Seven.

3.2K 248 0
                                    

Johnny dan Doyoung baru saja datang setelah makan siang bersama anak-anaknya. Mereka makan di restoran yang tidak jauh dari perusahaan. Jalan kaki saja pun bisa. Saat mereka ber-empat memasuki pintu utama lobby, Doyoung melihat ada keributan antara satpam dengan salah satu driver makanan. Entah apa yang mereka ributkan, Johnny menyuruh Haechan dan Jeno untuk langsung menuju ruang kerja nya. Sedangkan Johnny dan Doyoung akan menghampiri keributan yang terjadi.

"Hey ada apa ini?!" seru Doyoung dengan lantang.

"Pelan-pelan aja Pak, jangan di bentak gitu."

"Maaf Tuan." Doyoung menganggukan kepala nya sekali.

Driver makanan dan satpam otomatis terdiam saat Johnny dan Doyoung menghampiri serta menanyakan apa yang terjadi.

"Kenapa Pak?" Johnny bertanya pada satpam.

"Anu Tuan, saya sudah tegaskan kalau driver makanan dari luar tidak boleh masuk ke dalam sini. Tapi dia ngeyel sekali rupa nya." satpam itu mendorong pelan pundak sang driver makanan.

"Tapi saya dapat pesan jika saya harus mengantar makanan ini kedalam!"

Johnny menenangkan kedua nya, "Sudah sudah.. Siapa yang memesan makanan ini mas?"

"Pesenan atas nama Bu Tiffany."

"Yasudah sini biar saya yang titipkan. Apa sudah di bayar mas?" tanya Johnny setelah mengambil satu plastik berisikan makanan yang dipesan oleh Tiffany.

"Sudah pak. Saya permisi dulu pak."

"Terimakasih ya mas."

Johnny menegur si satpam, "Oh ya, lain kali bisa lebih pelan aja pak nada bicara nya.."

"M-maaf Tuan saya sudah emosi tadi."

"Tidak apa-apa, silahkan lanjutkan." Johnny menyuruh satpam untuk melanjutkan pekerjaannya.

'heol, Tuan Johnny memang sangat baik!'

'pantesan saja orang orang betah kerja disini, CEO nya saja baik sekali.'

'rasanya aku tidak ingin keluar dari perusahaan ini, ah!'

'daebak, perlakuan Tuan Johnny memang di luar ekspetasiku!'

'betul, aku fikir dia akan memarahi nya, heol!'

Ucapan dari beberapa orang yang ternyata melihat kejadian tadi. Memang betul, Johnny Seo memang sangat baik. Ia sangat di segani oleh karyawan-karyawan disini. Ia juga tidak pernah memandang apa jabatan yang mereka tempati. Johnny memperlakukan semua nya dengan sama tanpa memilah-milih. Ia juga sering membantu karyawan, ob, atau bahkan cleaning service pun ia bantu.

Apa tidak malu jika CEO mengerjakan pekerjaan cleaning service? Ah tidak, maksud nya bukan membantu secara keseluruhan. Seperti contoh, pada saat itu, Johnny melihat salah satu karyawan cleaning service sedang kesusahan karena ia harus mendorong alat pel dan membawa ember dengan isi yang lumayan banyak, lalu Johnny berinisiatif membantu mendorong alat pel nya. Kurang lebih seperti itu kebaikan yang Johnny lakukan dan sebenarnya masih banyak lagi.

***

Jam istirahat berlalu. Tapi perut Haechan masih merasa lapar. Ia terus-terusan memegang perutnya karena tidak kuat menahannya.

"Haechan-a, kenapa?"

"Gapapa. Laper aja." jawab Haechan.

Melihat Haechan seperti sedang kesakitan, Jeno memberi ia potongan roti dan susu. "Ini, makan aja. Saya sudah kenyang."

"Ngga gausah." Haechan menolak pemberian Jeno dan ia langsung berdiri dari kursi kerja nya.

"Mau kemana?"

"Jajan."

"Saya temani ya?" tanya Jeno.

"Gausah sih apaan, bisa sendiri kali." Haechan langsung keluar ruangan.

'cih. seo haechan, kau sangat menarik.'

Haechan jalan menuju kantin seperti biasa, mendengarkan lagu dengan earphone nya. Ia berjalan lurus tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

"Den!!! Den Haechan!!!" teriak Ten, asisten Johnny.

Masih tidak ada jawaban dari Haechan karena ia sedang mendengarkan lagu, mana mungkin ia bisa merespon orang-orang yang memanggilnya.

"Den!!!!" Ten kembali teriak sambil lari menuju Haechan.

Akhirnya dengan nafas yang terengah-ngah, Ten tepat di belakang Haechan dan menepuk punggung Haechan, "Dennn!"

Haechan tersadar dan melepaskan earphone nya. Ia kebingungan.

"Hah? Apaan?"

"I-itu den.. Anu aduhhh."

"Apaan sih ga jelas banget lo, kenapa sih?" Haechan sensi melihat nya.

"Anu... Dipanggil Tuan den, suruh ke ruangan Tuan sekarang.." Ten memberitahu Haechan masih dengan nafas yang terengah-ngah.

"Tinggal bilang gitu aja ribet banget."

"Tadi saya panggil, tapi Den Haechan tidak mendengar nya.. Maaf den.."

"Ya ga liat gue lagi pake ini?" Haechan menunjukan earphone nya.

"I-iya maaf den.. Saya permisi dulu." Ten pergi meninggalkan Haechan.

tbc . . .

don't forget to vote + comment, thank u!

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang