38. RAGES DAN ARISHA

3K 127 18
                                    

38. RAGES DAN ARISHA





Siang menjelang sore ini Rages duduk di kafe sambil menikmati secangkir kopi, menunggu Arisha. Tadi malam Arisha menyuruh Rages untuk bertemu di kafe dekat rumahnya. Namun yang mengajak sampai sekarang belum juga datang, padahal sudah hampir setengah jam Rages menunggu.

Bunyi bel yang tergantung tepat di atas pintu kafe berbunyi, menandakan kadatangan seseorang. Rages menoleh seketika langsung tersenyum, menyambut Arisha.

Arisha duduk tepat di depan Rages. Berbeda dengan Rages yang tampak bahagia, raut wajah Arisha terlihat serius.

"Yang ngajak malah telat," sindir Rages bermaksud bercanda.

Arisha semakin menajamkan tatapannya. "Terserah gue."

"Okay, my princess."

Arisha tersentak mendengar panggilan dari Rages. Sudah lama dia tidak mendengarnya. Tatapan Arisha berubah sendu. Sejujurnya, Arisha juga sangat merindukan Rages. Namun sedetik kemudian Arisha kembali mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.

"Sha, lo gak kangen sama gue?" tanya Rages menatap Arisha tepat.

Arisha mengalihkan pandangan ke arah lain, dia menelan ludah susah payah. "Biasa aja."

"Gue kangen banget sama lo," kata Rages tatapannya semakin menyendu. Astaga, sepertinya Rages benar-benar merindukan Arisha.

"Ges, di sini gue yang mau ajak lo bicara. Jadi lo jangan menguasai pembicaraan," ucap Arisha dengan tegas, menatap tepat Rages.

Rages menghela napas, kemudian mengangguk. "Oke."

"Lo masih betah di rumah itu?" tanya Arisha.

"Gue udah pindah."

Arisha membelalakkan mata, jawaban Rages membuat Arisha terkejut bukan main. "Kenapa lo gak bilang sama gue?!" tanyanya mulai emosi.

Rages menundukkan kepalanya. "Karena gue tau lo juga gak akan peduli."

"Lo kenapa sih, Ges? Kenapa membuat keputusan semudah itu? Papa lo tau?" tanya Arisha beruntun. Rages selalu berhasil membuatnya kesal dan khawatir di waktu bersamaan.

Rages mengerutkan dahinya. "Papa lo?" tanya Rages mengulang ucapan Arisha.

"Ya, Papa lo."

Rages tertawa miris. "Lo tau gak, di sini lo yang berubah, Sha."

"Gue gak peduli."

"Lo itu munafik, Sha. Ucapan lo gak sesuai sama kata hati lo."

"Ges, udah gue bilang kan, saat ini gue yang menguasai pembicaraan."

Rages tertawa kecil. "Of course, my princess."

"Lo ... gak mau balik lagi?"

Rages mematung, tak percaya dengan yang Arisha katakan barusan.




***




"Rages dan Arisha? Mereka ngapain?" tanya Rania pada diri sendiri sambil mengernyitkan dahinya.

Rania kini tengah bersembunyi di balik pohon dan rerumputan yang sepertinya dirawat oleh pemilik kafe, tumbuh di depan kafe.

Awalnya tadi Rania hanya kebetulan lewat, tetapi pemandangan di dalam kafe membuatnya penasaran. Dan jadilah seperti sekarang, bersembunyi di belakang pohon dan rerumputan itu sambil menatap dua orang yang tengah berbincang di dalam sana. Rania merasa seperti penguntit sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang