11. JAHAT ATAU BAIK?

8K 597 68
                                    

Author sedang lelah batin nih, cape lihat cogan bule bertebaran di toktok. Masa tiap ketemu langsung mikir wih vibesnya kek Rages, waw ini Revi nih. Gitu ae teros, nggak mungkin kan castnya ganti tiap saat.

Biasalah author mudah oleng ya gini:"

Jadi hayuk kasih semangat buat author😂

***



11. JAHAT ATAU BAIK?







Rages membawa Rania ke parkiran sekolah, cowok itu ingin membawa Rania ke suatu tempat.

Rania melepaskan tangan Rages dari tangannya dan menatap tajam cowok itu. "Ini semua karena lo, Rages!" sentak Rania dengan geram, rasanya ingin sekali mencakar wajah Rages.

Rages memutar kedua bola matanya, malas untuk berdebat. "Lepas topi itu," titah Rages tak mau dibantah.

Rania semakin bersungut-sungut, cowok di depannya ini selalu sukses membuatnya melayang lalu dijatuhkan dengan keras. "Nih! Siapa juga yang mau pake topi lo."

Rania melepaskan topi itu dari kepalanya, hingga terlihat lah surainya yang berantakan, kemudian memberikan topi itu dengan kasar dan membalikkan badannya ke belakang, namun Rages mencekal tangannya. Cowok itu melepaskan kaitan helm di motornya dan memberikan helm itu pada Rania.

Rania mengernyitkan dahinya. "Buat apa?"

"Lo gak tahu fungsi helm?" tanya Rages dengan nada sindiran khasnya.

Rania menghembuskan napas keras, cowok itu benar-benar menguji kemarahannya. "Tau lah!"

Entah kenapa setiap berbicara dengan Rages, Rania selalu merasa emosinya meledak-ledak. Cowok itu selalu sukses membuatnya kesal bukan main, ingin sekali rasanya Rania menarik rambut cowok itu dengan keras.

Rages tertawa meledek.

"Kalau udah tahu, kenapa lo masih nanya buat apa?" Nada usil itu kembali keluar dari mulut Rages. Rages sebenarnya bingung dengan dirinya sendiri, dia merasa senang melihat cewek di depannya ini marah atau bisa dibilang sangat senang menjahili Rania.

Rania tampak menggemaskan ketika sedang marah.

"Lo bener-bener ya," tutur Rania sambil menunjuk wajah Rages dengan gemas. Gemas ingin mencakar wajah itu dengan kasar.

"Ya udah, pakai nih, jan banyak bacot." Rages melempar helm itu tepat ke depan Rania, hingga secara spontan cewek itu menangkapnya.

"Gue nggak mau pulang sama lo!" Rania melempar helm itu sembarangan.

Menatap helmnya yang tampak mengenaskan di aspal, emosi Rages tersulut, dadanya bergemuruh. Rages melangkahkan kakinya mendekati Rania, dan menatap tepat ke dalam manik mata cewek itu. Rania memundurkan tubuhnya sambil membalas tatapan cowok itu.

Rages menggenggam bahu Rania dengan kencang hingga membuat gadis itu sedikit meringis. "Lo jangan pancing emosi gue!" bentak Rages.

Rania menundukkan kepalanya, jantungnya mulai bergemuruh, berusaha sekuat yang dia bisa untuk menguasai dirinya. Kalau bentakan biasa tidak akan membuat Rania takut, tapi Rages barusan membuatnya benar-benar merasa takut. Badan Rania bergetar, kepalanya masih tertunduk tidak berani menatap Rages.

"Jangan nangis!" ujar Rages masih dengan berteriak, membuat Rania semakin terguncang.

Rages berdecak sebal, kemudian mengambil helm yang dilempar Rania dan memberikannya kembali pada cewek itu.

"Ini, pakai helmnya," ucap Rages penuh penekanan.

Rania yang tak berani membantah pun mau tidak mau harus menuruti Rages. Gadis itu memakai helm dengan rasa tak enak hati. Karena terlalu lama akhirnya Rages mengambil alih untuk memasangkan helm itu, membuat Rania mendongak karena terkejut. Rania meneguk salivanya susah payah, wajah serius Rages ketika memasangkan helm hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

RAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang