Berjalan 3 bulan, Kim Doyoung masih belum juga mendapat pekerjaan padahal ia sudah berusaha mencari dan melamar pekerjaan tersebut. Bagaimana bisa seorang Kepala Divisi susah untuk mendapatkan pekerjaan? Harusnya lebih mudah karena ia berpengalaman di jabatan tertinggi. Ah tidak, bukan karena jabatan ia lebih tinggi, tapi ia sempat mendengar bahwa dirinya menjadi bahan perbincangan orang-orang sekitar mengenai masalah anak nya itu. Betul, masalah yang pernah ada pada Kim Jeno itu mengalir dari bibir ke bibir, orang ke orang, lalu sampai terdengar pada Doyoung. Ada salah satu alasan dari HRD yang paling menusuk hati Doyoung saat ia tidak diterima bekerja disitu adalah berkata bahwa mereka tidak bisa menerima orang yang tidak bisa mendidik anaknya. Alasan itu adalah alasan tersakit yang pernah Doyoung dengar. Pasalnya ia sudah menjelaskan bahwa itu kesalahpahaman, tapi tetap saja mereka tidak bisa menerima nya.
"Ayah."
"..."
"Yah.. Ayah masih marah sama Jeno?"
"Sarapan udah ada di meja, Ayah ngantuk mau tidur."
"Masih jam 10 pagi Ayah udah ngantuk?"
Doyoung langsung masuk ke kamar tanpa menjawab pertanyaan Jeno. Selama 3 bulan ini, mereka sudah jarang berbicara dan hanya berbicara seperlu nya saja. Doyoung masih marah, kesal, dan sakit hati atas perbuatan anaknya sehingga membuatnya di pecat. Tapi, Doyoung tetap memperhatikan anaknya untuk selalu makan tepat waktu, tidur jangan terlalu larut malam, dan yang selalu Doyoung ingatkan adalah tetap jadilah orang baik. Jeno sebenarnya baik, tapi ego dia yang besar dan apa yang dia inginkan harus terwujudkan. Untungnya, Jeno sudah meminta maaf pada Ayahnya atas perbuatan yang telah ia lakukan. Doyoung sudah memaafkan, tapi ia masih belum bisa menerima kenyataan.
~
cklek...
"Jeno mau sarapan bareng Ayah." Jeno menghampiri Doyoung yang tengah tidur dengan posisi miring menghadap ke arah lemari.
Mata Doyoung yang menutup, membuat Jeno tidak percaya. Ia menggoyangkan lengan nya pelan, "Ayah belum tidur, ayo sarapan bareng."
"..."
"Ayah ngantuk, kamu bisa sarapan sendiri." ujar Doyoung tiba-tiba.
"Tapi Jeno mau bareng Ayah."
Doyoung memposisikan duduknya, "Ayah sudah bilang, Ayah ngantuk Jen."
"Ayah benci kan sama Jeno? Ayah masih seperti ini, perlakuan Ayah tidak seperti biasanya. Jeno merasakannya, Yah."
"Mau kamu gimana nak? Apa yang harus lakukan hm? Apa Ayah harus menimang-nimang kamu layaknya bayi?"
"Ayah beda.."
"Kim Jeno. Ayah kecewa sama kamu, benar-benar kecewa." ucap Doyoung sambil menahan tangisnya, "Ayah tidak benci kamu, tapi Ayah benci sifat dan kelakuan negatif kamu nak. Kamu memang harus di diamkan supaya sadar, tapi sudah 3 bulan ini kamu belum juga sadar. Ayah bingung harus melakukan apa, apa yang harus Ayah lakukan nak? Apa....." Doyoung meneteskan air mata nya.
"Apa maaf saja kurang? Apa maaf saja tidak cukup, Yah? Jeno sudah sering meminta maaf dan sudah Ayah maafkan juga."
"Sifat dan kelakuan kamu yang harus kamu ubah nak. Ayah sudah dipandang jelek sama orang-orang atas perbuatan kamu sendiri. Ayah yang menanggung malu, mau taruh dimana wajah Ayah nak???? Banyak perusahaan, kantoran, bahkan cv kecil-kecilan saja yang tidak mau menerima Ayah karena mereka sudah tau kasus nya. Nama Ayah yang jelek, Kim Jeno...."
Jeno tidak menanggapi perkataan Ayahnya, ia langsung meninggalkan Doyoung dan keluar dari kamar nya.
Gubrag!
KAMU SEDANG MEMBACA
APPROVAL | MARKHYUCK ✔
Roman d'amour[ COMPLETED ] Hanya di perusahaan milik Johnny yang menikahkan Officeboy dengan anak semata wayangnya. Kantor dan motor butut lusuh, menjadi salah dua saksi bisu perjalanan cinta antara Haechan dan Mark. © m a t c h a l l a t e u
