Twenty Nine.

2.4K 201 0
                                        

"Tuan.. Saya mohon, jangan pecat saya. Saya mohon Tuan." Doyoung sampai bersujud di kaki Johnny untuk memohon supaya ia tidak di pecat.

"Hei bangun, jangan seperti ini pak. Bangun, bangun." Johnny berjongkok supaya sejajar dengan tubuh Doyoung dan membantu nya untuk bangun.

"Tuan.. Saya mohon sekali, ini memang kesalahan anak saya, tapi jangan pecat saya Tuan. Pak Jungwoo juga tidak bersalah, ia pun disuruh dengan anak saya, tolong Tuan...."

"Tuan. Jangan pecat mereka." ujar Mark tiba-tiba membuat Ten, Tiffany dan Haechan mengerutkan alis dengan maksud bingung.

selah Tiffany, "Tidak bisa. Harus di pecat. Kesalahan nya sudah diluar batas wajar, Tuan."

Doyoung dan Jungwoo masih tetap berusaha memohon pada Johnny supaya tidak memecat mereka. Jeno bagaimana? Ia hanya duduk diam saja, tanpa merasa bersalah apa yang telah ia perbuat dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sama sekali tidak ada itikad baik dari Jeno untuk meminta maaf pada semua nya, terutama pada Mark. Ten, Tiffany, dan Haechan menyetujui jika mereka di pecat, karena ya... mereka harus menerima resiko itu semua. Menuduh seseorang juga termasuk tindakan yang sangat buruk, apalagi Jeno sempat menaruh sesuatu dimakanan Haechan hingga pingsan. Jeno benar-benar sudah tidak memiliki otak dan akal sehatnya. Padahal, Mark sudah meminta pada Johnny untuk tidak memecat Doyoung dan Jungwoo, tapi...

"Markeu-ssi, sesuai pasal yang telah saya baca, tindakan Jeno ini sudah termasuk melanggar hukum." ujar Johnny.

"Tapi, Tuan, tidak beri kesempatan pada mereka?"

Selah Haechan, "Kak, ga usah peduli. Mereka udah jahat sama kamu."

"Tuan. Saya mohon.." Jungwoo meraih tangan Johnny dan ternyata di lirik oleh Ten, Johnny yang merasa pun langsung melepaskan tangan Jungwoo.

"Maaf, Pak Jungwoo, Pak Doyoung, keputusan saya ini sudah bulat dan tidak bisa di toleransi lagi."

"Tuan, nanti saya mencukupi kebutuhan sehari-hari bagaimana Tuan?" tanya Doyoung.

"Urusan situ lah. Situ ga mikir apa waktu pacar saya 5 bulan di pending kerja nya? Dia harus sekolahin adiknya, bayar kebutuhan sehari-hari juga karena Abi nya udah ga kerja. Trus selama 5 bulan dia usaha, kerja ini itu buat dapetin duit. Ini semua gara-gara anak situ. Ya kalo situ di pecat ya harus usaha lah buat dapetin duit."

"Sayang.. Udah, udah.." Mark menggenggam tangan Haechan dengan erat.

"Saya sangat menyesal Tuan." ucap Jungwoo.

"Yaiyalah nyesel, situ tergiur sama duit 10 juta buat ngelakuin hal yang ga bener. Punya otak ga? Cih." Haechan yang masih saja tidak bisa menahan emosi nya.

"Penyesalan emang selalu datang terakhir Pak Jungwoo, Pak Doyoung. Saya tau jika Pak Doyoung tidak bersalah, tapi apa boleh buat jika bapak juga harus nya mendidik Jeno dengan benar. Katanya Jeno lulusan terbaik? Aduh begini ya pak, kalau Jeno suka sama Haechan, harus nya pakai cara yang baik, bukan kaya gini. Bukan dengan menjatuhkan Mark. Cinta itu gak bisa di paksa Pak. Kalo Haechan cinta nya sama Mark, Jeno ya tidak boleh mengganggu. Anak bapak sama aja kaya parasit pak." jelas Tiffany.

"Tuh denger ga lo anak yang KATANYA LULUSAN TERBAIK TAPI GA PUNYA OTAK?" bentak Haechan.

"Haechan." Johnny menggelengkan kepala nya memberitahu supaya Haechan jangan terlalu berlebihan.

"Haechan pengen parasit itu minta maaf sama Mark."

Awalnya Jeno menolak untuk meminta maaf pada Mark, tapi Doyoung memaksanya supaya ia mau. Doyoung sudah pasrah dengan anak nya yang ternyata sangat-sangat jauh dari harapan. Doyoung juga menyuruh Jeno untuk meminta maaf pada Johnny, Tiffany, Ten, dan terutama pada Jungwoo, sebab, Jungwoo di pecat karena ulah dari Jeno. Ah iya, Doyoung juga sudah pasti meminta maaf pada semua orang atas apa yang telah dilakukan oleh anaknya dan Doyoung benar-benar malu. Johnny tidak berubah pikiran dan masih tetap dengan keputusan yang ia berikan, sama sekali tidak ada lagi toleransi lagi. Akhirnya, Doyoung, Jungwoo, dan Jeno, sudah tidak lagi menjadi bagian dari Perusahaan milik Johnny, selama nya.

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang