Nine.

3K 238 5
                                    

Mark menyuruh Haechan untuk duduk saja supaya ia tidak ikut membantu Mark membuat kopi. Tapi Haechan tidak mau diam, ia justru mondar-mandir ingin melihat cara Mark membuat kopi untuknya. Karena badan Mark lebih tinggi dari Haechan, jadi ia bersikeras supaya bisa melihatnya.

"Tuan duduk aja gapapa, biar saya yang buat."

"Gue pengen liat aja sih sebenernya, ga boleh ya?" tanya Haechan.

"Boleh, tapi nanti ribet Tuan. Ini ada air panas takut kesenggol nanti kena badan Tuan kan bahaya.."

"Mark, stop ya. Jangan panggil gue Tuan. Kalo lo mau panggil Tuan, ke papa aja. Jangan ke gue."

"Biasa di panggil apa emang?" Mark menuangkan gula dan mengaduk kopi nya.

"Eeee kalo sama papa kadang ecan, canie, ecanie, adek, dede juga pernah. Lebih sering Haechan aja sih."

"Apalagi ya Mark, papa kalo udah serius, manggil gue gini 'YAK! SEO HAECHAN! gitu." Haechan menirukan suara dan gerakan Johnny.

Mark tertawa.

"Kalo saya panggil mbul aja boleh?"

"Dih gak ya, geli."

"Hahahaha, becanda. Abisnya pipi Tu-"

"Heh!" Haechan memotong pembicaraan Mark.

"M-maaf saya lupa. Maksudnya, abisnya pipi kamu gembul, lucu."

Telinga Haechan memerah, ia segera mencari tempat duduk untuk mengalihkan rasa malu nya.

"Ini silahkan diminum. Kalo kurang manis bilang ya nanti saya tambahin gula nya." Mark memberi kopi yang sudah dibuat lalu duduk di depan Haechan.

sruputttt, ah!

"Enak banget! Kayanya gue ga perlu beli kopi di kantin lagi deh, buatan lo udah enak soalnya."

"Bisa aja hahahaha."

"Eh iya, kalo lo sendiri biasa dipanggil apa emang?"

"Kalo sama Abi, Umi, adek, dipanggil abang. Kalo sama temen ada yang panggil mark, milk juga ada, mael kadang, gitu gitu aja sejauh ini."

"Kak Mark. Gue panggil kak boleh?" tanya Haechan.

"Boleh. Saya panggil Haechan aja ya?"

"Iya, khusus buat lo, boleh manggil gue apa aja asal jangan yang cute cute."

"Hahaha siap."

***

Jeno berdiri di depan lobby menunggu dijemput Ayahnya, Pak Doyoung. Karena sebelum jam pulang tiba, Doyoung ada urusan mendadak yang harus ia lakukan. Jadi ia sekarang kembali ke perusahaan untuk menjemput anaknya. Sambil menunggu, Jeno memainkan handphone nya. Melihat foto-foto Haechan, yang sudah ia ambil dari kejauhan tanpa diketahui si pemilik wajah itu.

"Cantik." Jeno tersenyum.

tin tin!

Doyoung membuka kaca mobil, "Lets go Jeno-ya!" dan Jeno pun memasuki mobilnya.

"Mau makan apa hari ini Jen?"

"Jeno kenyang, Yah."

"Lho katanya belum makan dari pagi?" tanya Doyoung heran.

"Kenyang gara-gara liat ini." Jeno menunjukan salah satu foto Haechan yang sangat cantik kepada Ayahnya.

"Jen.. Udah sering Ayah bilang, gausah macem-macem. Ayah gamau kamu buat masalah disana Jen......."

"Orang nya aja gak tau kalo di foto, jadi aman aman aja Yah, percaya sama Jeno."

Doyoung menurunkan kecepatan mobil nya. Ia bingung karena harus bicara apa lagi supaya anaknya mengerti. Bukan karna Jeno yang tidak boleh menyukai Haechan, tapi Doyoung takut itu bisa berdampak pada Doyoung. Ia takut jika Tuan Johnny mengetahui ini semua, bisa saja Doyoung di pecat.

"Menyukai sewajarnya aja. Ayah capek bilang ini itu, kamu gak ngerti-ngerti."

"Oh iya, itu ada OB baru ya, Yah?" Jeno mengalihkan pembicaraan.

"Iya. Kan abis perekrutan OB. Dia OB termuda di perusahaan."

"Biasa aja."

"Apa nya Jen yang biasa aja?" tanya heran Doyoung.

'tampangnya.' batin Jeno. "Hah? Ngga itu maksud Jeno, ya biasa aja kan ada juga Manager yang lebih muda dari Bos nya gitu." Jeno mengeles.

Di perjalanan, mereka membahas hal-hal random mulai dari pekerjaan, masalah makanan di kantin (yang katanya) snack-snack udah banyak yang expired, lalu kelucuan kejadian saat Doyoung di tegur Johnny, dan masih banyak lagi.

Niat mereka tadi nya ingin mampir ke bakso langganan mereka, tapi ternyata tutup. Jeno keburu sudah tidak mood, akhirnya ia ingat jika dirumah masih ada beberapa bungkus ramen. Jadi mereka langsung pulang saja kerumah, tanpa mampir kemana-kemana lagi.

tbc . . .

don't forget to vote + comment, thank u!

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang