Thirty Six.

2.1K 154 0
                                    

"Kamu sengaja? SENGAJA KAN BIAR AKU DI RENDAHIN?!"

"Babe dengerin aku dulu."

"KAMU SENGAJA KAN NYURUH AKU BUAT KENALAN SAMA MANTAN KAMU?" Haechan benar-benar sudah tidak bisa menahan amarahnya pada Mark.

"Noooo! Niat aku baik sayang. Justru aku pengen kenalin kamu biar dia tau kalo aku tuh punya kamu biar tau kalo kita udah tunangan juga dan mau nikah. Aku ngga ada niatan yang buruk-buruk sayang..."

Mark menarik dan membawa Haechan untuk masuk kedalam kamar supaya orang-orang tidak mendengar percakapan mereka.

"Apaan sih! LEPASIN!" Haechan menahan langkahnya, tapi tetap di paksa oleh Mark.

Brughhh!

Mark menutup pintu kamar nya dengan sangat keras.

"Apa? Pertanyaan aku belum kamu jawab! Kenapa? Ga bisa jawab kan kamu? IYA?!" tanya Haechan.

"ARGH!!!!!!!!" Mark berteriak hingga ia hampir saja menampar pipi milik Haechan, untungnya ia menahan tangannya. Haechan juga sudah sedikit menjauhkan wajah sambil menutup mata dan wajah nya dengan kedua tangan.

Mark memeluk tubuh Haechan setelah hampir ingin menamparnya. Haechan sudah berusaha untuk melepaskan pelukan itu, tapi Mark justru memperatkan pelukannya. Mark mengatur nafas nya yang sudah hampir ngos-ngosan. Ia juga sempat diam sejenak untuk me-relax kan hati dan pikirannya. Saat Haechan masih mengomel juga tetap ia diamkan. Mark tidak ingin jika ia benar-benar sampai kelepasan, bahaya.

"Maafin aku." ujar Mark sambil melepaskan pelukan, tidak ada respon apa-apa dari Haechan, ia justru meninggalkan Mark dan langsung keluar dari kamar. Mark merasa sangat menyesal karena sudah bersikap seperti tadi pada calon istrinya. Bukannya ia mengejar, Mark justru duduk di lantai sambil memukul-mukulkan kepala nya.

tok tok tok!

"Abang!" Taeyong masuk ke kamar dengan nafasnya yang terengah-ngah.

"Kalian kenapa?! KEJAR HAECHAN BANG! DIA TADI PERGI BAWA MOBIL KAMU! KALO ADA APA APA GIMANA, CEPET ABANG! PAKAI MOBIL ABI SAJA INI KUNCI NYA!" ujar nya lagi.

Mendengar perkataan Umi nya, ada benarnya juga. Mark langsung bersikeras lari dan keluar dari kamar menuju garasi. Ia juga menelfon Haechan tapi tidak ada jawaban. Mark benar-benar melajukan kecepatan mobil nya.

***

"Huh~" Mark merasa lega karena melihat mobilnya ada di parkiran depan, tanda bahwa Haechan pulang kerumah mereka.

~

"Mba, tadi pas sampai rumah, Haechan gimana?" tanya Mark ke salah satu asisten rumah tangga.

"Wajahnya murung sekali Tuan. Tadi nya saya ingin bertanya, cuma saya takut." katanya.

Mark melihat ke satu objek yang membuat ia heran, "Itu kaya... tas nya Junkyu?"

"Iya Tuan, tadi den Junkyu kesini tiba-tiba kaya panik gitu.." Mark hanya menganggukkan kepala nya, berterimakasih pada art nya itu, dan menyuruhnya untuk kembali bekerja.

~

Sebelum Mark menuju kamarnya yang di lantai 3, ia terhenti saat lift di lantai 2 terbuka dan terlihat Junkyu dengan tatapan tajamnya. Tatapan Junkyu benar-benar seperti psikopat, ia juga menghampiri Mark dengan langkah yang cukup pelan.

"Lo apain?"

"Ini mau saya jelasin." ucap Mark.

"Dengan lo jelasin, ga bikin Haechan bisa berhenti nangis. Dia sakit hati banget njir."

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang