Sixteen.

2.4K 217 12
                                    

Jeno dan Mark sedang makan siang bersama di kantin. Jeno memesan salmon bakar dengan americano, dan Mark hanya memesan mie ayam dengan air putih. Bukan karena Mark tidak pegang duit, tapi ia kurang suka makanan seperti itu. Ah ada satu makanan yang ia suka, takoyaki, hanya itu.

"Kau sudah berapa lama kerja disini?" Jeno mengawali pembicaraan mereka setelah makan siang selesai.

Mark berfikir sejenak sambil mengelap mulutnya dengan tissue, "Eee baru 2 minggu, iya 2 minggu saya agak lupa."

"Ah gitu. Kau lulusan mana?"

Mark tersenyum, "Hanya lulusan SMA aja, saya gak kuliah."

Jeno menganggukan kepala nya, "Kalau saya, saya lulusan salah satu universitas terkenal di Jepang. Karena saya punya duit ya makanya Ayah saya kuliahin saya disana."

Mark menelan ludah nya dan entah mengapa hati ia langsung berdegup kencang.

"Hebat ya hehehe. Oh iya, Jeno-ssi, magang disini sudah lama?"

"Sebelum kau kerja, saya sudah disini." ujar Jeno.

Selah Jeno lagi, "Markeu-ya, saya ingin bertanya. Kau sudah lama kah mengenal anaknya Tuan Johnny?"

"Emm belum lama. Semenjak saya bekerja disini, saya mengenalnya."

"Gitu ya rupanya. Tapi terlihat sudah sangat dekat sekali ya." Jeno tertawa tipis.

Mark sudah merasakan hawa yang tidak enak pada saat itu. Entah dari pertanyaan Jeno kah, atau pernyataan nya yang ia kuliah di Jepang kah, atau apa, inti nya Mark sangat tidak nyaman berbicara dengan Jeno.

"Haechan, dia pacar saya."

Tubuh Mark diam begitu saja saat mendengar kalimat yang Jeno katakan. Ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya, semua nya kaku. Mata nya sudah pedas, rasanya ia ingin cepat meneteskan air mata nya. Dan rasanya ia ingin sekali menampar pipi Jeno. Tapi apa boleh buat, Jeno anak Kepala Divisi, dan Mark takut jika justru Mark yang akan di pecat.

Mark mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kencang, 'hanya anak kepala divisi, hanya anak kepala divisi, harus ku tampar sekarang juga, harus.' batinnya.

"Markeu-ssi?" Jeno memanggil Mark yang tengah terdiam dan melamun.

"Ah ne? Ah maaf tadi saya pusing sebentar."

"Tolong jauhin Haechan." ucap Jeno.

"Kenapa saya gak boleh berteman sama Haechan?" tanya Mark.

Jeno memajukan badan dan wajahnya, "Dia milik saya. Ingat ya, jika kamu memberitahu hal ini ke Haechan, kamu akan dipecat." bisik Jeno dan ia langsung meninggalkan Mark.

tes.. Air mata Mark akhirnya jatuh.

~

Ia segera pergi ke ruangan. Karena masih ada sisa jam istirahat, ia pakai untuk santai-santai sejenak. Mark duduk di kursi sambil menghadap ke luar jendela hanya dengan view gedung-gedung besar. Sambil melamun, ia terus mengelus-elus dadanya. Air mata nya yang masih berjatuhan, membuat baju Mark sedikit lebih bercorak.

'Hari ini berat banget ya Allah.' batin Mark.

'Gapapa.. Sabar..' batinnya lagi sambil mengelap air mata dan menepuk-nepuk pelan dada nya sendiri.

gubrakkk!

Mark kaget pintu ruangannya yang di buka dengan sangat kencang. Bisa dilihatnya, Haechan berdiri diam didekat pintu dengan tatapan kosong.

"Oh Haechan-aaa. Tumben kamu kesini? Kangen ya?" Mark meledek Haechan sambil tertawa. Untungnya Mark sudah menghapus air matanya.

"..." tidak ada jawaban dari Haechan.

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang