutkan dahinya. Apa maksud temannya itu?

"Satu, dua, tiga!" seru Arisha antusias.

TIINNN!! TIIIINN!!! TIIIINNNN!!!!!

Rania menutup kedua telinganya dengan erat, matanya melotot melihat Arisha lalu melihat suasana di depannya. Kerumunan tadi menyingkir, tetapi mereka malah melempari mobil Arisha dengan batu yang berukuran cukup besar sampai menembus kaca samping dan belakang mobil Arisha, untung kaca depan mobil itu hanya retak jadi tidak mengenai mereka.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang