Twenty Seven.

2.2K 179 3
                                    

Dari hari ke hari, bulan ke bulan, Mark merasakan semakin berat hidupnya. Apapun yang ia lakukan selalu saja membuahkan masalah. Entah masalah kecil atau besar, ia sudah merasa tidak pantas untuk hidup. Setelah Johnny mengetahui bahwa anaknya pacaran dengan Mark, Johnny murka. Pasalnya Haechan sudah mengancam Johnny, jika ia memecat Mark, Haechan akan melakukan sesuatu. Tapi tetap saja, Mark merasa tidak enak dengan Johnny. Benar kata nya, Mark sudah diterima bekerja disini tapi tidak tahu terimakasih. Pada saat Mark dan Haechan mengetahui bahwa ini semua adalah ulah Jeno, tadinya Haechan berniat untuk melaporkan pada Papa nya tapi di bantah cepat oleh Mark karena ia takut jika masalahnya semakin panjang. Secara, Jeno orang yang sangat gampang melebihkan dalam berbicara. Siapa tau saja saat Haechan melapor, Jeno justru berbicara yang tidak-tidak. Mark menghindari hal seperti itu, ia menahan Haechan supaya tidak melapor pada Johnny.

Seperti biasa, Mark pulang ke rumah hanya sekedar mengucapkan salam dan langsung masuk ke kamar. Sebelumnya, ia sudah menangis sampai memeluk Taeyong saking sudah tidak tahan nya. Tapi jika ia melakukan hal itu lagi, ia malu pada diri nya sendiri. Anak pertama, tulang punggung keluarga, bekerja sebagai Office Boy, bagaimana bisa jika ia terus-terusan menangis bila ada masalah? Tidak bisa, Mark harus menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Terlebih pada adiknya, Chenle, ia harus mencontohkan pada adiknya bahwa menjadi laki-laki harus lah kuat. Sebenarnya saat menangis pada malam itu, jujur Mark merasa malu pada Chenle. Untungnya, Chenle telah diberitahu oleh Jaehyun dan Taeyong perihal mengapa Abangnya itu menangis.

~

"Abang." sapa Jaehyun saat memasuki kamar Mark.

"Kenapa Bi?"

"Kamu yang kenapa? Abi lihat tadi kamu pulang kerja kok murung gitu? Kenapa nak?"

Mark menggeleng cepat, "Gapapa Bi, abang lagi pengen sendiri aja."

"Masalah kerjaan ya?"

"Bukan Abi..."

Jaehyun memegang kedua pundak Mark dan menatapnya tajam, "Jujur sama Abi, ada apa abang?"

Mata Mark sudah merah dan tidak bisa lagi menampung air mata nya itu, tenggorokan nya juga terasa sangat sakit karena menahan nangis, ia langsung memeluk tubuh Jaehyun dengan sangat erat. Jaehyun menepuk-nepuk pundak Mark, mengusap-usap kepala nya, dan menenangkannya. Ia tak akan mengganggu dan membiarkan anaknya itu menangis hingga selesai. Kurang lebih 20 menit Mark menangis, Jaehyun tetap masih menyuruh anaknya itu untuk bercerita sebenarnya apa yang terjadi. Mark akhirnya jujur, soal ia di tampar Pak Jungwoo karena keterlambatannya, di hadang dan di ancam oleh Jeno karena telah mendekati Haechan, di fitnah, dan Mark semakin meneteskan air mata ketika menceritakan bahwa ia ketahuan berpacaran dengan Haechan. Jaehyun yang mendengarnya pun tercengang, kaget, dan sempat mengepalkan tangannya dengan kencang.

"Abi... Janji jangan ngelakuin apa-apa ya?"

Jaehyun terdiam sambil menahan tangisnya, "Bi... Abi!" Mark menggoyangkan pundaknya.

"Maafin Abi. Ini semua salah Abi. INI SEMUA SALAH ABI! ARGHHHHH! KALO KITA BUKAN ORANG MISKIN, ABANG GAK AKAN DITINDAS BEGINI SAMA ORANG! INI SEMUA SALAH ABI!!!!!!!!!!"

"Abi... Berhentiiiiii udah jangan begini!" Mark menenangkan Jaehyun yang tengah berdiri dan memukul-mukulkan kepala nya.

"Bi... Nanti Umi sama Adek bangun!"

Taeyong dan Chenle memang sudah tidur semenjak Mark pulang ke rumah. Itu lah alasan mengapa Jaehyun berani menanyakan keadaan Mark. Mark juga melihat kondisi, ia akan menutupi di depan Tayeong dan Chenle. Ia hanya bisa meluapkan cerita kepada Abi nya, karena tidak ingin membebani sang Umi. Beberapa kali Mark menenangkan Jaehyun, beberapa kali Mark meyakinkan bahwa iya akan baik-baik saja.

APPROVAL | MARKHYUCK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang